Sejak awal Liga Indonesia digulirkan, Persib adalah salah satu tim yang berkomitmen untuk tidak menggunakan pemain asing. Persib percaya bahwa pemain-pemain yang dihasilkan dari kompetisi internal Persib akan mampu bersaing dengan tim-tim lain yang menggunakan pemain asing. Awalnya memang berhasil. Persib membuktikan diri tampil sebagai juara Liga Indonesia edisi pertama tahun 1994 yang saat itu bernama Liga Dunhill. Namun makin ke sini, semakin terbukti bahwa Persib tidak bisa melawan perkembangan zaman. Dalam industri sepakbola modern, keberadaan pemain asing merupakan sesuatu yang lumrah dan terbukti mendongkrak kualitas permainan tim, yang pada akhirnya akan bermuara pada prestasi tim nasional.
Rombongan pemain asal Polandia jadi gerbong pemain asing pertama di Persib. Mereka adalah Maciej Dolega, Piotr Orlinski, Mariusz Mucharski, dan pavel Bocjian. Gerbong ini didatangkan pada 2003 oleh pelatih yang juga asal Polandia, yaitu Marek Andrzej Sledzianowski. Gebrakan Persib yang sebelumnya anti pemain asing justru berbuah sial. Didatangkannya para legiun Polandia itu justru membuat performa Persib terpuruk.
Tak ada penampilan istimewa dari para pemain asing tersebut. Pada tahun itu justru jadi titik nadir Persib yang terseok-seok hingga terancam degradasi. Apakah ini adalah kesalahan mutlak dari para pemain asing yang gak bisa mengangkat prestasi tim? Saya rasa gak bisa dilihat dari sisi ini saja. Kita harus ingat bahwa saat itu, Persib sedang melakukan perombakan besar-besaran, Hampir semua pemain yang memperkuat Persib saat itu merupakan pemain yang masih hijau yang sama sekali belum berpengalaman di kancah sepakbola nasional. Mungkin saat itu para pengurus Persib berharap agar Persib berprestasi dari pemain muda yang dibimbing oleh para pemain asing berpengalaman.
Marek dan rombongan pemainnya pun akhirnya didepak Persib. Di pertengahan musim, Persib mendatangkan pelatih asal Cile, Juan Paez. Ia membawa rombongan pemain asal Cile, di antaranya Alejandro Tobar dan Claudio Lizama. Mereka sukses menghindarkan Persib dari degradasi setelah lolos dari fase playoff.
Maciej Dolega
Penampilannya memang ngotot penuh semangat, namun produktivitas di depan gawang biasa-biasa saja. Masih jauh banget lah klo kita bandingan dengan Dejan Gluscevic tandem Peri Sandria di Bandung Raya. Gosipnya, dia memang harus dipaketkan dengan Piotr Orlinski.
MACIEJ Dolega adalah salah satu pemain asing pertama yang berkostum Persib sejak era Liga Indonesia (LI) diputar pada tahun 1994. Bersama penjaga gawang Mariusz Mucharski, gelandang Piotr Orlinski dan bek Pawel Bocian, Dolega didatangkan pengurus Persib dari Polandia menjelang LI IX/2003 bergulir. Mereka datang bersama pelatih Polandia, Marek Andrejz Sledzianoswski.
Sayang seribu kali sayang, Dolega gagal menebar pesona. Berbarengan dengan upaya regenerasi yang dilakukan Persib, striker kelahiran Przemysl, Polandia, 22 Januari 1975 ini tak mampu menunjukkan ketajamannya. Bergabung sejak awal musim, Dolega baru mencetak gol pertamanya untuk Persib pada pekan ke-16 ke gawang PSM Makassar di Stadion Mattoangin, 5 April 2003. Dalam pertandingan itu, gol Dolega pun gagal membawa kemenangan karena Persib tetap kalah 1-3.
Akibat performanya yang dinilai kurang memuaskan, pengurus Persib akhirnya memutus kontrak Dolega, bersama seluruh kompatriotnya dari Polandia, termasuk pelatih Marek Andrejz Sledzianowski pada akhir putaran pertama.
Sepanjang putaran pertama, Dolega tampil dalam 15 pertandingan dengan mengoleksi 1 gol.
Piotr Orlinski
Piotr Orlinski (Polandia), Berposisi sebagai playmaker, sebetulnya skill individu Orlinski nggak butut-butut amat. Nampaknya faktor tidak mampu beradaptasi dengan panasnya cuaca Indonesia dibandingkan dengan Polandia membuatnya tidak bisa bermain dengan performa terbaik yang dimilikinya.
Piotr Orlinski lahir pada tanggal 22 September 1976 di Warszwa, Polandia. Piotr Orlinski bermain sebagai gelandang serang. Awal karirnya banyak dihabiskan di Liga Polandia. Namun pada tahun 2002 ia mencoba peruntungan di luar negaranya dengan membela klub Zalgiris Wilno di Liga Latvia. Setelah itu ia sempat bermain di Liga Indonesia bersama tim Persib Bandung, namun hanya berlangsung selama setengah musim, karena posisi tim Persib Bandung yang terpuruk di papan bawah. Setelah itu ia kembali ke Polandia dan pada tahun 2006-2008 ia sempat bermain di Liga Yunani sebelum hijrah kembali ke Polandia. Piotr Orlinski sebenarnya mengawali karirnya dengan baik. Pada usia 17 tahun ia sempat bermain di Piala Dunia U-17 1993 di Jepang bersama pemain-pemain terbaik Polandia, seperti Arkadiusz Radomski (ex-Heerenveen & NEC Nijmegen) dan Artur Wichianarek (ex-Arminia Bielefeld & Herta Berlin). Bahkan ia sempat mencetak 2 gol ke gawang Chile di babak penyisihan dengan skor akhir 3-3 Di turnamen tersebut, Piotr Orlinski mampu membawa Polandia hingga ke babak semifinal sebelum dikalahkan oleh Nigeria dengan skor 2-1. Di perebutan peringkat ke 3, Polandia dikalahkan oleh Chile dengan adu pinalti. Sedangkan juara pada saat itu diraih oleh Nigeria setelah mengalahkan Ghana dengan skor 2-1. Nigeria pada saat itu diperkuat oleh generasi emas, salah satunya ialah Wilson Oruma dan Nwankwo Kanu.
Mariusz Mucharski
Postur tubuhnya yang tinggi besar dengan wajah yang sangar awalnya sempat memberi harapan pada bobotoh. Marek memberi pernyataan bahwa 99% kekuatan tim sepakbola ada di tangan penjaga gawang. Marek memandang sebelah mata pada Cecep Supriatna yang saat itu ada di dalam tim. Bobotoh berharap penyerang lawan akan keder duluan hingga sulit membobol gawang Maung Bandung. Namun harapan tak sesuai dengan kenyataan. Gawang Persib yang dikawal Mucharski justru menjadi lumbung gol tim-tim yang berpesta gol ke gawang Persib Bandung.
Pavel Bocian
Pavel Bocian (Polandia). Bocian adalah rekrutan keempat Marek. Rekrutan ini dianggap mubazir karena peraturan Liga saat itu hanya membolehkan tiga pemain asing bermain di lapangan. Namun Marek bersikukuh bahwa Bocian dibutuhkan untuk mengangkat prestasi Persib. Saat Bocian bermain, Dolega diparkir tidak masuk Line-Up. Di pertandingan awal, Bocian sebagai pemain belakang sepertinya cukup memberi kontribusi mengamankan pertahanan tim. Namun di pertandingan berikutnya, Bocian malah pasea jeung si Marek. Bocian tidak terima ditempatkan sebagai sweeper dalam formasi 1-4-4-1 yang membuat tim Persib kocar kacir. Kejadian ini berbuntut dipulangkannya Bocian ke Polandia sebelum setengah musim kompetisi berakhir.