Gagal Komtetisi Tahun 1986/1987
Di sela-sela kompetisi tahun 1987, artis-artis Bandung, terutama yang mengaku Bobotoh, seperti Trio Bimbo yang mendapat dukungan dari penyanyi Hetty Koes Endang, Nia Daniati, serta pelawak Kang Ibing, menciptakan sebuah lagu berjudul “PERSIBKU JAYA”. “Kami menciptakan lagu ini karena kami benar-benar mencintai PERSIB,” ujar Syam Bimbo, yang mempunyai ide menciptakan lagu “Persibku Jaya”. Semua kesebelasan dunia, katanya, masing-masing mempunyai lagu. “Nah, apa salahnya jika PERSIB pun mempunyai lagu ” ungkapnya.
Tim PERSIB sendiri saat itu masih mempertahankan tim pelatih yang berhasil membawa PERSIB juara pada musim sebelumnya, yaitu Nandar Iskandar, dibantu oleh Max Timisela dan Indra Thohir. PERSIB berhasil melaju ke babak “6 Besar” dengan sistem setengah kompetisi, namun permainan bintang-bintang PERSIB mulai memudar. Adjat Sudradjat, Bambang Sukowiyono, Iwan Sunarya dan Djadjang Nurdjaman yang pada musim sebelumnya selalu menjadi sumber gol PERSIB seperti tak bisa berbuat banyak di kotak penalti. Mereka tiba-tiba menjadi mandul
Tak heran, dalam empat pertandingan awal babak “6 Besar”, PERSIB hanya mampu mencetak satu gol, ketika bermain imbang 1-1 dengan Persipura, 2 Maret 1987. Gol pertama PERSIB di putaran final itu dicetak Adjat Sudradjat pada menit 39. Dalam tiga pertandingan lainnya, PERSIB bermain imbang tanpa gol dengan Persebaya (25 Februari 1987), PSMS (27 Februari), dan Persija (5 Maret 1987).
Meski tidak terkalahkan dalam empat laga tersebut, posisi PERSIB berada di ujung tanduk. Dengan mengumpulkan nilai 4, jika ingin lolos ke grandfinal mendampingi Persebaya, PERSIB harus menang dengan selisih minimal dua gol pada laga terakhirnya melawan PSIS yang ketika itu sudah mengantongi nilai 6.
Dalam laga penentuan yang dimainkan pada 7 Maret 1987, PERSIB tampil ciamik dengan mengalahkan PSIS. Sayang, kemenangan yang didapat PERSIB cuma 1-0 lewat gol Adeng Hudaya pada menit 18. Kemenangan itu tidak cukup untuk menggusur PSIS, karena PERSIB butuh kemenangan dengan selisih dua gol.
PERSIB pun menangis tragis, karena harus tersingkir gara-gara perbedaan selisih gol. Saking kecewanya, seluruh anggota skuad PERSIB langsung pulang ke Bandung, tanpa menyaksikan partai Final antara Persebaya dan PSIS yang akhirnya dimenangkan oleh PSIS. PERSIB masih sedikit terhibur, karena Robby Darwis dinobatkan sebagai pemain terbaik musim itu dan berhak memperoleh “Bola Emas”.
Seperti biasa, atas kegagalan mempertahankan gelar itu, reaksi pun bermunculan, tak terkecuali dari mantan Ketua Umum PERSIB Solihin GP., Ia mengatakan motivasi dan fanatisme yang ditunjukkan para pemain ketika menjuarai Kompetisi Perserikatan 1986 tidak terlihat lagi.
Pelatih Nandar Iskandar berdalih, cederanya dua pemain muda potensial yang dimilikinya, Dadang Kurnia dan Uut Kuswendi turut menjadi penyebab kegagalan timnya. Tidak mau larut dalam kekecewaan, untuk menghadapi kompetisi berikutnya, PERSIB mengadakan beberapa kali pertandingan uji coba sekaligus sebagai seleksi pemain yang dianggap layak menghuni skuad “Pangeran Biru”. Persiapan kali ini disiapkan lebih matang dibanding musim lalu karena jadwal awal kompetisi relatif masih lama.
Dibantai PSV Eindhoven
PERSIB pun memainkan sejumlah laga persahabatan, termasuk dengan klub luar negeri. Tanggal 11 Juni 1987, PERSIB berkesempatan menjajal klub raksasa Belanda, PSV Eindhoven yang tengah melakukan lawatan ke Indonesia dalam rangka tur Asia bersama Phillips. Selain Ruud Gullit, dalam pertandingan ini, PSV juga diperkuat pemain tim nasional Belanda lainnya, Ronald Koeman serta kapten Belgia, Eric Gerets. Perlu dicatat, Ruud Gullit saat itu tengah dipinang tim asal Italia AC Milan dan tercatat sebagai pemecah rekor “Pemain termahal Dunia”, memecahkan rekor dunia sebelumnya yang dipegang oleh Diego Armando Maradona (Napoli)
Sayang, tidak semua pemain inti PERSIB ikut serta. Maklum, pada saat itu sedang masa seleksi Timnas Indonesia. Selain penjaga gawang Erick Ibrahim, di dalam skuad PERSIB yang menghadapi PSV ada nama Yudi Guntara, seorang gelandang muda masa depan PERSIB. Pemain asal didikan Diklat Ragunan ini merupakan anggota tim nasional pelajar Indonesia asuhan Bukhard Pape pada 1984 dan 1985.
Tim PERSIB yang saat itu ditukangi oleh Nandar Iskandar dan Indra Tohir menggunakan formasi 4-3-3. Adapun formasi pemain PERSIB ketika melawan PSV Eindhoven adalah Wawan Hermawan/Erick Ibrahim (penjaga gawang), Dede Iskandar, Ade Mulyono, Ujang Mulyana, Adeng Hudaya, Bambang Sukowiyono, Uut Kuswendi, Iwan Sunarya/Dadang Kurnia, Adjat Sudradjat, Yudi Guntara, dan Dede Rosadi/Sarjono.
PERSIB, harus berjuang keras meladeni Ruud Gullit dkk. di Stadion Siliwangi. Pasukan PERSIB yang saat itu masih bisa dikatakan yang terbaik di Indonesia walaupun tidak meraih gelar juara, dihadapkan dengan raksasa sepakbola yang disegani di Eropa, jelas kalah segalanya, baik secara teknis maupun postur badan. Walaupun kalah kelas, pemain PERSIB tidak gentar. Adeng Hudaya dkk. sangat bersemangat memberikan perlawanan kepada lawannya. “Kami selalu ketinggalan langkah dari para pemain PSV. Bisa diibaratkan, satu langkah Ruud Gullit sebanding dengan tiga langkah pemain PERSIB. Tapi saya bangga bisa berhadapan dengan Gullit, setidaknya saya telah berusaha untuk menghadangnya sebelum memasuki daerah pertahanan PERSIB”, ujar Adeng Hudaya, libero sekaligus Kapten PERSIB.
Adeng Hudaya berkata : “Para pemain Eindhoven memiliki tendangan yang keras dan akurat. Man to man marking yang dijalankan pemain PERSIB tidak bisa berjalan optimal, ini dikarenakan postur tubuh yang beda jauh. Bahkan di-body charge pun malahan kita yang tersungkur”, kenang Adeng. Sementara menurut B. Sukowiyono, gelandang yang saat itu tampil sebagai starter, formasi yang diterapkan pelatih sebenarnya efektif untuk mengimbangi pergerakan Ruud Gullit CS, namun harus diakui bahwa PERSIB kalah fisik.
Hasilnya, PSV Eindhoven membungkam PERSIB 6-0 lewat gol Ruud Gullit menit ke-9, hattrick E. Vicool menit ke-15, 40, dan 53 serta dua gol tambahan dari Jurie Koolkhof menit ke-60 dan 66. Duel PERSIB kontra PSV Eindhoven memang bak pertarungan antara “David dengan Goliath”. Tak heran hanyak kejadian lucu yang terjadi di lapangan hijau.
Pemain belakang PERSIB kocar-kacir menghadapi tekanan beruntun dari PSV. Tendangan maupun sundulan kelas dunia yang amat bertenaga mengagetkan kiper PERSIB yang dijaga Wawan Hermawan. Baru setengah babak gawang PERSIB sudah kemasukan 3 gol.
“Wawan Hermawan sempat menahan bola yang ditendang keras Ruud Gullit. Lucunya, saat Wawan mencoba menahan laju bola malahan badan Wawan yang terbawa masuk ke gawang PERSIB”, kata Adeng sambil tertawa. Senada dengan Adeng, Dede Rosadi yang saat itu turut andil membela PERSIB berkisah, para pemain Eindhoven tidak hanya memiliki tendangan yang keras, heading-nya pun membuat kiper Wawan tercengang. “Saking kerasnya heading Ruud Gullit, membuat Wawan ciut. Ia bilang sundulannya saja keras apalagi tendangannya. Di babak kedua Wawan meminta kepada pelatih untuk diganti oleh kiper cadangan yang saat itu dipercayakan kepada Erik Ibrahim”, ujar Dede mengenang.
Gosip Tambahan
Meskipun saat itu Persib seperti tak berdaya melawan gempuran Ruud Gullit da kawan-kawan, beberapa hari sesudahnya, ternyata timnas Indonesia, yang merupakan gabungan dari Galatama dan Perserikatan, berhasil menahan PSV dengan skor 3 – 3. Gol timnas diciptakan oleh Jaya Hartono dan Ricky Yacob (2). Pelatih Guus Hiddink sempat memuji penampilan Ricky Yacob. Di tahun yang sama, timnas menjuarai Piala Kemerdekaan, sempat mengalahkan Aljazair sebelum mengalahkan Malaysia di final.
Persiapan Kompetisi Perserikatan 1987/1988
Untuk lebih memantapkan kerangka tim menghadapi Kompetisi Perserikatan 1987/1988 yang dimulai pada awal November 1987, PERSIB mengikuti turnamen dan beberapa kali pertandingan uji coba seperti Piala Surya di Surabaya, 28 Juni-3 Juli 1987. Setelah dianggap bermain cukup baik ketika melawan PSV, Yudi Guntara kembali disertakan dalam lawatan PERSIB ke Piala Surya 1987 (28 Juni-3 Juli 1987). Meski PERSIB gagal tampil sebagai juara, berkat penampilan cemerlangnya, Yudi yang sempat membuat satu gol dalam turnamen ini dinobatkan sebagai pemain favorit.
Bulan Juli 1987, PERSIB kembali mendapatkan kesempatan untuk memainkan laga uji coba Internasional di Stadion Siliwangi. Kali ini PERSIB berhadapan dengan Hallelujah (Korea Selatan) dan Juventus (Brasil). Dalam pertandingan persahabatan itu, Hallelujah mengalahkan PERSIB 1-0 (13/07/1987) serta keesokan harinya, PERSIB mengalahkan Juventus ( Brasil ) 2-1 (14/07/1987). Dalam pertandingan persahabatan internasional ini, Yudi Guntara kembali diikutsertakan dan mencetak satu dari dua gol kemenangan PERSIB atas Juventus Brasil. Kendati penampilannya sangat menjanjikan, namun Yudi baru diproyeksikan memperkuat PERSIB pada musim berikutnya.
Akhirnya, menjelang kompetisi dimulai, tim PERSIB pun terbentuk. Dari 27 pemain yang ada, PERSIB mendaftarkan 25 pemain, termasuk Yusuf Bachtiar yang secara resmi bergabung dengan PERSIB, setelah surat keluarnya dari Perkesa ’78 Sidoarjo ke UNI diterima PERSIB, akhir Juli 1987. Ketika masih junior, pemain didikan Diklat Ragunan ini sempat berkostum PERSIB, saat berjuang promosi ke Divisi Utama pada Kompetisi Divisi I 1980/1983. Bersama Herry Kiswanto, Yusuf juga sempat dipinjam PERSIB ketika tampil di Pesta Sukan II/1986 Brunei Darussalam.
PERSIB juga mengikuti turnamen Piala Kedaulatan Rakyat 1987 di Yogyakarta, 24-27 September 1987, sebagai persiapan akhir menuju kompetisi Perserikatan.
PERSIB mendaftarkan komposisi skuadnya ke PSSI menjelang Kompetisi Perserikatan 1987-1988, mereka antara lain Sobur, Boyke Adam, Jajang Sinar Surya (kiper), Ade Mulyono, Adeng Hudaya, Dede Iskandar, Suryamin, Nandang Kurnaedi, Robby Darwis, Ujang Mulyana, Sardjono, Yoce Roni Sumendap, Bambang Sukowiyono, Yusuf Bachtiar, Dede Dradjat, Dede Rosadi, Auy Sobarman, Suparmin, Roy Darwis, Uut Kuswendi, Ruchiyat, Dadang Kurnia, Kekey Zakaria, Djadjang Nurdjaman, dan Iwan “Poras” Setiawan. Dua nama lain yang “disimpan” adalah penjaga gawang Erick Ibrahim dan Sam Triawan.
Namun diantara nama-nama yang didaftarkan tidak terdapat nama-nama besar yang menjadi tulang punggung PERSIB ketika merengkuh gelar juara pada 1986, mereka adalah Wawan Hermawan (kiper), Iwan Sunarya, dan Adjat Sudradjat. Mengapa demikian dan ada apakah gerangan? Banyak gosip yang tidak bisa saya beberkan di sini, biarlah itu menjadi misteri.
Pada 7 November 1987, PERSIB mengawali perjuangannya untuk lolos ke putaran final alias babak “6 Besar” secara meyakinkan. Bermain di Jakarta, PERSIB menghajar tim pendatang baru, Persitara Jakarta Utara 5-1. Yusuf Bachtiar mencetak gol pembuka pada laga debutnya bersama PERSIB di Divisi Utama Kompetisi Perserikatan ketika pertandingan baru berjalan enam menit. 4 gol PERSIB lainnya disumbangkan Dadang Kurnia (menit 31 dan 63), Adeng Hudaya (73), dan Robby Darwis (84).
Namun, pada pertandingan berikutnya yang justru dimainkan di Stadion Siliwangi, 15 November 1987, PERSIB tak berdaya saat ditekuk Persija Jakarta 0-1 lewat gol tunggal Budiman Yunus pada menit 47. Padahal pertandingan tersebut disaksikan oleh 50.000 Bobotoh yang memadati Stadion Siliwangi hingga meluber ke pinggir lapangan.
Beruntung PERSIB bisa bangkit dalam tur ke Sumatera dengan mencatat kemenangan atas PS Bengkulu 3-2 (22 November 1987) dan PSDS Deli Serdang 2-0 (5 Desember 1987). Setelah kalah 1-2 dari PSMS Medan di Stadion Teladan Medan, 9 Desember 1987, PERSIB mengakhiri putaran pertama di peringkat ketiga di bawah Persija dan PSMS.