Mungkinkah Bangsa Lemurian Merupakan Nenek Moyang Bangsa Indonesia?

Mungkinkah Bangsa Lemurian Merupakan Nenek Moyang Bangsa Indonesia?

Dulu ketika masih di bangku sekolah, kita sering diajarkan dalam pelajaran Sejarah bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Asia Selatan. Namun, saat ini, semakin bermunculan teori-teori baru mengenai nenek moyang bangsa Indonesia. Hal yang fenomenal adalah teori Indonesia sebagai pusat kebudayaan dunia mulai banyak dibahas di beberapa komunitas peneliti, baik peneliti lokal maupun internasional. Dalam teori baru ini dikatakan bahwa justru bangsa-bangsa lain lah, termasuk yang di Yunan itu, semuanya yang berasal dari Indonesia, karena pusat kebudayaan dunia memang berasal dari Indonesia.

Salah satu bukti baru yang memperkuat teori ini adalah Gunung Padang dan Sadahurip yang saat ini masih diperdebatkan oleh sejarawan lokal. Meski demikian, ternyata justru para peneliti asinglah yang saat ini begitu meyakini keberadaan bangsa Lemurian sebagai bangsa yang sangat maju di masa pra sejarah. Saat di negara kita banyak orang berkata nyinyir soal bangsa Lemuria, situs-situs asing semakin gencar membahas eksistensi bangsa Lemurian. Lihat saja pembicaraan-pembicaraan mereka tentang Lemurian. Silahkan saksikan juga tayangan-tayangan berkualitas di History Channel, Discovery Channel, dan juga National Geography yang semakin banyak mengupas masalah ini. Fakta-fakta ini semakin memperkuat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa eksistensi bangsa LEMURIAN sebagai pusat peradaban dunia di masa lampau sepertinya memang bukan isapan jempol Dicky Zainal Arifin belaka.

Beberapa Data Tentang Bangsa Lemurian

Bangsa LEMURIAN lebih dahulu eksis dibandingkan dengan bangsa ATLANTIS. Bangsa ini seringkali disebut sebagai bagian dari kebudayaan sunda besar. Konon Bangsa LEMURIAN dahulu kala menggunakan bahasa ZHUNNDA sebagai sarana komunikasi. Ada yang mengatakan bahwa Bangsa LEMURIAN tidak punah, namun pasca terjadinya perang besar dengan Bangsa ATLANTIS, bangsa LEMURIAN pindah ke planet LEMURIAN yang terletak di Gugusan ORKADAR, masih di sekitar Galaksi Bima Sakti juga.

Ahli astronomi mungkin bertanya, “Memangnya Gugusan Orkadar itu di mana sih? Kok kami gak pernah nemu di Stelarium?”

Kemungkinan pertama, novel itu khan cuma dongeng, jadi Gugusan Orkadar itu memang nggak ada. Kemungkinan kedua, itu karena beda istilah, ORKADAR adalah kata dalam bahasa Lemurian, sedangkan penamaan-penamaan planet, galaksi, dan benda-benda langit yang ada sekarang khan tidak menggunakan bahasa LEMURIAN. Misal, orang Lemurian menyebutkan kata Galaksi Bima Sakti dengan nama LAGRAVEN. Lagipula, jika kita berpijak pada landasan teori yang mengatakan bahwa peradaban di muka bumi dimulai dari primitif yang makin ke sini makin maju, pindahnya nenek moyang bangsa kita ke planet lain tentu akan terasa absurd. Bukankah bangsa yang saat ini dianggab paling maju di dunia sekarang aja baru berhasil mendaratkan manusia ke bulan?

Zaman dahulu kala, benua LEMURIA luas sekali. Saya jadi ingat pelajaran Geografi SMP dan SMA yang mengatakan Kepulauan Sunda Besar itu (The Great Sundaland) untuk menyebutkan istilah wilayah Nusantara saat jaman es dulu yang belum terpecah-pecah menjadi ribuan pulau seperti sekarang. Wilayahnya tentu saja merupakan daratan sangat luas.  Wilayah benua LEMURIA yang tertinggal sekarang ini, salah satunya adalah Indonesia, dulunya merupakan dataran tinggi benua LEMURIA. Bahkan benua Australia itu sendiri merupakan pecahan dari Benua LEMURIA ini.

benua lemurian asal nenek moyang bangsa indonesia sumber peradaban dunia

Dalam kisah Arkhytirema, bangsa Lemurian adalah bangsa yang mempunyai penguasaan energi sebesar 40%, sedangkan kita yang hidup di masa kini, mempunyai penguasaan energi sebesar 2,5% saja. Jadi tidak heran jika bangsa Lemurian dikisahkan mempunyai kemampuan dan teknologi yang lebih canggih dari kehidupan kita sekarang. Dengan kemampuan 40%, bangsa Lemurian bisa menahan usianya agar selalu awet muda, punya kekuatan fisik yang jauh lebih dahsyat dari kita semua.

Bangsa LEMURIAN menggunakan bangunan kristal KRAIMAN, logam transparan yang sangat kuat. Logam ini dibuat oleh bangsa KRAIRON yang merupakan keturunan bangsa TARX. KRAIMAN bisa berubah-ubah, tergantung mau dibuat apa. Logam KRAIMAN, piramida, MORTAPHRABEENA, semuanya itu dibuat, karena teknologi zaman dahulu sangat maju. Namun, distigmakan bahwa teknologi zaman dahulu sangat terbelakang. Padahal, bukti-bukti yang ditemukan saat ini menunjukkan sebaliknya. Sebagai contoh, tahun 1972 ditemukan reaktor nuklir pada zaman pra-sejarah di Gabon. Sampai saat ini masih berjalan, dan digarap oleh kelompok-kelompok tertentu yang membutuhkan uranium.

Bangsa LEMURIAN juga mempunyai huruf sendiri yang disebut huruf LEMURIAN. Dikisahkan pula bahwa aksara LEMURIAN merupakan akar dari semua huruf, namun kemudian sengaja dimusnahkan.

Huruf LEMURIAN ini terefleksi di setiap bahasa di seluruh dunia dan mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu, sehingga berubah-ubah dan diadaptasi sesuai tempatnya. Tujuan huruf ini dimusnahkan adalah agar otak manusia tidak berkembang dengan baik dan benar sehingga mudah dikuasai. Kalau saja manusia membaca dari kanan ke kiri, dan otak manusia berkembang dengan baik, maka manusia akan berpikir dengan maksimal sesuai kemampuan otak yang sesungguhnya dan tidak dapat dikuasai. Mengapa dampaknya bisa sebesar itu? Pergerakan dari kanan ke kiri ini adalah pergerakan yang alamiah. Molekular alam semesta bergerak dari kanan ke kiri (anti-clock wise). Kalau dari kiri ke kanan, maka akan terjebak dalam pola pendidikan yang pada akhirnya cuma bertujuan untuk menghasilkan pegawai atau buruh.

Yang sangat menarik, novel ini juga memperkenalkan aksara Lemurian itu sendiri. Bab terakhir dari tiap buku novel Arkhytirema sudah bercampur dengan aksara Lemurian di dalamnya. Buat saya pribadi ini sangat menarik. Terlebih aksara lemurian itu sendiri bisa kita pakai dalam kehidupan kita sehari-hari, kalau memang niat. Karena bentuknya memang sangat unik dan artistik.

Bangsa LEMURIAN sebagai nenek moyang bangsa Indonesia sekarang, adalah bangsa yang sangat produktif. Mereka selalu berbuat untuk kepentingan umat. Di bangsa mereka, persoalan sudah beres, namun di luar mereka, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dikerjakan. Oleh karena itu, menurut ajaran  dan kepercayaan yang mereka anut, hidup adalah adalah soal memaksimalkan waktu. Buat mereka hidup adalah hari ini dan detik ini. Sementara zaman sekarang, seringkali rencana kita dibuat kejauhan. Padahal, belum tentu kita masih akan hidup pada esok hari. Cara hidup dan falsafah hidup bangsa Lemurian jaman dahulu kala, amat sangat sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang diajarkan oleh Rasulullah.

Manusia punya berbagai macam nama untuk Tuhan. Umat Islam menyebutnya Allah. Bangsa LEMURIAN dahulu kala menyebutnya dengan “Sang Pencipta”. Bangsa LEMURIAN adalah bangsa yang luar biasa, dengan budaya yang luar biasa pula. Prinsip mereka ada dalam ajaran WISHNU. WISHNU adalah singkatan dari enam kunci dasar filosofi budaya Bangsa Lemuria. Ke enam hal tersebut adalah Waskita Iraada Satya Hambaala Naaritha Umaditha. Ajaran WISHNU memiliki peran yang vital dalam kehidupan bangsa LEMURIAN. Ia lebih dari sekedar simbol dan ritual. Yang cukup mengejutkan saya sebagai pembaca novel ini, kok implementasi dari WISHNU ini kok mirip sekali ya dengan ajaran shalat? Jika memang Arkhytirema dan Lemurian adalah kisah nyata, mungkinkah gerakan shalat yang dilakukan umat Islam sekarang adalah penyempurnaan total dari ajaran Wishnu ini? Wallahu alam. Kesan yang saya tangkap, penulis buku ini sepertinya menyampaikan pesan agar kehidupan umat manusia sekarang amat sangat damai sejahtera, seperti halnya orang-orang LEMURIAN.

Prinsip bangsa LEMURIAN seperti air, mengalir. Air bisa masuk ke gelas dan membentuk seperti gelas. Bila wadahnya botol, maka ia pun menjadi seperti botol. Ketika air disumbat, maka ia akan mencari jalan. Ketika panas, air akan menguap. Sebagian besar diri kita adalah air, sehingga kenapa kita tidak belajar dari air? Air tidak pernah hilang, cuma berubah bentuk. Itulah air. Dia tidak protes dikenai kotoran, tapi memisahkan kotoran itu, dan menjadi uap. Bela diri mereka pun mengikuti sifat air. Tidak pernah membentur, tapi memanfaatkan tenaganya dengan enak.

Filosofi Bangsa LEMURIAN yang terangkum dalam WISHNU juga soal membetulkan diri sendiri terlebih dahulu. Diri kita dulu yang dibetulkan, sebelum membetulkan orang lain. Juga soal pasrah dan menghormati segala keputusan Sang Pencipta. Kalau segala sesuatunya dikembalikan ke Sang Pencipta, maka tidak ada lagi kekhawatiran dan sedih hati. Kita akan dilatih untuk mengasihi. Kasih yang tidak memiliki unsur rugi. Hanya memberi. Tidak ada lagi berpikir untung-rugi. Segala yang dari pencipta akan kembali lagi ke Sang Pencipta.

Proses melahirkan bangsa LEMURIAN dengan menggunakan MORTAPHRABEENA. Dokternya adalah suaminya sendiri. Mereka memiliki teknologi yang mengimplankan pengetahuan kepada otak manusia yang digunakan dalam MORTAPHRABEENA. Mengapa teknologi implan ini mungkin? Meskipun saat ini kemampuan kita jauh di bawah bangsa LEMURIAN, namun manusia secara tidak sadar menurunkan pengetahuan. Contoh kecil, pengetahuan menangis seketika setelah dilahirkan sebenarnya diturunkan dari kepala ke kepala. Kondisi ibu sangat mempengaruhi si jabang bayi. Kalau ibu stress, bayinya pun bingung dan jadi sungsang.

Menurut kisah legenda Arkhytirema, bangsa Lemurian berkomunikasi dengan sesamanya dengan bahasa ZHUNNDA. Apakah bahasa Zhunnda itu berhubungan dengan bahasa Sunda yang kini digunakan di daerah Jawa Barat? Kalau menelusuri kisah novel ini, bahasa Zhunnda memang banyak kemiripan dengan bahasa Sunda masa kini. Apakah berhubungan atau tidak, ya wallahu alam, karena tidak pernah diajarkan dalam pelajaran sejarah kurikulum manapun.

Comments

comments