Saya mau nanya neh sama pembaca, takut nggak sama kecoa? Jawaban tentu macam-macam….
Ada yang bilang takut “Hiih… gilaaa!”, sambil ambil nginjek-nginjek pake sandal sampai pejet…
Ada juga yang bilang “Saya mah nggak takut ih, cuma geli”
Tapi ada lho orang yang phobia kecoa, takut setengah mati sampai terkencing-kencing saat nemu kecua lewat di depan matanya.
Apapun jawaban anda, kesimpulannya adalah, ternyata takut itu diajarkan. Orang jadi takut pada kecoa karena sejak kecil dia selalu diajarkan bahwa kecoa itu kotor, menjijikan, mengganggu kesehatan, harus dibasmi, dan lain sebagainya.
Akan beda sekali kejadiannya jika dari kecil selalu diajarkan bahwa kecoa itu bergizi tinggi, cocok untuk mengatasi wabah penyakit busung lapar dan penderita gizi buruk. Ini serius lho, protein udang juga kalah. Rasa jijik pada kecoa itu juga ternyata diajarkan. Kita diajarkan agar kita takut kecoa. Coba pikirkan apa bahayanya kecoa? Nggak ada. Ada yg bilang mata bengkak dikencingi kecoa. Ada nggak saksinya kalau itu adalah hasil perbuatan kecoa? Pakai praduga tak bersalah donk. Seandainya kecoa punya pengacara, kita semua pasti banyak dituntut lho, kena pasal 351 perbuatan tidak menyenangkan, he he…
Anda bisa nggak bayangkan seandainya setiap anak sejak lahir diajarkan untuk jijik pada nasi? Nggak bakal ada anak yang suka nasi nantinya.
Begitupun saat takut hantu, takut hantu itu diajarkan, sebetulnya hantu itu tidak ada bahayanya. Itu jelas-jelas diajarkan dari keluarga, lingkungan, tayangan film bioskop, tayangan film dan sinetron di televisi, tayangan mistis di televisi, buku-buku bacaan… Tapi kita tidak pernah berpikir sejauh itu. Takut itu diajarkan dan ternyata takut itu merupakan sesuatu yang enak. Kenapa film horor itu laku? Karena menakutkan, dan takut itu enak.
Kemudia ada juga yang takut sama laba-laba. Tarantula memang berbahaya, tapi laba-laba kecil? Itu yang namanya phobia.. jadi ketakutan itu benar-benar diajarkan dan ternyata rasanya enak juga. Buktinya orang menikmati rasa takutnya.
Kita jauh lebih banyak mendramatisir pada takut-takut semacam begitu : takut ular, ular memang wajar kalau kita harus waspada, karena dia bisa mematuk dan beracun. Terus takut sama kecoa, paling juga dia jalan-jalan, kadang naik ke badan kita, tapi tidak ada yang terbunuh karena kecoa. Kecoa khan kecil, kalau kecoanya segede mobil dan taringnya besar-besar lalu kita dimakan perlahan-lahan misalnya….
Nah, kita diajarkan untuk takut. Tapi sangat dijauhkan untuk takut kepada Allah. Jauh sekali dari takut pada Allah. Jauh sekali dari takut pada pemilik neraka. Kita jarang sekali diajarkan untuk takut pada Allah. Takut pada Allah itu bukan seperti takut pada hantu, tapi takutilah hukumannya apabila kita melanggar perintah-Nya.
Tulisan ini adalah saduran bebas dari Kultum Kang Dicky Zainal Arifin yang tayangan video-nya dapat anda lihat di bawah ini