Waktu saya masih kecil, kira-kira kelas 2 SD, saya hobi nonton film-film silat seperti Sia Tiauw Eng Hiong, Sin Tiauw Hiap Lu, To Liong To, juga sering pinjam komik-komik silat dari Taman Bacaan Aneka B di Buah Batu. Dari situlah muncul pemikiran bahwa Ilmu Silat itu asyik dan Keren. Namanya anak kecil, timbul imajinasi ingin jadi pendekar silat, hasilnya jadi suka berkhayal, gegelutan, nendangin bantal dan guling di kamar tidur, dan perilaku pikaseurien lainnya, he he…
Mungkin karena melihat cucunya sering maceuh teu puguh, Eyang Kadar Almarhum mendaftarkan saya untuk latihan silat di Gelanggang Taruna Bandung di Jl. Martanegara. Waktu itu ada beberapa pilihan perguruan silat : Sapu Jagat, Mande Muda, dan Kelatnas Perisai Diri. Waktu itu saya memilih ikutan Perisai Diri dengan alasan yang benar-benar dari sudut pandang anak kecil : baju seragamnya berwarna putih, sedangkan pilihan lain selain hitam juga pas demonstrasi suka diiringi rampak kendang 🙂
Alhasil, saya ikut latihan Perisai Diri dari kelas 3 SD hingga 6 SD. Untuk ukuran anak SD waktu itu, keren juga ya bisa latihan sampai sabuk merah strip putih. Sayangnya hobi ini tidak berlanjut hingga SMP. Entah apa yang menyebabkan saya menjadi anak yang cenderung kuper dan kutu buku. Satu-satunya kegiatan yang berhubungan dengan silat di jaman SMP ya cuma baca buku-buku Kho Ping Hoo, komik silat dari Djair, Henky, dll doank kayaknya, he he..
Saat saya duduk di kelas 2 SMA, olahraga senam pernafasan dengan branding tenaga dalam ramai diperkenalkan ke masyarakat lewat tayangan televisi dan iklan-iklan di surat kabar dan majalah, waktu itu belum ada internet. Beberapa nama nama perguruan “pernafasan” dan “tenaga dalam” yang masih berkesan dalam pikiran saya antara lain : Merpati Putih, Kateda (PSTD), Sin Lam Ba, Sinar Putih, Bunga Islam Selendang Putih, Prana Sakti Jayakarta, Pandawa Padma, Radiasi Tenaga Dalam (RTD). Bahkan ada juga yang pasang iklan bombastis di koran PR “Al-Hikmah – Tanpa disentuh lawan jatuh dengan izin Allah, hanya 1x latihan. Ditest di tempat latihan” (Saat ini saya nggak tahu si perguruan bombastis itu masih ada apa nggak), tapi yang jelas, segala macam hal-hal bombastis yang diiklankan itu belum pernah saya saksikan dengan mata kepala sendiri, baru sebatas dongeng, sampai sekarang.
Awalnya saya tertarik dengan Satria Nusantara (SN) yang iklan-ilannya paling heboh, tapi ternyata teman saya sesama anggota mentoring di Karisma (Keluarga Remaja Islam Salman) berhasil membujuk saya untuk ikut berlatih di PPS Sin Lam Ba perwakilan Bandung. Saya masih ingat, waktu itu pendaftarannya di sekitar Jl. Gelap Nyawang dekat Kampus ITB. Setelah melalui proses seleksi dan wawancara, akhirnya saya bisa diterima dan ikut berlatih. Waktu itu, pengambilan seragam latihan dilakukan di rumah Bpk Wahyudin di daerah Gunung Mas Cimbuleuit. Di PPS Sin Lam Ba Bandung ini saya masuk angkatan ke 3. Latihan rutin pada waktu itu berlokasi di seputar lapangan BLPT di dekat kampus Itenas dan di lapangan Hoki Cikutra (saat ini sudah nggak ada, berubah menjadi C-Tra Arena).
Waktu itu saya belum mengenal konsep tenaga dalam. Istilah Tenaga Dalam pun saya tahunya dari komik-komik silat dan film kungfu China kolosal. Cuma latihannya seru aja, banyak mental-mentalin orang yang lagi emosi, yang dulu di Perisai Diri nggak diajarin. Alasan tambahan lain untuk ikut latihan saat itu adalah karena saya punya alergi debu dan sinusitis akut yang diderita sejak kelas 2 SMP dan itu susah sembuhnya dan sering sekali pilek dan bersin-bersin. Menurut informasi yang saya dapat waktu itu, latihan olahraga senam pernafasan sangat baik untuk terapi penyakit semacam itu. Saya berlatih bersama beberapa teman sekolah di SMA 3 Bandung : Uton Faturahman, Novi Triputrawiguna (Babeh Kumis), Darodi Agus (Dar Der Dor), serta Bapak Aidil Vittry, guru kimia kami. Alhasil, dari satu tahun berlatih, warna kulit saya sedikit demi sedikit menjadi semakin gelap, he he…
Kira-kira saat-saat menjelang UMPTN 92, saya melihat poster iklan latihan Hikmatul Iman di dinding dekat pintu keluar sekolah. Syerem juga gambarnya, orang bertubuh kekar sedang matahin tumpukan kikir. Menu yang ditawarkan di iklan tersebut sebetulnya cukup menggoda, Tenaga Dalam dan Tenaga Gaib (Mementalkan orang dalam keadaan emosi). Asli, tulisannya memang kayak gitu. Mungkin karena waktu itu saya sudah nggak fokus sama yang begituan, takdir menentukan saya belum berjodoh dengan Hikmatul Iman.
Saat kuliat tingkat I, ada teman memperkenalkan Seni Pernafasan lain, namanya Kamasha. Dongeng-dongeng bombastis tentang Kamasha ini sudah saya dengar dari Haryono Adigunawan Eko Nugroho Wahyu Wardana (H.A.E.N), teman sebangku saya pas kelas 2 SMP. Selain master Kamasha, Haen dikenal para guru SMPN 13 karena reputasinya sebagai pemegang record abadi pemilik nama terpanjang se-SMP 13! Haen juga yang sering cerita kalau Om-nya yang berlatih di Kamasha sekarang jadi sakti, bisa “nembak” maling yang masuk ke rumahnya jadi linglung. Haen juga yang cerita kalo orang-orang yang berlatih Kamasha itu punya kemampuan mengatur angin dan cuaca. Haen juga yang cerita kalo ada orang Kamasha yang menguasai ilmu Jurus Kodok seperti di film Sin Tiauw Hiap Lu. Haen juga yang cerita kalo orang Kamasha ada yang hobinya menaklukan jin dan membangun pasukan jin. Pokona mah dongengna rarame, heboh, dan serba bombastis lah, he he… Latihannya di Gedung Aula Unpar Cimbuleuit. Setelah masuk, baru tahu kalau nama panjangnya adalah Kamasha Margaluyu.
Karena waktu itu banyak pertanyaan yang tidak saya temukan, atau jawaban kurang memuaskan yang belum saya dapatkan jawabannya di Sin Lam Ba, seperti :
- Pertanyaan dasar, apa itu tenaga dalam?
- Apa manfaat tenaga dalam dalam kehidupan sehari-hari?
- Apakah tenaga dalam itu sesuai dengan ajaran agama Islam yang saya anut?
Alhasil, mulailah saya penasaran ingin ikut berlatih di Kamasha. Ada motivasi lain saat itu yang mungkin sedikit nyeleneh yang menjadi target jangka pendek saya. Kalau saya inget kelakuan saya saat itu, nya asa pikaseurieun pisan, he he… Waktu itu saya ingin bisa “sakti”, tahan dipukul, buat persiapan Ospek Himpunan di Jurusan Sipil ITB yang terkenal sadis itu. Biar kuat dipukul, terus kalau ada senior macem-macem bisa saya lawan, bisa saya pukul balik.
Sayangnya saya tetap belum menemukan jawaban dari segala pertanyaan yang ada di pikiran saya. Dan waktu OS HMS ITB tahun 1993 pun. Saya tetap tidak paham apa itu tenaga dalam, apa manfaatnya bagi tubuh, apa aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari yang bermanfaat untuk umat…. Satu lagi, ternyata saya terbukti tetap lemah, di kegiatan Ospek Himpunan di kampus, saya tetap babak belur juga.. Hadeuh… mampus mampus dach… 🙂
Waktu terus berlalu hingga saya melupakan segala macam obsesi yang berhubungan dengan Ilmu Kanuragan. Barulah pada tahun 2001, seorang teman bernama Hedy Ardenia Octaviano yang waktu itu ternyata menjadi Pengurus Pusat Hikmatul Iman bercerita tentang HI. Kalau soal bela diri tenaga dalam, waktu itu saya tidak bergitu tertarik. Barulah mulai tertarik lebih jauh saat Hedy memperlihatkan alat bernama “Brain Activator”. Selain itu dia juga memperkenalkan Pupuk Dahsyat yang waktu itu merekanya Pupuk PE Super (Sekarang namanya DZA). Waktu itu Hedy memang terlibat dalam produksi hingga distribusi pupuk bersama Jamiat Maulidin, Adwin Singarimbun, Panji Purnama, Hani, Redi, Nuswan, dan lain-lain.
Dari hasil ngobrol dengan Hedy itulah, saya mulai mendapat banyak pencerahan tentang apa itu tenaga dalam, apa itu tenaga metafisik, apa bedanya TD dan TM, apa manfaat TD & TM dalam kehidupan sehari-hari, yang dulu di tempat-tempat lain saya kurang mendapatkan jawaban yang memuaskan. Hedy juga bercerita soal generator tanpa bahan bakar yang saat itu dipending sebelum dikenalkan ke masyarakat.
Rasa penasaran saya tambah banyak. Mulailah saya coba menjadi pasien Kang Dicky yang waktu itu prakteknya jam 1/2 2 pagi di Jl. Karawitan 74A (Sekarang di Rajamantri Kulon 14 tiap Sabtu dan Minggu Pagi). Dari obrolan dengan sesama pasien, saya mulai mengenal Kang Wawan Gunawan, salah satu murid Kang Dicky (konon terkenal bisa menganalis berbagai sakit medis dan non medis dengan akurat) yang juga membuka Rumah Terapi.
Itulah awalnya, hingga akhirnya memutuskan ikut pra-dasar di Ranting Lodaya tahun 2003. Sayangnya waktu itu, setelah UKT dari Pra-Dasar ke Dasar 1, saya ikut menghilang dari dunia latihan. Meskipun begitu, saya tetap bergaul dengan teman-teman saya yang kebanyakan sudah jadi Asisten Pelatih di HI. Dan saya pun terlibat secara mendalam dalam produksi dan distribusi produk Hi-Octan.
Karena merasa kesehatan makin menurun dan membutuhkan latihan lagi, namun merasa fisik sudah tidak mendukung lagi untuk berlatih silat dan ilmu tarung, akhirnya pada pertengahan April 2015 saya memutuskan untuk ikut berlatih lagi, namun saya memilih di kelas kesehatan, yang saya anggap lebih sesuai dengan kebutuhan pribadi saat ini.
1 Comments