Divine Core: Mengungkap Potensi Spiritual dan Misi Hidup

Divine Core itu apa?

Istilah “Divine Core” dapat memiliki berbagai makna tergantung pada konteksnya. Secara umum, “core” berarti inti atau esensi dari sesuatu. Dalam konteks spiritual atau metafisik, “Divine Core” bisa diartikan sebagai inti ilahi atau esensi spiritual yang ada dalam setiap individu. Ini bisa merujuk pada potensi spiritual atau misi hidup yang unik bagi setiap orang, yang ketika diungkap dan dijalani, dapat membawa keberlimpahan dan makna hidup.

Dalam bahasa gaul yang viral di media sosial, “core” sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tersegmentasi atau khusus, seperti “flowercore” untuk sesuatu yang bertema bunga, atau “Harry Styles-core” untuk gaya yang terinspirasi oleh Harry Styles

Siapa sih yang memperkenalkan istilah Divine Core?

Istilah “Divine Core” tampaknya tidak memiliki asal-usul yang spesifik atau sumber yang terdokumentasi dengan baik dalam literatur akademis atau spiritual. Namun, konsep inti ilahi atau esensi spiritual sering ditemukan dalam berbagai tradisi spiritual dan filosofis di seluruh dunia. Dalam beberapa kasus, istilah ini mungkin digunakan dalam konteks modern atau populer untuk menggambarkan konsep yang lebih tua atau lebih tradisional.

Misalnya, dalam konteks permainan dan media populer, “Divine Core of the Goddess” adalah istilah yang digunakan dalam game “Fate/Grand Order” yang merujuk pada kemampuan yang mengekspresikan seseorang sebagai dewi yang sempurna sejak lahir. Namun, ini tentu saja tidak mencerminkan penggunaan istilah dalam konteks spiritual atau filosofis yang lebih luas.

Jika Anda mencari informasi lebih lanjut tentang asal-usul istilah “Divine Core” dalam konteks spiritual, mungkin akan membantu untuk meneliti berbagai sumber yang membahas konsep inti spiritual atau esensi ilahi dalam berbagai tradisi kepercayaan.

Spirituality

Kenapa orang spiritual banyak yang diidentikkan dengan pelaku ritual magis, astrologi, tarot, feng shui, praktisi Tantra, penyembuh energi, atau energi healer? Termasuk pula penyembuh Cakra Prana atau jenis-jenis penyembuh atau praktisi spiritual lainnya. Di beberapa agama, praktik-praktik ini sering ditentang dan dianggap sebagai kesesatan.

Sebenarnya, spiritualitas telah ada sejak zaman dulu, terutama pada peradaban kuno. Praktik-praktik seperti tarot, Tantra, astrologi, Prana, Chi, Chakra, atau bentuk-bentuk penyembuhan energi lainnya, dulunya merupakan praktik spiritual kuno yang digunakan untuk penyembuhan dan pemberdayaan diri. Praktik-praktik ini digunakan sebelum ilmu kedokteran barat, sains, dan teknologi ditemukan.

Hal-hal yang saya sebutkan sebelumnya dapat dikategorikan sebagai pola baku spiritual yang dialami secara berbeda-beda oleh setiap individu, tergantung pada bakat spiritual mereka. Bahkan, sebenarnya semua ilmu kesehatan dan pengetahuan berawal dari spiritualitas, melalui filosofi atau filsafat. Dari fisafat inilah lahir agama dan ilmu pengetahuan.

Spiritualitas juga melahirkan praktik-praktik penyembuhan tradisional yang banyak digunakan di Timur. Inilah yang kemudian menghasilkan inovasi pengobatan modern barat yang masih kita gunakan hingga sekarang.

Evaluasi Divine Core dalam diri

Masihkah kita memiliki Divine Core yang unik untuk diri kita sendiri? Pertanyaan selanjutnya adalah apakah Divine Core kita masih relevan untuk zaman sekarang? Tentu saja, bahkan bisa jadi bahwa kalian yang terpilih ini sebenarnya bertugas untuk menyeimbangkan kembali peradaban saat ini melalui Divine Core masing-masing.

Jika kalian pernah mengalami titik terendah dalam hidup, depresi besar, tekanan, masalah datang bersamaan, bahkan kehilangan orang-orang terkasih, sehingga merasa sendirian dalam hidup. Bahkan, sampai pada titik dekat dengan kematian, seperti mengalami mati suri, memikirkan untuk mengakhiri hidup, atau bahkan hampir mati sungguhan, tapi kalian masih bisa bertahan hidup. Setelahnya, mengalami perubahan pola pikir dan pandangan hidup, serta mulai mempertanyakan jati diri dan mencari hakikat Tuhan dan hakikat kehidupan yang sebenarnya. Maka bisa dikatakan kalian sedang mengalami kebangkitan spiritual secara alami.

Sebenarnya, ini adalah fase hidup yang sangat berharga yang dapat mengubah hidup kalian secara drastis, menuju kehidupan yang lebih baik dan tercerahkan. Bahkan setelah kebangkitan spiritual terjadi, kalian tidak hanya bisa bangkit dari sakit dan keterpurukan hidup, tapi juga menemukan banyak potensi diri yang selama ini terkubur. Seiring dengan penemuan jati diri selama proses spiritual berlangsung, potensi-potensi yang terbuka ini tidak hanya membawa keberlimpahan dalam hidup kalian, tetapi juga membawa penemuan misi jiwa yang bisa membuat hidup kalian lebih bermakna.

Dalam tradisi Hindu dan Buddha, misi jiwa ini disebut sebagai Dharma. Ketika manusia hidup dalam Dharma, hidup menjadi lebih enak, selaras, berdaya, dan yang lebih penting, bisa lebih bermanfaat bagi sekitarnya. Tergantung pada seberapa besar cakupan misi jiwa atau Dharma dari masing-masing individu.

Sebenarnya, menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain adalah kebutuhan batin manusia, yang sejalan dengan sebutan bahwa manusia pada dasarnya adalah penghuni surga yang jatuh ke bumi. Oleh karena itu, jika banyak dari kita merindukan sifat-sifat surgawi tersebut, seperti surga atau Nirwana, kondisi di mana kita terbebas dari ikatan dan belenggu hal buruk serta emosi negatif saat hidup di dimensi surgawi. Maka kita juga akan mengadaptasi perilaku atausifat-sifat surgawi tersebut dalam kehidupan kita. Ini berarti kita tidak hanya ingin berbuat baik dan memiliki penampilan yang baik, tetapi kita juga ingin hidup sesuai dengan sifat-sifat surga yang ada dalam diri kita. Sebenarnya, ini juga merupakan bagian integral dari jati diri kita. Orang yang baik biasanya juga menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitarnya.

Kebangkitan spiritual memberikan kesempatan bagi manusia untuk menjadi bermanfaat bagi sekitarnya. Tidak dengan cara memerintahkan atau memaksa orang lain untuk selalu berbuat baik dan menghindari kejahatan atau kemaksiatan, tetapi dengan bimbingan spiritual, manusia diberikan kesempatan untuk menyembuhkan diri dan mengatasi sifat-sifat jahat dalam dirinya. Dalam proses ini, manusia menjadi sadar dan mampu memilih untuk berbuat kebaikan karena ia sendiri telah merasakan keburukan dan kerugian dari kejahatan tersebut. Dengan cara ini, manusia secara alami dan manusiawi memilih untuk berbuat baik dan mengendalikan tindakan-tindakan jahatnya. Hasilnya adalah menjadi manusia yang bijaksana, yaitu sadar dan memahami kapan menggunakan kebaikan dan kejahatan dalam dirinya untuk kebaikan bersama.

Namun, perlu diingat bahwa kebaikan harus dilakukan secara tulus dan murni, bukan dengan sifat munafik. Munafik terjadi ketika seseorang tampak baik di luar, tetapi di dalamnya masih memiliki sifat jahat atau bahkan menjadi monster yang disembunyikan dengan kedok kebaikan. Akibatnya, ketika kebaikan dilakukan secara munafik, outputnya cenderung menuju keburukan lain. Contohnya, ini sering terjadi pada pemuka agama dan pemimpin spiritual yang seharusnya menjadi contoh kebaikan, tetapi melakukan kejahatan dengan kejam. Kejahatan ini cenderung tidak terhenti karena dibalut dengan agama atau spiritualitas. Inilah mengapa kasus penipuan oleh pemuka agama atau pelecehan seksual terhadap jemaat dapat terjadi. Namun, pada orang-orang yang mengalami kebangkitan spiritual, hal-hal seperti ini jarang terjadi. Mereka secara langsung diproses oleh semesta untuk menaklukkan setan atau kejahatan dalam diri mereka sendiri, dan hasilnya adalah menjadi orang yang baik dan bijaksana karena telah selesai dengan diri sendiri dan tidak munafik.

Orang-orang tua dan orang-orang bijaksana sering mengatakan bahwa mereka yang mengalami kebangkitan spiritual adalah jiwa-jiwa yang terpilih. Tidak semua manusia di bumi ini dapat mengalami kebangkitan spiritual, meskipun mereka mengalami kejatuhan dan titik terendah dalam hidup. Jika seseorang tidak menerima penjelasan tentang kebangkitan spiritual ini, mereka tidak akan mengalaminya karena mereka masih berpegang teguh pada ego mereka dan tidak terbuka pada kemungkinan lain dalam hidup. Namun, ada juga orang-orang yang awalnya menyangkal atau tidak percaya pada spiritualitas, tetapi akhirnya menerima dan pasrah. Mereka mengalami kebangkitan spiritual setelah melewati pengalaman hidup yang sulit. Pada saat mereka pasrah, mereka mengalami titik nol dan dapat mengalami kebangkitan spiritual karena mereka telah mengalami “kematian” dalam hidup mereka. Setelah sisi spiritual dalam diri mereka bangkit, mereka melakukan penyembuhan dan introspeksi diri, serta mulai bangkit dari keterpurukan sambil mencari jati diri. Saat mereka menemukan jati diri, mereka juga menemukan misi jiwa atau Dharma yang mengantarkan mereka menjadi orang yang bermanfaat. Tidak hanya bermanfaat bagi diri mereka sendiri atau orang-orang di sekitar mereka, tetapi juga bagi semesta, karena setiap manusia memiliki blueprint atau cetak biru yang diperlukan untuk kelangsungan hidup universal. Setiap individu yang mengalami kebangkitan spiritual memiliki Divine Core atau cetak biru spiritual yang unik, yang terkait dengan misi jiwa atau Dharma mereka. Divine Core ini ada sejak zaman dulu dan di zaman sekarang ini, Divine Core yang ada pada zaman dulu juga masih relevan hingga saat ini. Dalam era modern ini, dunia sedang mengalami penyeimbangan dan penataan ulang, karena peradaban yang terlalu rasional dan terlalu agamis. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika praktik-praktik spiritual yang dulu populer dalam peradaban kuno mulai marak lagi di zaman ini.

Terdapat 14 Divine Core yang ada sejak zaman dulu dan mulai kembali muncul pada zaman sekarang. Bakat spiritual alami yang terkait dengan Divine Core ini mencakup berbagai hal, seperti teosofi dan filosofi, praktisi meditasi dan mindfulness, ritual magis, penyeimbangan Cakra dan Aura, manipulasi energi dan kekuatan psikis, praktisi Tantra, astrologi, feng shui, ahli aromaterapi, praktisi swinging ball dan Sound Healing, praktisi kryistal healing, integrasi bayangan atau Shadow integration, dan herbalis.

Untuk mengetahui Divine Core masing-masing individu, dapat menggunakan metode numerologi yang dikembangkan oleh Pythagoras. Numerologi mempelajari cetak biru atau blueprint manusia berdasarkan tanggal lahir dan posisi benda langit saat kelahiran. Melalui numerologi, kita dapat mengetahui potensi jati diri, misi jiwa, serta kemungkinan kehidupan masa lalu (past life) dan belajar dari pelajaran karma yang harus dipelajari.

Laporan numerologi tidak hanya menyediakan analisis blueprint spiritual dan misi jiwa, tetapi juga analisis tentang kehidupan masa lalu dan karma. Dengan bantuan numerologi, kita dapat semakin mengenali jati diri dan menjalankan tugas Ilahi yang ada dalam hidup kita. Numerologi adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk dengan cepat mengetahui potensi jati diri, blueprint hidup, dan kemungkinan pengalaman masa lalu. Jika tertarik untuk mengetahui Divine Core dan blueprint hidup kalian, kalian dapat memesan laporan numerologi melalui akun TikTok @cokonumerologi dan mengikuti petunjuk yang ada di deskripsi video tersebut.

Comments

comments