Memodifikasi Dongeng Sangkuriang

Memodifikasi Dongeng Sangkuriang

Beberapa hari yang lalu, anak saya, si kembar Kayla dan Nayla, minta didongengkan tentang legenda Gunung Tangkuban Perahu. Meskipun dongeng tersebut banyak bertebaran di Google dan YouTube, mereka “keukeuh” ingin ayahnya aja yang mendongeng.

Okey lah, saya pun mulai bercerita pada mereka, semacam dongeng sebelum tidur. Meskipun tidak ingat 100% setiap detail dari dongeng yang pernah saya baca dan  saya tonton filmnya, kronologisnya tetap standar :

  • Dimulai dari Dayang Sumbi yang minta tolong dimbilkan jarum pemintalnya, ditolong seekor anjing bernama si Tumang yang terpaksa menjadi suaminya,
  • Sangkurinang membunuh si Tumang ayah kandung biologisnya sendiri, hingga diusir, berkelana, diangkat murid oleh pertapa sakti hingga tumbuh menjadi pemuda sakti berilmu tinggi.
  • Sangkuriang dewasa jatuh cinta pada Dayang Sumbi tanpa pernah mengetahui bahwa wanita yang dia cintai sebetulnya adalah ibu kandungnya
  • Dayang Sumbi memberi syarat, Sangkuriang harus membendung Sungai Citarum menjadi Danau dan membuatkan sebuah perahu, yang harus selesai dalam waktu satu malam.
  • Dayang Sumbi mengerahkan kesaktiannya hingga pagi tiba lebih cepat
  • Sangkuriang marah merasa dicurangi, lalu menendang perahu hingga melayang lalu menelungkup
  • Tangkuban perahu sangkuringan lama-kelamaan berubah menjadi sebuah gunung berapi yang bernama Gunung Tangkuban Perahu tersebut.

Anak-anak takjub mendengar dongeng ayahnya. Setelah itu, mulailah kreativitas dan rasa ingin tahu lebih dalam mereka keluar. Mulailah mereka buka-buka Google dan YouTube untuk membandingkan dongeng dari ayahnya dengan dongeng-dongeng lain yang ada di internet.

“Ayah, di sini kok ceritanya beda ya? Yang ayah ceritakan, Sangkuriang diusir oleh ibunya. Di sini kok malah Dayang Sumbi yang justru diusir dari istana?,” Tanya mereka dengan pandangan heran sambil menunjuk ke sebuah tayangan YouTube pada layar monitor laptop.

“Namanya juga dongeng, nak, itu ya suka-sukanya yang bikin dongeng aja, disesuaikan dengan selera si pendongeng,” jawab saya sambal senyum-senyum geli.

Perbedaan dongeng itu biasa khan, tidak perlu dipermasalahkan karena tidak mengganggu akidah dan keimanan 🙂

Pertama, betulkah si Tumang adalah seekor anjing? Kalau memang dia anjing, kok mau-maunya putri Dayang Sumbi yang cantik menikah dengan anjing? Nggak masuk nalar itu. Dalam beberapa versi dongengnya, memang diceritakan bahwa si Tumang sebetulnya adalah seorang dewa. Kenapa bentuknya bisa jadi berwujud ajing? Ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan dia adalah dewa yang kena kutuk. Kemungkinan lain, dia adalah dewa yang menyamar menjadi anjing dalam rangka bertugas di dunia manusia. Keberadaan dewa-dewa serta kenapa begitu banyak orang yang percaya keberadaannya pun, bagi saya, sangat menarik untuk dikaji. Apakah mereka hanya dongeng khayalan manusia? Ataukah mereka benar-benar ada seperti dalam teori manusia sempurna, teori manusia 2,5%, dan tayangan Ancient Aliens?

Dulu pun saya cukup puas dengan penjelasan seperti itu. Tapi sekarang mah nggak tuch. Kenapa? Ada beberapa pengetahuan baru tentang Anubis dan piramida. Itu lho, manusia berbadan tinggi besar berkepala anjing yang lukisannya banyak ditemukan di piramida Mesir Kuno di Giza.

Anubis khan di Mesir, Sangkuriang dan Dayang Sumbi di Tanah Pasundan. Kok bisa-bisanya saya mikir mikir sampai ke sana? Hubungannya apa?

Begini, baru-baru ini khan terungkap fakta-fakta baru tentang piramida nusantara, yang usianya jauh lebih tua dari piramida Mesir. Teori Ancient Aliens dalam History Channel pun membenarkan teori piramida nusantara ini. Saat ini banyak sekali orang yang percaya bahwa di Nusantara terdapat banyak sekali piramida. Jumlahnya juga ada ratusan, tepatnya ada 437 piramida. Piramida dengan fungsi dan tekhnologi ada 231. Piramida untuk umpan (decoy) ada 206. Piramida yang berupa gundukan biasa itu amat sangat banyak sekali. Akang-Teteh pembaca tentu sudah banyak mendengar tentang piramida Gunung Padrang, Gunung Shadu, dan Gunung Sadahurip yang diduga merupakan bangunan piramid, khan? Meski banyak ditentang “ahli sejarah universitas”, tetapi toch faktanya mereka juga belum bias membuktikan bahwa gunung-gunung tersebut pasti bukan piramida. Jadi, the show must go on saja lah, he he…

Sebetulnya apa sih peranan Anubis si manusia berbadan gagah tinggi besar, bertenaga kuat dan berkepala anjing ini? Dongeng kira-kira ini saya mulai ya.

Dahulu kala, di jaman nenek moyang bangsa Indonesia yang bernama bangsa Lemurian, hiduplah seorang putri raja di kerajaan Pasundan. Saat itu, sedang terjadi pembangunan bangunan-bangungan pirmid Nusantara, dengan segala teknologi dan infrastruktur canggih yang ada di dalamnya.  Bangsa Anubis adalah bangsa yang bertugas sebagai pengawas pembangunan piramida-piramida yang ada di planet bumi. Si Tumang adalah salah satu pemimpin bangsa Anubis yang bertugas mengawasi pembangunan proyek piramida tersebut.

Sebetulnya, Sangkuriang lahir sebagai akibat dari terjadilah skandal cinta terlarang antara Dayang Sumbi dan Si Tumang. Karena peristiwa tersebut merupakan aib yang besar bagi keluarga istana, bayi Sangkuriang yang baru lahir segera diasingkan. Selanjutnya dia dirawat dan dididik oleh seorang guru dengan kemampuan sangat mumpuni. Sangkuriang pun tumbuh menjadi pemuda gagah perkasa dengan yang menguasai berbagai ilmu kanuragan dan ilmu pengetahuan. Saat Sangkuriang telah dewasa dan turun gunung, Dayang Sumbi telah diangkat menjadi Ratu di Negara Pasundan. Dayang Sumbi tetap terlihat cantik dan awet muda, karena orang-orang di masa tersebut memang punya kemampuan untuk terus meregenerasi sel untuk mempertahankan kemudaannya.

Singkat cerita, Sangkuriang muda bertemu lalu jatuh cinta pada Dayang Sumbi, karena memang tidak pernah mengetahui siapa ibunya. Dayang Sumbi pun tidak pernah memberitahukan siapa dirinya sebenarnya pada Sangkuriang. Untuk menghindari dirinya diperistri oleh Sangkuriang, Dayang Sumbi memberi syarat agar Sangkuriag membuktikan kemampuannya untuk memasuki semua piramida Nusantara dengan segala teknologi canggih yang ada di dalamnya. Karena Sangkuriang mewarisi DNA Dayang Sumbi, ternyata Sangkuriang sanggup melakukannya. Untuk mencegah Sangkuriang sukses 100%, Dayang Sumbi mengerahkan kekuatannya untuk sedikir memodifikasi DNA Sangkuriang hingga Sangkuriang tidak berhasil menembus piramida terakhir yang disyaratkan untuknya. Sangkuriang marah besar hingga akhirnya dia bertarung dengan Si Tumang yang menjadi penjaga piramida terakhir yang dianggap menghalang-halanginya. Si Tumang pun tewas dalam pertarungan tersebut. Sangkuriang memotong kepala si Tumang sebagai bukti keberhasilannya memecahkan seluruh misteri piramida Nusantara. Dayang Sumbi sangat marah karena Sangkuriang sampai hati membunuh ayah kandung biologisnya sendiri.

Apakah Gunung Tangkuban Perahu tersebut terbentuk dari perahu Sangkuriang? Tentu saja bukan. Sama sekali gak masuk akal jika sebuah gunung berapi terjadi dari telungkuban perahu yang terbuat dari kayu atau apapun. Kecuali jika si perahu raksasa tersebut jatuh tepat di atas sebuah tempat yang kelak tumbuh menjadi sebuah gunung berapi. Gunung Tangkuban Perahu hanyalah salah satu anak dari Gunung Sunda Purba.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *