Seorang teman curhat di Facebook tentang salah satu pengalamannya berjualan online. Ceritanya kemarin dia bantuin temen jualin produknya, secara offline. Modalnya 12.000, dia jual 15.000. Saya pikir itu cukup wajar.
Ada seseorang yang udah pesen produk itu, saat mau ambil barangnya. Dia tanya “berapa?”
temanku menjawab. “15.000”
Matanya langsung keluar, memandang teman saya tajaaam sekali, lama sekali (13 detik adalah waktu yg lama untuk sebuah tatapan sinis), tapi akhirnya ia tetap mengeluarkan uang 15.000nya pada teman saya tersebut.
Hari sebelumnya dia memang pernah bilang kalau dulu dia pernah beli ini 7000an, tapi harus beli 1 lusin. Jadi sepertinya dia merasa kemahalan, tapi sudah terlanjur pesan. Sedikit komentar dari saya. Ada beberapa jenis produk yang harga partainya memang jauh lebih murah daripada harga retailnya. Contohnya adalah asesories gadget. Juga asesories-asesories yang banyak dititipkan di toko-toko, warung-warung, hingga apotik. Banyak orang yang nggak tahu bahwa harga asesoris seperti stiker, gantungan kunci, jepit rambut, sisir, korek kuping, dll punya harga modal yang jauh lebih murah dari harga partainya. Apalagi asesoris produk-produk yang diimport dari China.
Kembali ke cerita teman saya tadi. Sebetulnya setelah serah terima barang dan urang, urusan selesai khan? Tapi teman saya itu curhat, menurut dia, sudah lewat 2 hari, masih terngiang-nginang juga dikepala temanku tadi soal tatapan mata tanpa senyum itu si pembeli tersebut, yang seolah-olah dia pasang harga produk yang membuat si pembeli itu bangkrut.
Perih? Tentu saja, Jendral! Tapi jadi pedagang itu kan harus sabar.
***
Jika Akang-Teteh yang sehari-hari berkecimpung di dunia jualan online, mungkin hal seperti ini pernah dialamin juga ya. Salah satu hal yang sering saya rasakan bikin nggak PeDe but mulai jualan online itu adalah masalah range harga. Apalagi saat kita punya kemudahan untuk online via handphone maupun laptop, di mana kita dengan mudah mendapatkan informasi tentang harga-harga barang yang sama, dan begitu mudahnya kita banding-bandingkan mana yang lebih mahal mana yang lebih murah.
Terkadang kita merasa membeli barang di teman kok lebih mahal ya dibanding di tempat lain. Tapi percayalah, lebih mahal seribu ataupun sepuluh ribu, tidak akan bikin kita bangkrut kok. Jangan lah melotot sampe menusuk hatinya. Kalau nggak sreg sama harganya ya tinggal ditawar baik2, atau bilang bayarnya besok, atau kalau nggak ada uang ya tinggal bilang maaf, nggak jadi beli. Itu lebih wajar dan tidak menyakitkan. Lagian juga kita nggak tau modal dia berapa, kalo dia dapet grosir yg mahal, ya bakal jual mahal juga sama konsumennya. Kalau karena itu kita jadi harus bayar mahal, berarti saat itu rizki kita ya segitu. Bukan ketipu.
Sekarang udah nggak jaman lagi pribahasa “pembeli adalah raja” sekarang jamannya “pembeli adalah raja yang bijaksana, bijaksini, suka memberi, tak menyakiti”.
Beli di temen mungkin bisa lebih murah, mungkin juga lebih mahal dikit, tapi banyak keuntungannya. Apa?
Amanah
Bikin lebih akrab
Bikin temen seneng
Garansi bisa nanya kapan aja
Nabung kebaikan
Dst
Gitu kata cikumi. Ceuk sundana mah hade goreng ku basa.