Adik saya mendaftarkan saya menjadi member di bisnis MLM barunya, namanya HPAI. Namanya didaftarkan gratis, saya sih gak keberatan. Saya lihat produk herbalnya lumayan, cukup menarik.
Adik saya bilang, “Aa khan terapis, suka nerapi orang pake tenaga dalam, ini khan bisa dikombinasikan dengan produk-produk herbal, nah, herbalnya ambil dari sini saja, he he.. ,” begitu katanya
Sebelum memutuskan mau dijalanin atau nggak, saya menemukan beberapa kendala. Masalah pertama, produk HPAI ini ternyata gak terlalu murah, meski tidak semahal produk-produk Tianshi yang impor dari China, atau Synergy Worldwide, Usana, Nutrilite, NuSkin yang impor dari Amerika. Biasanya saya pribadi konsumsi herbal-herbal internal komunitas seperti Kapsul AB, Kubadar, Ragani, dkk. Kalaupun butuh produk herbal yang lain, saya lebih suka hunting di Google, Tokopedia, atau Bukalapak. Di sana harga-harganya banyak yang lebih murah dari herbal-herbal HPAI. Saya juga menemukan lapak online yang menjual produk-produk HPAI yang menjualnya dengan harga member. Artinya, tanpa jadi member pun ternyata saya bisa beli produk dengan harga member. Kalau begitu ngapain juga saya jadi member? Malesin bangeth dech liatnya. Saya nggak perlu kasih link nya ya… masuk aja sendiri ke tokopedia terus searching sendiri 🙂
Lalu masalah tempat belanjanya, saya belum tahu stokis terdekat yang bisa saya kunjungi untuk belanja produk. Kalau dilihat dari buku Panduan yang saya terima, Business Center Bandung baru ada 2, satu di Ciburial Dago, satu lagi di Daarut Tauhid Geger Kalong. Saya juga berhitung margin rabatnya yang saya lihat di katalog produknya. Tipis ya, sekitar 20%. Jadi hitungan bisnisnya harus masuk donk, berapa modal, berapa harga jual, berapa operasional untuk belanja dari Buahbatu ke Gegerkalong? Masuk akal nggak? Jangan sampai pengalaman dulu di jaman Jahiliyah saat baru mengenal Amway yang pada akhirnya jadi besar pasak daripada tiang terulang lagi 😀
Adik saya bilang, “Ada stokis dekat rumah, A, di daerah Gumuruh”. Tapi ternyata stokis tersebut sudah pindah ke Bekasi.
Kemudian saya dapat info ada stokis di daerah Kiaracondong, bisa dianter pake Gojek katanya. Pas jalan-jalan ke daerah Ciganitri saya juga nemu di sana. Tapi belum dicek aktif apa nggaknya. Produk dia lengkap apa nggak. Nah, di luar masalah stokis itu, khan ada pelapak tokopedia yang jual harga member? Bisa dihitung khan mana yang operasionalnya lebih tinggi? Transportasi ke stokis Bandung? Atau ongkos kirim dari stokis online di Bekasi yang obral harga member ke umum itu, he he..
Masalah kedua, meskipun benar saya suka nerapi, saat ini kegiatan terapi lebih banyak dilakukan ke anggota keluarga terdekat saja, terutama istri dan anak-anak. Saya bukan terapis profesional yang buka praktek pengobatan. Kalaupun terlibat kegiatan terapi, itupun sifatnya sosial saja, bukan tuntutan profesi.
Rupanya masalah klasik produk Direct Selling sesudah masuk Lapak Konvensional banyak sekali terjadi. Bukan cuma produk HPAI, jika Akant-Tetah butuh produk-produk herbal direct selling apapun, coba saja cari di bukalapak dan tokopedia. Banyak sekali produk-produk yang sudah dijual dengan harga di bawah harga membernya. Jika Akang-
Teteh sedang berkecimpung di bisnis yang bersangkutan, apa gak sakit hati tuch?Saya pribadi juga pernahy kok beberapa kali beli propolis dari Tokopedia. Member-member MSS tentu saja meradang dan teriak-teriak “itu produk propolis palsu, beli yang asli hanya dari member”. Tapi saya tahu persis itu produk asli. Ngerti juga seluk beluk permainan yang menyebabkan harganya begitu, he he..
Seharusnya perusahaan-perusahaan Direct Selling di Indonesia lebih serius membenahi masalah harga damping lapak-lapak online ini. Perusahaan direct selling asing begitu tegas menetapkan aturan ini. Saya jarang sekali, atau bahkan tidak pernah menemukan produk Usana & Nutrilite harga miring di lapak online.
Kembali ke masalah produk HPAI, saya tutup mata aja dech. Untuk menghargai niat baik adik saya yang udah bela-belain daftarin saya ke HPAI, saya tetap masukin ke lapak online dan Instagram saya, tapi nggak akan dipikirin mau jalan apa nggak. Nggak akan dipikirin juga produknya bisa laku atau nggak. Saya jalanin aja secara alami bersamaan dengan bisnis saya yang lain. Soal rejeki, biarlah Sang Maha Pencipta yang mengaturnya. Di luar itu, saya lebih tertarik jualan Hi-Octan, baju, asesoris, atau produk unik lainnya yang margin harganya lebih masuk akal buat saya. Lagipula, saya juga harus fokus beresin produk digital pendidikan saya yang belum kelar-kelar juga. Semoga semua niat baik bisa tercapai…