Berita LP – Palalangon, 15 November 2011
Pagi ini, kang Dicky, penulis buku trilogi ARKHYTIREMA memenuhi undangan dari Ibu Sita Sudjono, pengelola komunitas Metafisika Study Club. Seperti biasa, kang Dicky ditemani teh Risty, kakang Tala, ade Esya dan beberapa HIers lainnya. Ini kali kedua, kang Dicky dan komunitas MSC bertemu. Ibu Sita (76), seorang dokter yang menghabiskan masa hidupnya untuk kegiatan sosial, telah mencari informasi dan mempelajari mengenai budaya LEMURIAN selama 51 tahun. Komunitas ini komunitas yang unik, terdiri dari berbagai orang dengan berbagai latar belakang. Pertemuan sebelumnya dengan kang Dicky dinilainya memberikan informasi dan pengetahuan baru mengenai budaya LEMURIAN.
HI-ers yang hadir pun berusaha untuk membaur di komunitas tersebut. Kami perhatikan sekeliling kami, rata-rata undangan yang hadir sudah nini-nini dan aki-aki. Nini-nininya ada yang berkerudung, ada yang tidak, tetapi semuanya masih dalam kondisi yang fit, termasuk ibu Sita. Bahkan ibu Sita baru saja pulang dari Thailand untuk suatu kegiatan sosial dan beliau masih kuat untuk naik gunung! Aki-akinya juga masih gagah-gagah. Meskipun usia sudah lanjut, tapi semangat belajar mereka sangat tinggi.
Salam LEMURIAN yang Bermakna Dalam
Acara dimulai pada pukul 10.30 tepat. Kang Dicky memulai presentasinya dengan dua Bahasa LEMURIAN: SAMPRAZAAN dan RHAMPIAZA.
SAMPRAZAAN, berarti selamat sejahtera semoga keselamatan dan keberkahan dilimpahkan kepada anda. Karena penyebutannya yang susah, kata ini kemudian berubah menjadi sampurasun dalam bahasa sunda masa kini. Kenapa memakai kata “selamat sejahtera” dan bukan “salam sejahtera”? Dari awal, ucapan selamat diberikan pada semua manusia di segala dimensi. Sedari awal, manusia mengharapkan keselamatan, baik keselamatan di dunia, dan di segala dimensi. Mengapa juga mencakup keselamatan di dimensi? Bisa saja kita secara fisik celaka di dimensi dunia saat ini, tapi kita “selamat” di dimensi lain. Misalnya saja, ketika seseorang mengalami tabrakan, ia secara fisik bisa saja hancur, namun sebenarnya diselamatkan oleh Allah. Bila tidak, ia akan hidup dan menghabiskan hidupanya sebagai penjahat. Contoh lain, anak yang meninggal karena sakit cacar, sebenarnya ia diselamatkan oleh Allah agar tidak tumbuh menjadi koruptor.
Kata itu dijawab RHAMPIAZA, yang artinya dan anda semua di seluruh dimensi. Tidak ada manusia yang mati. Mereka hanya pindah dimensi, dan tetap didoakan. SAMPRAZAAN dan RHAMPIAZA mengandung makna yang sangat dalam. Keduanya adalah do’a yang disampaikan sesama manusia, untuk semua ummat manusia, di dimensi manapun dia berada. Sayangnya, banyak yang tidak mengerti maknanya yang dalam. Saat ini, salam menjadi sebuah tradisi sapaan basa-basi.
Sepintas Budaya LEMURIAN
Bangsa LEMURIAN seringkali disebut sebagai bagian dari kebudayaan sunda besar. Bangsa LEMURIAN dahulu kala berbahasa ZHUNNDA. Bangsa LEMURIAN tidak punah, namun pindah ke planet LEMURIAN yang terletak di Gugusan ORKADAR.
Awal pembukaan presentasinya ini tentu mengejutkan para undangan yang hadir. Karena itu, kang Dicky pun memberikan jeda sesaat sebelum melanjutkan. “Mohon maaf, bila saya bicara apa adanya. Bangsa LEMURIAN adalah bangsa yang luar biasa, dengan budaya yang luar biasa pula. Prinsip pertama mereka dalam ajaran WISHNU, yaitu WASKITA adalah menyadari dan waspada. Maksudnya, menyadari dirinya seutuh mungkin. Sebelum manusia menyadari lingkungan sekitarnya, dia harus menyadari diri sendirinya. Dengan demikian, tidak ada lagi kekhawatiran, dendam, benci, dlsb. Mereka tunduk dan pasrah kepada Sang Pencipta. Manusia punya berbagai macam nama untuk Tuhan. Umat Islam menyebutnya Allah. Bangsa LEMURIAN dahulu kala menyebutnya dengan “Sang Pencipta”.
“Agama sendiri adalah Aturan GAwe MAnusia. Sementara Budaya adala BUkan DAri YAkin atau dikenal kebiasaan masyarakat. Persoalannya kemudian adalah apakah kita akan mementingkan agama atau budaya. Contoh sederhana, nikah. Selama ini, yang lebih banyak dipentingkan adalah budayanya, bukan agama. Menikah dalam segi agama, tidak mahal, tetapi nikah dalam budaya apapun, pasti mahal.”
Kang Dicky kemudian menampilkan huruf LEMURIAN yang merupakan akar dari semua huruf, namun kemudian sengaja dimusnahkan. Huruf LEMURIAN ini terefleksi di setiap bahasa di seluruh dunia dan mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu, sehingga berubah-ubah dan diadaptasi sesuai tempatnya. Tujuan huruf ini dimusnahkan adalah agar otak manusia tidak berkembang dengan baik dan benar sehingga mudah dikuasai. Kalau saja manusia membaca dari kanan ke kiri, dan otak manusia berkembang dengan baik, maka manusia akan berpikir dengan maksimal sesuai kemampuan otak yang sesungguhnya dan tidak dapat dikuasai. Mengapa dampaknya bisa sebesar itu? Pergerakan dari kanan ke kiri ini adalah pergerakan yang alamiah. Molekular alam semesta bergerak dari kanan ke kiri (anti-clock wise). Kalau dari kiri ke kanan, maka akan terjebak dalam pola pendidikan yang pada akhirnya cuma bertujuan untuk menghasilkan pegawai atau buruh.
Penjelasan beralih ke peta benua LEMURIA. Zaman dahulu kala, benua LEMURIA luas sekali. Wilayahnya merupakan daratan luas yang kemudian tenggelam. Wilayah benua LEMURIA yang tertinggal sekarang ini, salah satunya adalah Indonesia, dulunya merupakan dataran tinggi benua LEMURIA. Mereka menggunakan bangunan kristal KRAIMAN, logam transparan yang sangat kuat. Logam ini dibuat oleh bangsa KRAIRON yang merupakan keturunan bangsa TARX. KRAIMAN bisa berubah-ubah, tergantung mau dibuat apa. Logam KRAIMAN, piramida, MORTAPHRABEENA, semuanya itu dibuat, karena teknologi zaman dahulu sangat maju.
Namun, distigmakan bahwa teknologi zaman dahulu sangat terbelakang. Padahal, bukti-bukti yang ditemukan saat ini menunjukkan sebaliknya. Sebagai contoh, tahun 1972 ditemukan reaktor nuklir pada zaman pra-sejarah di Gabon. Sampai saat ini masih berjalan, dan digarap oleh kelompok-kelompok tertentu yang membutuhkan uranium.
Selanjutnya slide beralih ke proses melahirkan ala LEMURIAN dengan menggunakan MORTAPHRABEENA. Dokternya adalah suaminya sendiri. Mereka memiliki teknologi yang mengimplankan pengetahuan kepada otak manusia yang digunakan dalam MORTAPHRABEENA. Mengapa teknologi implan ini mungkin? Meskipun saat ini kemampuan kita jauh di bawah bangsaLEMURIAN, namun manusia secara tidak sadar menurunkan pengetahuan. Contoh kecil, pengetahuan menangis seketika setelah dilahirkan sebenarnya diturunkan dari kepala ke kepala. Kondisi ibu sangat mempengaruhi si jabang bayi. Kalau ibu stress, bayinya pun bingung dan jadi sungsang.
Makna WISHNU bagi Bangsa LEMURIAN
Ajaran WISHNU memiliki peran yang vital dalam kehidupan bangsa LEMURIAN. Ia lebih dari sekedar simbol dan ritual. Bila dianalogikan dengan komunitas MSC yang bermeditasi, maka bila bermeditasi namun di jalan masih marah-marah, tersinggung, kesel, dlsb, maka bukan berarti meditasinya menjadi percuma, tapi meditasinya masih dalam level TK. Meditasi yang benar, membuat manusianya menjadi kosong dan bisa menampung perintah Sang Pencipta dengan baik dan benar. Tidak akan silau melihat orang lain memiliki gedung besar dan tinggi.
Prinsip bangsa LEMURIAN seperti air, mengalir. Air bisa masuk ke gelas dan membentuk seperti gelas. Bila wadahnya botol, maka ia pun menjadi seperti botol. Ketika air disumbat, maka ia akan mencari jalan. Ketika panas, air akan menguap. Sebagian besar diri kita adalah air, sehingga kenapa kita tidak belajar dari air? Air tidak pernah hilang, cuma berubah bentuk. Itulah air. Dia tidak protes dikenai kotoran, tapi memisahkan kotoran itu, dan menjadi uap. Bela diri mereka pun mengikuti sifat air. Tidak pernah membentur, tapi memanfaatkan tenaganya dengan enak.
Filosofi mereka yang terangkum dalam WISHNU juga soal membetulkan diri sendiri terlebih dahulu. Diri kita dulu yang dibetulkan, sebelum membetulkan orang lain. Juga soal pasrah dan menghormati segala keputusan Sang Pencipta. Kalau segala sesuatunya dikembalikan ke Sang Pencipta, maka tidak ada lagi kekhawatiran dan sedih hati. Kita akan dilatih untuk mengasihi. Kasih yang tidak memiliki unsur rugi. Hanya memberi. Tidak ada lagi berpikir untung-rugi. Segala yang dari pencipta akan kembali lagi ke Sang Pencipta.
Selain itu, juga soal sikap siap dan dan setia pada ajaran Sang Pencipta, seperti yang tercermin dalam SATYA. Itulah sebabnya, kalau di Islam, kenapa ada syahadat. Tetapi sayangnya, seringkali kita nomorduakan. Sebaliknya, yang didahulukan adalah ajaran kimia, biologi dlsb. Dari awal saja, kita sudah gagal melihat mana yang seharusnya diprioritaskan dalam hidup dan alasan mengapa kita hidup. Kita kerja saja dengan nama gaji, status dlsb, tidak ada dengan nama Allah.
Bangsa LEMURIAN adalah bangsa yang sangat produktif. Selalu berbuat untuk kepentingan umat. Di bangsa mereka, persoalan sudah beres, namun di luar mereka, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dikerjakan. Oleh karena itu, ajaran mereka, WISHNU, adalah soal memaksimalkan waktu. Buat mereka hidup adalah hari ini dan detik ini. Sementara zaman sekarang, seringkali rencana kita dibuat kejauhan. Padahal, belum tentu kita masih akan hidup pada esok hari.
LEMURIAN dan ISLAM
Setiap presentasi kang Dicky, layaknya yang terjadi dalam Open Dialog, seringkali diselingi dengan pertanyaan di tengah presentasi, meskipun ada sesi tanya-jawab yang dialokasikan secara terpisah setelah presentasi. Materi yang tentu mengundang banyak pertanyaan adalah WISHNU, salah satunya gerakan WISHNU. Seorang undangan menyeletuk, “Gerakannya seperti sholat ya.”
Akang tersenyum dan membalas, “Gerakan WISHNU yang seperti sholat atau gerakan WISHNU-lah yang kemudian disempurnakan menjadi sholat?”
Di beberapa bagian lain dari presentasinya, akang menambahkan bahwa Rasulullah diutus sebaga rahmat bagi semesta alam, termasuk salah satunya beliau datang untuk menyempurnakan teknis ibadah manusia di seluruh jagad alam semesta ini. Sehingga tidak heran bila simbol-simbol atau gerakan-gerakan ritual keagamaan yang dilakukan sebelum Islam lahir banyak yang “mirip” dengan gerakan sholat.
Informasi dari Pasangan Arkeolog Australia
Peneliti Asing Berbincang dengan Kang Dicky
Paparan selanjutnya berupa materi yang seringkali akang sampaikan dalam forum-forum open dialog, diantaranya mengenai ZHENMAR dan ATLANTAGA yang kemudian menjadi SEMAR danTOGOG, mitochondria dan KLAD, Portal, ABANESS, dan lain sebagainya yang ditutup dengan sesi tanya-jawab.
Yang paling menarik dari sesi tanya jawab adalah pertanyaan dari sepasang suami-istri arkeolog. Sang suami, Hans Berekoven, berdarah Jerman dan istrinya keturunan Australia-Aborigin. Keduanya berasal dari Australia dan empat tahun belakangan ini tinggal di Malaysia. Pasangan arkeolog ini selama bertahun-tahun meneliti artefak di dekat pulau Kalimantan, berdekatan dengan lokasi piramida GLABHINNARA yang ditunjukkan kang Dicky. Keduanya sangat terkejut betapa penelitian yang selama ini mereka lakukan, dengan biaya sendiri, sangat sejalan dengan presentasi yang ditampilkan oleh kang Dicky. Dan lebih jauh lagi, mereka seperti menemukan jawaban yang selama ini mereka cari.
Kepada LEMURIAN Production Hans memberikan alamat emailnya dan meminta kami untuk menggoogling namanya di internet. “You will find some of my works (papers-red) and you will see that we are on the same track.”
Sementara istrinya, lebih emosional. Beliau terlihat mondar-mandir dari tempat duduknya dan berdiri menuju tempat suaminya yang duduk di ruang belakang. Sesekali sang istri menarik napas panjang. Mukanya memerah dan tetes mata haru sempat terlihat dimatanya. Istrinya menambahkan kepada kami, “We have been looking for the same thing for years.” Dan keterkejutannya itu tentu saja menimbulkan pertanyaan besar di benak mereka, “How did he (kang Dicky-red) know about all of this?” Mereka pun melanjutkan dengan cerita tentang penemuan yang mereka temukan dan penelitian yang akan mereka lakukan.
Sesi Tanya jawab terpaksa harus diakhiri karena jam sudah menunjukkan jam makan siang. Sesi makan siang pun digunakan sebaik-baiknya oleh pasangan ini dan komunitas yang hadir di situ untuk bertanya-jawab dan bertukar cerita dengan kang Dicky. Sesi tambahan Tanya-jawab pun terpaksa diadakan, di luar rencana semula, untuk memfasilitasi antusiasme para undangan yang hadir. Jaringan komunitas HI pun meluas, bersinergi dengan komunitas yang meski memiliki tradisi yang unik dan berbeda, namun berbicara tentang satu hal yang sama, warisan budaya LEMURIAN. (hsn)
Sumber : arkhytirema.com