Debat Dalam Pandangan Islam

Debat Dalam Pandangan Islam

Meskipun kegiatan debat sering dianggap sebagai sarana untuk menilai kapasitas dan visi-misi seseorang, terutama calon pemimpin yang akan kita piilih. Debat juga seringkali kita lakukan pada saat kita berbeda pendapat dengan orang lain pada masalah yang sama. Debat-debat yang berujung pada pemuasan ego yang biasanya berakhir dengan pertengkaran hingga permusuhan  bukanlah merupakan perbuatan yang Islami. Cukup banyak hadits yang menjelaskan tentang hal ini, antara lain :

Nabi Muhammad saw bersabda “Barangsiapa yang menghindari perdebatan dalam posisi ia bersalah niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di sekitar surga. Barangsiapa yang menghindari perdebatan dalam posisi ia benar niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di tengah-tengah surga. Dan barangsiapa yang baik akhlaqnya niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di ketinggian surga. (HR.Abu Dawud,Tirmidzi, Ibnu Majah dan Baihaqi).

Banyak persoalan dalam hidup ini muncul tanpa bisa kita hindari, misalnya ketika menemukan ada seseorang yang mempunyai pengetahun yang cukup, tapi kadang justru dengan pengetahuannya itu, dia jadi gemar berdebat dengan orang lain, untuk menunjukkan kepandaiannya, bertujuan menonjolkan diri dan ilmunya dan dalam berdebat ia tidak mau menghargai pendapat orang lain.

Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka…neraka.” (HR. Tirmidzi dan ibnu Majah).

Dalam suatu majelis, tempat dimana kita membawa suatu permasalahan untuk mendapatkan solusi atau jalan keluarnya, kita memang dianjurkan untuk menghindari pedebatan, karena perdebatan sering membuat kita tidak menemukan solusi terbaik, tapi justru malah terjebak dalam polemik yang berkepanjangan dan membuat kabur permasalahannya.

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling dibenci oleh Allah ialah yang sangat gemar berdebat dengan gigih” (HR.Bukhari, Muslim, At-Tirmizi dan An-Nasa’i).

Perdebatan dapat terjadi, antara lain karena kita mengkritik seseorang, sebenarnya kritik itu bagus, tapi dalam menyampaikan kritik, saran atau sebuah koreksi, sebaiknya kita tetap menghormati orang yang kita kritik. Karena itu dalam menyampaikan informasi yang sifatnya sebuah koreksi, sebaiknya kita menyampaikannya dengan cara yang baik, ramah dan lembut. Dan jangan menyampaikanya dengan cara yang langsung menyudutkan, menyalahkan atau menuduh, tapi kemukakanlah pendapat kita dengan cara yang baik, santun dan bijak.

Dari Abu Umamah ra, ia berkata “Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang menghindari perdebatan dalam posisi ia bersalah niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di sekitar surga. Barangsiapa yang menghindari perdebatan dalam posisi ia benar niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di tengah-tengah surga. Dan barangsiapa yang baik akhlaqnya niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di ketinggian surga. (HR.Abu Dawud, Ath-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An Nahl : 125)

Bahkan ada hadits (yang menyatakan) bahwa perdebatan adalah termasuk dari siksaan Allah kepada sebuah ummat. Dalam Sunan At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari hadits Abu Umamah ra, beliau berkata : Rasulullah saw bersabda : “Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka berdebat, kemudian beliau membaca (ayat) Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja” (HR. Tirmidzi)

Dari Abdullah bin Amr, “Sesungguhnya Nabi saw pernah keluar sedangkan mereka (sebagian shahabat) sedang berselisih tentang takdir, maka memerahlah wajah beliau bagaikan merahnya buah rumman karena marah, maka beliau bersabda : “Apakah dengan ini kalian diperintah? Atau untuk inikah kalian diciptakan? Kalian membenturkan sebagian Al Qur’an dengan sebagiannya. Karena inilah umat-umat sebelum kalian binasa” (HR. Muslim dan ibn Majjah)

“Seburuk-buruk umatku adalah orang yang banyak omong, bermulut besar dan berlagak pandai. Dan sebaik-baik umatku adalah mereka yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Bukhari)

Oleh karena itulah sebaiknya kita menghindari indikasi perdebatan dengan mengutamakan keutuhan musyawarah dan hati yang jernih dan ikhlas. Jalan musyawarah dengan menyatukan potensi positif adalah lebih baik daripada terus menerus memperlebar jurang perbedaan pendapat. Marilah kita membiasakan diri kepada hal-hal yang mampu menimbulkan sinergi positif dalam gerak langkah mengarungi kehidupan ini.

Dan jika kita berbeda pendapat dalam hal agama, maka kembalikanlah pada Al Quran dan hadits, Allah SWT befirman

“….Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. [QS. An Nisa’ (4) : 59]

Tidak semua perdebatan, buruk, ada perdebatan yang terpuji, misalnya perdebatan untuk untuk menyampaikan kebenaran dan menjelaskannya, yang dilakukan oleh seorang dengan niat yang baik dan dengan adab2 (syar’i) maka perdebatan seperti inilah yang dipuji. 

 

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. An-Nahl : 125)

Perbedaan Debat & Musyarawah

DEBAT : suatu usaha untuk mempertahankan pendapat sehingga pendapat diri sendiri dianggap yg paling benar.

MUSYAWARAH : suatu usaha untuk menyatukan pendapat yg berbeda untuk mendapatkan suatu kebenaran dan kebaikan KEDUNIAAN

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. Asy Syuura {42} : 38)

Bagaimana dengan kita selama ini? Apakah kita sudah mampu menghindari perdebatan meskipun kita di posisi yang benar? Atau kita malah termasuk orang gemar berdebat dalam keadaan benar atau salah? Atau jangan-jangan kita yang suka memancing adanya perdebatan? Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya dengan jujur. Saya yang menulis ini juga masih harus terus belajar, belajar dan belajar, tulisan ini sebagai pengingat bagi diri sendiri, semoga bermanfat buat sahabat-sahabat pembaca.

Comments

comments

1 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *