Adeng Hudaya

Adeng Hudaya

Adeng adalah ikon sekaligus simbol romantisme sejarah manis Maung Bandung di masa lalu. Di antara semua pemain yang pernah menjadi kapten Persib, Adeng adalah sosok paling awet menjabat posisi kapten. Total 12 tahun, Adeng mengemban amanat menjadi kapten.

Sosok kelahiran Cikajang, Garut 30 Juni 1957 ini pertama kali dipercaya jadi kapten Maung Bandung pada 1980 menggantikan Giantoro. Jabatan kapten diletakan Adeng pada 1992 seiring dengan keputusannya gantung sepatu dan memberikan tongkat estafet kepada Robby Darwis.

Sebagai kapten Persib, jabatan tangannya cukup hangat menyambut kehadiran salah seorang legenda sepak bola Belgia dan dunia, Eric Gerets ketika Persib menjajal PSV Eindhoven dalam laga persahabatan di Stadion Siliwangi, Bandung, 11 Juni 1987.

Tangannya pun cukup erat ketika memegang dan mengangkat tinggi-tinggi trofi juara Perserikatan tahun 1986 dan 1990. Semua cerita itu terangkum dalam kisah perjalanan Adeng yang kini tengah memasuki masa pensiun sebagai salah satu pegawai Bank milik Pemerintah.

Dimasanya Persib Bandung pernah memiliki karakter dan gaya permainan yang sangat khas dari kaki ke kaki. Tak ayal klub sepak bola kebanggaan masyarakat Jawa Barat tersebut pernah dijuluki Brazil-nya Indonesia.

Virus gaya permainan sepak bola ala Samba yang sangat mematikan tersebut mulai diakui jadi milik Persib pada tahun 1986 seusai Maung Bandung meraih titel juara Perserikatan usai mengalahkan Perseman Manokwari 1-0 di hadapan 100 ribu lebih penonton di SUGBK.

Pencapaian tersebut sekaligus mengakhiri penantian panjang Persib selama 25 tahun tanpa gelar di kompetisi sepak bola yang kemudian dilebur menjadi satu dengan Galatama pada tahun 1994. “Waktu tahun 1986 saya dapat kesempatan berlatih ke Brazil bersama Tim Nasional A,” ucap Adeng membuka obrolannya dengan Radar Bandung di Kantor Bank Mandiri, Jalan Asia-Afrika, Jumat (11/11) beberapa tahun silam.

Baca Juga  Gosip Para Pemain Asing Persib Bandung

Meski hanya memiliki waktu 2 minggu berlatih di Brazil, kemampuan Adeng untuk beradaptasi dan belajar dengan cepat membuatnya berhasil mengadopsi gaya permainan Samba.

Dengan sangat detail dicatatnya satu persatu teknik dan strategi yang telah ia dapatkan selama menimba ilmu sepakbola di Brazil. Tujuanya satu, ajian dari Negeri yang banyak melahirkan pesepakbola kelas dunia tersebut harus bisa disebarkan ke rekan-rekan satu timnya di Persib.

Setibanya di Bandung, Adeng tak mau menunggu lama untuk menyebarkan virus sepak bola Samba pada Adjat Sudrajat cs. Ia pun berkoordinasi dengan Pelatih Persib saat itu, Nandar Iskandar dan Pelatih Fisik Persib, Indra Thohir. Sejak itu Persib berusaha mengadaptasi ilmu yang dibawa Adeng dari Brazil.

”Saya ceritakan pada pelatih semua yang saya dapat dari Brazil. Tidak terkecuali pada rekan-rekan satu tim juga. Mulai dari situ Persib bermain bola dari kaki ke kaki dengan umpan-umpan pendek yang mematikan dan cepat. Sejak itu juga kita mendapat julukan Brazilnya sepak bola Indonesia,” kenang Adeng.

Ilmu yang dibawa Adeng dari Brazil ke Persib terbukti mampu membawa sang Pangeran Biru jadi klub papan atas di kompetisi Perserikatan. Pada tahun 1986 dan 1990 dengan kehadiran dirinya ditengah tim serta 1994 Persib berhasil memboyong Piala Perserikatan ke Bandung. Dan pada tahun 1995, Persib sukses menjadi kampiun pertama Liga Indonesia.

“Setelah menerapkan gaya permainan dari kaki ke kaki kita langganan juara. Kalau pun tidak juara, kita juara 2 atau 3. Semua itu diraih tanpa bantuan pemain asing,” ujar Adeng.

Adeng bangga karena ilmu yang dibawanya dari Brazil menjadi salah satu kontributor kejayaan Persib Bandung saat itu. Namun jika melihat kondisi Persib saat ini, Adeng merasa sangat sedih. Dengan ekspresi kecewa legenda hidup Persib tersebut mengutarakan perasaannya.

Baca Juga  Homegrown Player Persib Bandung 2019

”Sudah terlalu lama Persib tidak juara lagi. Padahal kondisi sekarang jauh lebih baik dari jaman saya. Sekarang pemainya dikontrak dan digaji cukup besar, dukungan dari manajemen dan sponsor juga besar, materi pemain bagus, tapi kenapa belum bisa berjaya lagi” Ini karena saya melihat Persib telah kehilangan karakter bermainya,” katanya.

“Saya berharap tim kebanggaan Jawa Barat ini mampu kembali bangkit menjadi tim yang ditakuti di Indonesia,” harapnya.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Copyright © 2025 Belajar... Tumbuh... Berbagi
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x