Sebetulnya, ide pemikiran teknologi generator tanpa bahan bakar bukan barang baru di dunia. Orang yang meneliti generator seperti ini sebetulnya cukup banyak. Hanya saja jarang terekspos dalam pemberitaan. Mungkin karena hasilnya belum ada yang memuaskan. Bukankah tahun 2012 lalu saja sampai ada berita bahwa Menteri BUMN Dahlan Iskan memesan GTBB pada seorang tukang servis dinamo di daerah Malang Jawa Timur? Sayang sekali, setelah itu kabar berita selanjutnya tidak terdengan lagi. Belum lagi soal Blue Energi yang dulu sempat heboh sampai sekarang gak ada kabar kelanjutannya. Jadi wajar jika kebanyakan dari kita tetap skeptis tentang kemungkinan energi baru dan terbarukan ini bisa diterapkan.
Faktor lain yang membuat masyarakat kita jarang memikirkan kemungkinan membuat alat ini, barangkali karena kurikulum pendidikan Fisika di sekolah menengah umum, memang lebih berorientasi ke aspek teori, bukan aspek praktis. Bukankah predikat Jago Fisika saat ini lebih banyak ditentukan oleh keberhasilannya memecahkan soal-soal hitungan Fisika di sekolah daripada menciptakan sesuatu dari aplikasi Fisika itu sendiri? Jadi tidak heran jika Juara Olimpiade Fisika pun belum tentu bisa bikin alat inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat. Pelajaran Fisika sendiri dianggap pelajaran susah kok oleh mayoritas pelajar SMA.
Kembali ke fokus topik, belum lama ini, terekspos berita bahwa Dicky Zainal Arifin (Kang Dicky), mulai memperkenalkan alat Generator Tanpa Bahan Bakar (GTBB) ke masyarakat lewat beberapa event. Alat ini dinamakan Balaruna. Secara konsep, Balaruna dinyatakan dapat menghasilkan energi terus-menerus tanpa menggunakan bahan bakar. Sedikit bahan bakar hanya diperlukan di awal menghidupkan alat ini. Setelah mesin bekerja, alat ini dapat terus memproduksi listrik tanpa bantuan bahan bakar tambahan lagi.
Setiap penemuan yang “tidak biasa” yang terekspos ke masyarakat selalu mengundang kontroversi. Lebih kontroversi lagi, karena Kang Dicky sebagai inovator alat ini tidak berasal dari komunitas ilmuwan lulusan ITB ataupun universitas terkemuka lain di Indonesia. Ini bisa kita lihat bersama di link youtube yang saya sertakan di atas. Didukung oleh suasana sosial politik yang kurang kondusif, akhirnya banyak orang menjadi skeptis dan melakukan bantahan-bantahan yang di-upload ke berbagai Sosial Media. Bahkan menjadi ajang perdebatan di berbagai blog, forum kaskus, atau status Facebook yang tidak berkesudahan.
Kalau menurut pendapat saya pribadi sih, bukti “Karya Nyata” dari Kang Dicky ini, ternyata baru bisa banyak dibantah oleh teori-teori para “ahli” Fisika dalam bentuk “Karya Tulis” saja. Karena terbukti prototype GTBB ini terus berkembang dan selalu ada update berita dari Twitter, Instagram, dan Facebook.
Memang betul sih, tidak ada mesin yang bisa bekerja dengan efisiensi 100%. Tentu ada masa layan dari komponen-komponennya yang membuat mesin ini tidak bisa bekerja abadi. Hanya kabar baiknya, mesin ini bisa menghasilkan listrik yang stabil dalam jangka waktu yang cukup lama. Tidak perlu abadi, yang penting bisa bekerja dalam jangka waktu yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat.
Informasi awal mengenai Generator Tanpa Bahan Bakar ini diberitakan di website informasi resmi LSBD Hikmatul Iman. Selain itu Website Resmi Pemerintah Daerah Jawa Barat, dan Harian Umum Republika pun memuat beritanya.
Penemuan Kang Dicky Zainal Arifin ini menarik perhatian banyak pihak, seperti wartawan senior Iwan Piliang, Walikota Bandung Kang Ridwan Kamil dan Gubernur Jabar Bpk Ahmad Heryawan, Wagub Jabar Bpk Dedi Mizwar (Wakil Gubernur Jabar).
Generator Tanpa Bahan Bakar (GTBB) juga dibahas dan dipresentasikan oleh Kang Dicky dalam acara di Gedung Menara KADIN Jakarta pada 9 September 2014 dan masuk koran Kompas edisi 10 September 2014.
Menurut Kang Dicky, alat ini sengaja diciptakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebab, selama ini rakyat terus dijadikan sapi perahan para konglomerat dan penguasa Migas tanpa bisa berbuat banyak, tanpa punya posisi tawar.
“Kini saatnya untuk bergerak agar umat sejahtera, bukan para konglomerat saja yang berhak menikmati kekayaan ini,” katanya.
Kita lihat saja, apakah pihak-pihak yang saat ini menguasai energi akan mendukung alat ini, atau justru terganggu oleh keberadaan alat ini? Karena, dari kabar-kabar yang tertulis di media online, PLN sendiri saat ini mulai bisa menerima pembelian dari listrik swadaya masyarakat. Bahkan konon PLN bersedia membantu masyarakat yang bisa mengembangkan alat GTBB seperti ini. Saya rasa sih, PLN akan membantu, dengan kondisi alat ini bisa dikelola oleh mereka. Tapi jika seandainya alat ini ada sampai ada di tiap rumah sehingga masyarakat tidak perlu lagi berlangganan listrik pada PLN, kayaknya nggak mungkin dech PLN masih mendukung.
Saya pribadi pernah melihat dari dekat dengan mata kepala sendiri bagaimana alat tersebut bekerja selama 3 jam lebih di acara-acara Open Dialog Hikmatul Iman.
Masyarakat umum pun sudah banyak yang melihat dan merasakan sendiri bagaimana alat tersebut bekerja selama 5 jam lebih di acara Culinary Night di Counter Hayam Hariwang pada acara Mandala Culinary Night Perumahan Tamansari Bukit Bandung Jl. AH Nasution tanggal 20 September 2014 lalu.
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, Walikota Bandung mengapresiasi penelitian dan temuan KDZA. Atas inisiasinya, Kang Emil memfasilitasi “demonstrasi plot” agar GTBB dapat dioperasikan full sesuai kebutuhan masyarakat tersebut. Tentu saja, hal ini merupakan terobosan revolusioner, dimana pemerintah daerah begitu antusias mendukung program energi murah bagi kebutuhan rakyat.
Kabar terakhir yang saya baca dari Twitternya Kang Dicky, ternyata alat GTBB ini sudah bisa dipesan. Datang saja langsung ke tempat prakteknya jika Akang-Teteh pembaca blog ini berminat.
01. Kita akan mendistribusikan beberapa model GTBB dalam bentuk Power Pack seperti ini. pic.twitter.com/XV1kdGYFLz
— Dicky Zainal Arifin (@dickyzainal) June 25, 2016
02. Sedikit lebih besar tapi masih tetap compact. Seperti prototype yang di lelang ketika di Taman Ismail Marzuki. pic.twitter.com/RD8ieQtpnb
— Dicky Zainal Arifin (@dickyzainal) June 25, 2016
Posted by Feri Saptori on Friday, September 2, 2016
Para Peneliti GTBB :
Sebetulnya banyak juga yang menanggapi dengan positif. Kang Dicky bukan satu-satunya pihak yang mencoba mengeluarkan produk ini. Seperti salah seorang warga Yogya bernama Winiawan Mardi Raharjo. Saat ini, dia mengklaim tidak perlu lagi menggunakan listrik dari PLN untuk bengkelnya.
Bukan hanya dari Yogya, yang dari Bangka Tengah Babel pun ada. Eksperimen yang harus kita apresiasi dengan sikap positif.
Percobaan Generator Tanpa Bahan Bakar di luar negeri pun sebenarnya cukup banyak. Salah satunya di India.
Era Baru
Saatnya bagi kita untuk membuka mata hati kita dan melihat lebih dalam. Sebuah teori yang sudah puluhan tahun kebenarannya, belum tentu merupakan kebenaran. Fakta baru dapat membelokkan, bahkan mungkin mengubah teori yang selama ini berlaku. Hanya Allah dan ilmu-Nya-lah yang tetap.
Mudah-mudahan sedikit demi sedikit pengetahuan kita semua bertambah, dan ilmu Allah terkuak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kita semua.
Saya acung jempol. Cara pesan tuk kapasitas 1300 watt bagaimana kangbro. Tks