Awal Kisah Pemain Asing di Liga Indonesia
Era Liga Indonesia sejak musim pertamanya di tahun 1994/1995 membuka lebar – lebar keran bagi pemain asing untuk bermain di Indonesia. Tujuannya untuk mentransformasi ilmu dan kemampuan para pemain asing (yang dirasa) lebih baik dari pemain lokal. Efek dari program ini adalah agar terjadi percepatan terhadap upgrade skill para pemain Indonesia nantinya. Hampir semua tim melakukan opsi mengontrak para pemain asing. Beberapa di antaranya sukses, namun ternyata banyak juga yang harus gigit jari karena kemampuan pemain asing ternyata tidak lebih baik dari pemain lokal.
Generasi pemain asing pertama yang singgah di era Liga Indonesia adalah generasinya Jacksen F Tiago, Carlos de Mello, Darryl Sinerine, Luciano Leandro, Dejan Gluscevic, Olinga Atangana, Antonic Dejan, Roger Milla, Maboang Kessack, Vata Matanu Garcia, Makukula Kuyungana, Antonio Claudio, Claudio Luzardi, dan Lain-lain. Kedatangan mereka menjadi tonggak awal era industri baru sepakbola di Liga Indonesia.
Persib di awal-awal era Liga Indonesia merupakan anomali dari tim-tim peserta kompetisi itu. Persib sama sekali enggan menggunakan pemain asing. Saat itu, baik pemain, pengurus, maupun pelatih seperti sepakat dan kompak menyerukan bahwa dengan para pemain lokal pun Persib bisa berprestasi. Bahkan sempat pada suatu waktu di media nasional Nandang Kurnaedi berbicara dengan lantang: “Untuk apa kami membeli Luciano Leandro jika kami punya seorang Yusuf Bachtiar?” suatu kelakar yang memang sesuai dengan kenyataan di saat itu. Persib menjadi kampiun Liga Indonesia I tanpa bantuan pemain asing, meski berhembus gosip miring adanya bantuan wasit di Final Liga Indonesia I saat Persib mengalahkan tim Petrokimia Putra dengan gol tunggal Sutiono. Saat itu memang ada satu gol dari Jaksen F Tiago dianulir wasit yang dari tayangan televisi terlihat bersih tidak ada offside dan pelanggaran lain yang terjadi.
Di Mulai Dengan Pemain “Asing”Lokal
Liga Indonesia IV musim kompetisi 1997-1998 menjadi era baru di tubuh Persib. Pasalnya Dwi Koernianto manajer saat itu, mulai membuka kran bagi pemain “asing” non “Sunda”. Pemain asing yang didatangkan memang bukan asing yang sebenarnya, bukan bule yang berkulit putih atau bule yang berkulit hitam. Tapi pemain yang bukan hasil binaan Persib sendiri atau hasil didikan klub-klub anggota Persib.
Sempat terjadi pro dan kontra di kalangan “karuhun” dan “tetua” Persib, pasalnya selama ini Persib bisa berprestasi karena diperkuat pemain-pemain asal tatar Priangan. Baik saat kompetisi masih berlabel perserikan hingga penyatuan perserikatan dan Galatama yang bernama Liga Indonesia.
Namun Dwi Koernianto tetap pada keputusannya dengan mendatangkan pemain “asing”, harapannya mendongkrak Persib kembali merebut gelar juara liga Indonesia. Maka bergabunglah penjaga gawang Muhammad Halim dan gelandang bertahan Khair Rifo (PSMS), Nur’alim (Bandung Raya), pemain sayap Surya Lesmana (Bandung Raya) dan Giman Nurjaman (Persita), playmaker Iskandar (Persija), Imran Nahumarury, dan striker Peri Sandria (Bandung Raya) dan Gatot Indra (Barito Putra).
Nandar Iskandar lah yang pertama mendapat kehormatan menjadi koki Persib dengan pasokan pemain “asing”. Persiapan tim berjalan beberapa bulan, namun sayang kekompakan tim tak berjalan baik, disinyalir karena tak terbiasa dengan kedatangan pemain di luar lingkungan Persib maka berkembang rasa tidak menerima. Parahnya lagi, pemain-pemain “asing” ini mengisi lini-lini strategis, akibatnya Persib mengarungi kompetisi dengan limbung. Bertarung di wilayah tengah, Persib menjalani 15 pertandingan dengan hasil 6 kemenangan, 4 seri dan 5 kekalahan.
Bobotoh meradang, protes dan menuntut pelatih Nandar diganti. Nandar sendiri kala itu sempat berpendapat bahwa posisi Persib masih memungkinkan untuk lolos ke babak berikutnya karena berada di posisi lima klasemen sementara dan masih menyisakan lima pertandingan sisa.
Namun nasib berkata lain, suasana politik tahun 1998 memanas. Kerusuhan terjadi di mana-mana. Akhirnya membuat PSSI mengambil keputusan berat menghentikan kompetisi. Maung Bandung pun “balik kandang”, pemain “asing” tercerai berai dan Nandar Iskandar belum bisa membuktikan pernyataannya membawa Persib lolos dari wilayah tengah.
Awal Petualangan Pemain Asing Beneran
Pemain asing sejak tahun 2003 akhirnya datang dan pergi di skuad Persib. Ada yang menorehkan sejarah manis, ada yang hanya datang tanpa memberikan pengaruh apa-apa di tim. Sejak tahun 2003 hingga tahun 2013 ini, tercatat 51 pemain asing pernah memperkuat Persib. Rinciannya 18 orang berasal dari Amerika Latin, 12 dari Afrika, 7 Eropa dan 14 pemain dari Asia. Berikut ini adalah data para pemain asing yang pernah berlabuh di Persib, lengkap dengan segala gosipnya 🙂
Persib akhirnya benar-benar mendatangkan pemain asing tulen, bule berkulit putih asal Polandia di musim Liga Indonesia IX tahun 2003. Era sepakbola industri seperti memaksa Persib untuk semakin menyesuaikan diri dengan pemain asing. Persib tidak sekeras dulu. Persib melunak dan berkompromi dengan zaman. Sejarah baru dimulai, pada Liga Indonesia IX di tahun 2003 untuk pertama kalinya skuad Persib kedatangan pemain asing. Trio Polandia Mariusz Mucharsky, Piotr Orlinsky, dan Maciej Dolega mengawali lahirnya era dimana Persib menggunakan tenaga asing untuk memperkuat skuad. Ketiga pemain itu dilatih oleh pelatih yang juga berasal dari Polandia Marek Andrejz Sledzianowski. Pawel Bocian menyusul didatangkan. Sebuah langkah yang sebetulnya mubazir, karena aturan yang berlaku adalah kuota maksimal hanya 3 pemain asing yang boleh bermain. Gosipnya, Marek Andrejz Sledzianowski adalah pelatih yang direkomendasikan oleh Marek Janota, sosok legendaris pencetak era emas Persib tahun 1983 silam. Sebagai asisten pelatihnya, para pengurus Persib menunjuk Iwan Sunarya dan Bambang Sukowiyono, gelandang era keemasan Persib asuhan Marek Janota dulu. Alasan pengurus saat itu sederhana, Persib ingin mengulang romantisme kesuksesan saat pernah dilatih oleh maestro asal Polandia Marek Janota. Orang yang membuat pondasi pada generasi emas Persib di era 1986 – 1995. Berkaca pada sejarah, mantan pelatih legendaris, Marek Janota yang juga berasal dari Polandia mampu mencetak generasi emas Persib seperti Ajat Sudrajat, Robby Darwis dan Sutiono Lamso.
Namun empat pemain ini kualitasnya tidak sesuai harapan, bahkan Pavel Bocian pulang duluan walau sempat tampil dalam beberapa pertandingan. Gosipnya, perrtengkarannya dengan Couch Marek Andrez Sladzianowsky paska tour Sumatera membuat Pavel Bocian angkat koper paling dulu ke negaranya. Faktor cuaca yang panas menjadi alasan mereka, saat berlatih Piotr Orlinski cs selalu bersimbah peluh. Bahkan kulit bule mereka menjadi merah dan terbakar panasnya sinar matahari.
“Suhu dan sinar matahari sangat jauh berbeda, kami belum pernah bermain di negara yang cuacanya seperti di Bandung,” ungkap Orlinski pada penulis yang sempat mewawancarai langsung di suatu perumahan daerah Dago atas.
Alhasil, sudah kepanasan, kualitas tidak optimal hingga terlihat tak beda jauh dengan pemain lokal, kontribusi tak maksimal, jauh pisan lah dibandingkan dengan kontribusi Dejan Gluscevic & Olinga Atangana di Bandung Raya sebelumnya. Walhasil, mereka tak mampu mendongkrak prestasi Persib. Maung Bandung malah terbenam di dasar klasemen, 12 bertarung tak satupun kemenangan diraih.

Bobotoh mulai berkicau, ada yang menyatakan pelatih Marek memaksakan pola 4-4-2 setelah beberapa tahun belum bisa move-on dari kebiasaan 3-5-2 khas Indra Thohir. Ada yang menyebutkan karena Marek menggunakan formasi aneh 1-4-4-1 yang sama sekali tidak pernah dipakai dan dimengerti pemain Persib. Bahkan gosipnya, formasi itu menyebabkan Pawel Bocian bete dan bertengkar dengan Coach Marek. “Formasi apa ini? saya kok ditempatkan sebagai sweeper di belakang 4 pemain bertahan?”, ungkap Bocian di media massa.
Bobotoh kembali meradang, panas hati dan tak puas serta menuntut Marek bersama pemain boyongannya didepak dari Persib. Pasukan Polandia akhirnya angkat koper dan hanya bertahan setengah musim. Posisi pelatih diambil caretaker Bambang Sukowiyono. Sambil itu berjalan, Persib mulai mendatangkan Juan Antonio Paez sebagai penasihat teknis, yang akhirnya turun ke lapangan sebagai pelatih juga. Tugas utama Paez saat itu adalah menyelamatkan Persib dari ancaman degradasi. Untuk memperkuat pasukannya, dan untuk mempercepat adaptasi juga, Paez memboyong tiga pemain asal negaranya : Alejandro Tobar, Cladio Lizama, dan Rodrigo Sanhueza. Meski produktivitas Sanhueza kurang meyakinkan, nampaknya Tobar dan Lizama terbukti memberi kontribusi bagi Persib. Di musim ini akhirnya Persib lolos dari degradasi setelah melewati babak Play-Off di kota Solo.
Di musim keduanya bersama Persib, Paez membujuk Julio Lopez agar hijrah dari PSIS Semarang ke Persib Bandung. Namun Lopez tidak bertahan lama di Bandung.
Kemudian para pemain Amerika Latin mulai berdatangan : Adrian Colombo (Argentina), Osvaldo Moredo (Uruguay), hingga Lorenzo Cabanas, Rafael Alves Bastos (Brazil).
Tahun berikutnya, liga Indonesia 2005 mulailah Persib dihuni pemain asing asal benua hitam, Afrika dan Asia. Indra Thohir yang menjadi “koki” tak keberatan Ekene Michael Ikenwa (Nigeria), dan Chioma Kingsley (Burkina Faso) bahu membahu dengan pemain lokal memburu mahkota juara. Sementara Pradhit Taweetchai (Thailand) menjadi pemain asing asal benua Asia pertama yang dipinang Persib.
Pemain asal benua Eropa selain pasukan Polandia, ada Leontin Chitescu (Rumania) di tahun 2007 dan Miljan Radovic (Montenegro), serta Vladimir Vujovic yang saat artikel ini terakhir diedit masih bermain di Persib Bandung.
Benua Australia ikut menyumbang pemainnya, Robbie Gaspar dan sayangnya Todd Howarth juga asal Australia yang memiliki skill di atas rata-rata batal berlabuh karena nilai kontrak yang terlalu mahal. Namun di kompetisi kopi-kopian Torabica Soccer Championship 2016, Persib mendatangkan pemain timnas Australia U23, Diogo Fereira.
Maka lengkaplah sudah, pemain dari lima benua dengan berbagai karakater, skill dan pesona masing-masing pernah menghuni Persib.
Berikut daftar pemain asing yang pernah merapat di Persib :
Argentina :
- Adrian Colombo
- Pablo Frances
- Robertino Pugliara
- Marcos Florest
Brazil :
- Antonio Claudio De Oliveira
- Amarildo Souza
- Ulian de Souza
- Fábio Lopes Alcântara
- Hilton Moreira
- Rafael Alves Bastos
Chilie :
- Rodrigo Sanhueza
- Angelo Espinoza
- Claudio Lizzama
- Alejandro Tobar
- Rodrigo Lemunao
- Julio Lopez
- Christian Mollina
- Patricio Jimenez
Paraguay :
- Lorenzo Cabanas
- Christian Martinez
Uruguay :
- Osvaldo Moreno
- Christian Gonzales
Kamerun :
- Herman Abanda
- Christian Bekamenga
- George Clement Nyeck Nyobe
- Louis Berty Ayock
Burkina Faso :
- Brahima Traore
Nigeria :
- Ekene Ikenwa
- Chioma Kingsley
Liberia :
- Frank Seator
Maroko:
- Redouane Barkaoui
Polandia :
- Maciej Dolega
- Mariusz Mucharski
- Piotr Orlinski
- Pavel Bocjian
Rumania :
Leontin Chitescu
Montenegro :
- Miljan Radovic
- Zdravko Dragicevic
- Vladimir Vujovic
- Ilja Spasojevic
- Srdjan lopicic
Singapura :
- Aide Iskandar Sahak
- Shahril Ishak
- Baihakki Khaizan
Thailand :
- Nipont Chanarwut
- Pradith Taweechai
- Suchao Nuchnum
- Sinthaweechai Hathairattanakool
Jepang :
- Satoshi Otomo
- Shohei Matsunaga
- Kenji Adechihara
Thailand
Pradith Taweechai (Thailand),
Pemain ini didatangkan dari Thailand bersama dengan Nipont Chanarwut (Thailand). Pradith berposisi sebagai pemain belakang. Saat ditangani oleh Indra Thohir, dalam formasi 3-5-2, Pradith ditempatkan di posisi bek sayap kanan. Nipont Chanarwut ternyata kurang mendapatkan tempat di starting line up Persib saat itu. Di posisi itu Pradith cukup member kontribusi positif. Namun saat ditempatkan di posisi defender, dia tidak terlihat keistimewaannya lagi.
Sintaweechai Kosin Hatharaitanakool (Thailand),
Didatangkan dari Osotappa FC Thailand pada tahun 2006. Statusnya saat itu adalah penjaga gawang timnas Thailand. Kemampuan membaca bola Kosin diatas rata-rata kiper seusianya. Gosipnya, dia sampai menolak bermain di Liga Jepang dan lebih memilih Persib Bandung yang mempunyai jutaan pendukung fanatik di Indonesia. Kiper ini mampu memberikan rasa aman kepada pemain bertahan ketika bermain. Sempat pulang ke Thailand selama dua musim, kerinduan bobotoh akhirnya terobati. Kosin kembali ke Bandung pada musim 2009/2010 dengan status pinjaman. Lagi-lagi bermain sangat baik, sayangnya dia harus kembali pulang ke Thailand karena status pinjamannya telah habis. Jika ditanya siapa penjaga gawang asing terbaik yang pernah membela tim ini, Sintawecchai Hattairatanakool adalah jawabannya.
Suchao Nutnum (Thailand)
Suchao Nutnum, dialah pemain asing yang paling berkesan yang pernah bergabung di klub ini. Hanya tiga bulan bermain dengan status pemain pinjaman, Suchao berhasil merebut hati bobotoh yang terdalam. Datang mencetak gol lalu pulang dengan gol indah yang tak akan terlupakan ke gawang Herman Batak langsung dari tiang tendangan penjuru. Suchao bermain 13 kali, mengoleksi tiga gol.
Antonio Claudio (Brasil).
Pertama kali datang ke Indonesia, dia bermain di Semen Padang bersama rekannya Claudio Luzardi. Di sana dia dijuluki tiang gadang Padang. Cukup lama dia di sana, sampai-sampai mempersunting gadis minang dan bercita-cita dinaturalisasi menjadi pemain timnas Indonesia, namun ia dianggap tidak terlalu istimewa untuk ukuran pemain asing untuk dinaturalisasi dan bermain di timnas.
Sebastian Martin Ocraenecz (Argentina), biasa disebut Sebastian Rene Martinez. Saya tidak terlalu terkesan dengan pemain yang satu ini. Tidak banyak yang bisa saya tulis di sini.
Redouane Barkoui (Maroko),
Datang ke Bandung di tahun 2006, melakukan debut di Siliwangi melawan Arema, mencetak gol, lalu berlari ke pagar pembatas tribun timur sambil bertelanjang dada. Itulah awal perkenalan Barkoui, pria asal Maroko kepada publik sepakbola Bandung. Di musim pertamanya Barkoui hanya mencetak lima gol. Di musim keduanya Barkoui bangkit dengan mencetak 10 gol di Liga.
Bersama Zaenal Arif dan Bekamenga, Persib di musim ini adalah salah satu skuad dengan komposisi penyerang yang paling produktif. Hanya saja, setelah tim-tim lawan bisa membaca gaya mainnya, produktivitasnya jauh menurun. Bertahan selama dua musim di Bandung, si goyang jaipong inipun akhirnya meninggalkan Bandung
Ayouck Berti (Kamerun), sebelum ke Persib dia maen di Persija. Apalagi ya? Udah, itu aja.
Brahima Traore (Burkina Faso), pemain ini juga tidak terlalu istimewa untuk dibahas.
Leontin Chitescu (Rumania),
Fabio Lopez Alcantara (Brasil),
Rafael Alves Bastos (Brasil),
Christian Rene Martinez (Paraguay),
Satoshi Otomo (Jepang), Awalnya, Otomo diproyeksikan sebagai pengganti peran Suchao Nutnum. Harapan bobotoh tidak terkabul, permainan Otomo berbeda dengan Suchao.
[…] giliran Marek Andrejz Sledzianowski, pelatih asing asal Polandia di Liga Indonesia IX tahun 2003. Saat itu Marek didatangkan dengan […]