Rahasia Waskita orang sakti zaman dulu seringkali dikaitkan dengan kekuatan supernatural, di mana manusia bisa mengetahui sesuatu sebelum kejadian. Dalam bahasa Jawa, ini disebut sebagai werunge winara. Orang tua dan orang-orang bijaksana di masa lalu banyak yang memiliki kemampuan Waskita seperti ini. Bagaimana caranya leluhur kita bisa menjadi Waskita?
Sebelum lanjut, jangan lupa untuk follow, subscribe, dan share video ini kepada orang yang penasaran dengan ilmu-ilmu Jawa kuno. Jika kalian membaca buku “Sufis Menjawab,” kalian bisa mendapatkan penjelasan lebih lengkap. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Waskita artinya tajam penglihatannya, terang, teliti, dan waspada. Dalam filosofi Jawa, orang yang Waskita memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Mereka suka mengamati atau mengobservasi.
- Mereka teliti dan suka niteni atau menandai pola-pola kejadian di semesta.
- Mereka selalu awas atau waspada.
- Mereka selalu eling atau sadar.
Keempat ciri-ciri atau kebiasaan ini membuat orang zaman dulu menjadi Waskita. Dengan selalu mengamati, mereka bisa mengumpulkan pola-pola tertentu dalam kehidupan atau alam semesta. Apa yang terjadi di alam semesta ini memiliki pola-pola sendiri, bahkan sejarah pun selalu berulang. Minimal, polanya yang berulang. Pola-pola inilah yang dititeni atau ditandai oleh leluhur kita, sehingga mereka bisa memprediksi kejadian yang akan datang hanya dengan menganalisis pola-pola yang sudah nampak. Mereka akhirnya menjadi merusak durunge winara, atau tahu kejadian sebelum terjadi.
Kemampuan ini menjadikan mereka tempat untuk dimintai petunjuk, karena dianggap prediksi, saran, atau petuah mereka mujarab. Contohnya, ketika akan ada bencana alam, biasanya orang yang Waskita sudah tahu lebih dulu sebelum bencana sungguhan terjadi. Misalnya, sebelum gunung meletus, orang-orang yang Waskita akan mengamati tanda-tanda yang ada, seperti perubahan suhu tanah, migrasi hewan, bahkan bisa merasakan getaran seismik gunung melalui panca indra mereka tanpa memerlukan alat canggih sekalipun. Dari tanda-tanda inilah, mereka membuat prediksi kapan kira-kira gunung akan meletus dan laharnya akan mengalir ke arah mana, sehingga leluhur bisa merancang jalur evakuasi yang aman dan waktu terbaik untuk mengungsi.
Sebenarnya, ini bukan ilmu klinik, melainkan keterampilan kehidupan yang bisa dilatih. Namun, untuk menjadi Waskita, diperlukan ketenangan batin dan level kesadaran yang cukup tinggi. Dalam skala kesadaran Hawkins, seseorang bisa menjadi Waskita jika mereka sudah bergetar dalam frekuensi energi yang tinggi, alias kesadarannya sudah naik ke level yang lebih tinggi.
Dalam perspektif tasawuf Islam dan Kejawen, rahasia manusia bisa menjadi Waskita ini lebih kompleks dan mistis. Menurut Imam Al Ghazali, seorang ulama besar penyusun karya-karya tasawuf di abad ke-12 Masehi, beliau mengatakan bahwa bila manusia bisa mendalami ilmu tasawuf atau kebatinan dengan baik, sampai ia bisa mawas diri dan mengendalikan nafsu-nafsu dalam dirinya, maka ia bisa mencapai kemurnian diri dan makrifat. Dengan demikian, manusia bisa menangkap nur gaib dengan cermin hatinya, atau dengan mata hatinya, atau mata ketiga, dengan perantara nur ilahi. Inilah yang memungkinkan para sufi atau pejalan tasawuf untuk melakukan penghayatan gaib mereka.
Dikatakan oleh Imam Al Ghazali bahwa manusia bisa sampai bertemu dengan ruh nabi-nabi dan para malaikat. Dalam mistisisme Islam atau tasawuf, ruh para nabi dan rasul adalah ruh orang-orang suci dan tercerahkan yang masih bisa ditemui atau melakukan kontak dengan manusia yang masih hidup. Syaratnya, seorang manusia harus memurnikan dirinya dan menaikkan level kesadarannya. Manusia yang berhasil menemui roh-roh para nabi dan malaikat ini bisa mendapatkan pengetahuan gaib dari mereka, bahkan bisa pula melihat dan membaca suratan nasib di Lauhul Mahfudz.
Manusia yang sudah bisa begini dikatakan telah mendapatkan ilmu Laduni, yakni ilmu yang langsung berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga manusia bisa mengetahui kejadian yang terjadi sejak dulu kala dan bisa merusak durunge winara. Mengapa bisa demikian? Menurut Imam Al Ghazali, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini memang sudah tertera di Lauhul Mahfudz sejak zaman alam azali. Ini mirip dengan konsep alam idea dalam filsafat Plato.
Jika manusia ingin mendapatkan ilmu Laduni ini, mutlak seorang manusia harus mensucikan diri dari segala angkara murka, hawa nafsu, dan sifat-sifat buruk. Orang yang bisa seperti ini disebut sebagai Insan Kamil.
Apakah di zaman sekarang masih ada orang yang Waskita dan memiliki ilmu Laduni? Jika kamu pernah menemukan orang di sekitarmu yang Waskita dan berilmu, ceritakan pengalamanmu di kolom komentar. Bagi kalian yang ingin mengetahui sisi gaib dan mistis dari Kejawen, kalian juga bisa membaca buku “Sufisme Jawa” berikut ini. Sebenarnya, Kejawen adalah spiritualisme Jawa kuno yang sudah bercampur dengan tasawuf Islam sejak pasca keruntuhan kerajaan Hindu-Budha di Jawa, dan sampai sekarang masih banyak orang Jawa yang menganut aliran kebatinan Kejawen ini dengan mengamalkan latihan-latihan kebatinan ala Jawa kuno dan tasawuf.