Anubis, Mesir Kuno, dan Teknologi Alien Bangsa Mosram

Anubis, Mesir Kuno, dan Teknologi Alien Bangsa Mosram

Anubis, dalam mitologi Mesir Kuno, adalah salah satu dewa yang paling dihormati, sering dianggap sebagai penjaga pintu gerbang menuju kehidupan setelah kematian. Wujudnya yang menyeramkan, dengan kepala jakal yang menggambarkan kematian, dan tubuh manusia, memberinya penampilan yang memukau dan membingungkan. Sebagai figur yang erat kaitannya dengan mumi dan kehidupan setelah kematian, Anubis memiliki peran kunci dalam upacara pemakaman dan perjalanan roh menuju dunia bawah.

Dalam bahasa Mesir Kuno, Anubis dikenal sebagai Inpu, dan sebagai salah satu dewa tertua Mesir Kuno, ia memiliki tanggung jawab besar untuk menimbang jiwa orang yang meninggal dengan menggunakan “bulu kebenaran” sebagai ukuran moralitas mereka. Dalam gambarannya, Anubis sering digambarkan sebagai seorang pria dengan kepala jakal atau anjing, kadang-kadang memegang tongkat atau tali sebagai lambang otoritas dan kekuatan. Tugasnya yang utama adalah membimbing jiwa orang yang meninggal melalui perjalanan menuju dunia bawah, memastikan bahwa mereka dihormati dengan layak dan menemukan tempat yang tepat dalam kehidupan setelah kematian.

Namun, peran Anubis tidak berhenti di sana. Selain sebagai penilai jiwa, ia juga dianggap sebagai dewa pelindung kuburan dan mumi. Anubis memastikan bahwa jenazah diawetkan dengan benar dan dimakamkan sesuai dengan ritual yang tepat, sehingga mereka dapat memasuki kehidupan setelah kematian dengan tenang dan terhormat.

Meskipun dongeng-dongeng tentang Anubis mungkin terdengar sederhana pada pandangan pertama, kedalaman dan kompleksitas perannya dalam mitologi Mesir Kuno menunjukkan betapa pentingnya peranannya dalam budaya dan keyakinan orang Mesir pada masa itu.

Saya sangat tertarik dengan penemuan saya di Glosarium Novel ARKHYTIREMA. Penjelasannya begitu berbeda dari dongeng-dongeng yang biasa saya temui di Google. Kesimpulan dan interpretasi yang disajikan di sana memberikan sudut pandang yang segar dan mendalam terhadap cerita, memperkaya pemahaman saya tentang narasi-narasi tersebut. Hal ini membuat pengalaman membaca menjadi lebih berharga dan memikat, serta mengundang saya untuk menjelajahi lebih dalam lagi.

Menariknya, ternyata ANUBIS merupakan singkatan dari ANNUNKRHA BRODELLA ISTROTEPH. Ini mengisyaratkan pada penggabungan antara Bangsa Brodella, kaum raksasa yang pernah menghuni Bumi, dengan makhluk serigala mutan yang dikenal sebagai ISTROTEPH. Penggabungan ini dilakukan oleh Bangsa BROPA sekitar 50.000 tahun Sebelum Masehi, menandai era di mana teknologi dan ilmu pengetahuan telah mencapai puncaknya. Fosil-fosil ISTROTEPH yang ditemukan di permukaan bumi menjadi bukti fisik akan eksistensi makhluk ini, memperkaya pemahaman kita tentang sejarah dan perkembangan evolusi di masa lalu. Ilustrasi yang menggambarkan keberadaan makhluk ini tentu akan menjadi sebuah tambahan menarik untuk memvisualisasikan kejadian-kejadian sejarah yang membingungkan dan misterius.

Mengapa ada makhluk seperti Anubis ini lalu dimanfaatkan untuk apakah oleh para Raja dan Ratu Mesir Kuno? Mengapa kaum Mesir Kuno bisa semaju itu ? Apakah memang hasil pemikiran sendiri? Ataukah ada campur tangan? Apakah kaum leluhur kita sudah mengenal hal seperti ini? Ataukah kita sudah jauh lebih maju dan tidak memerlukannya? Semua pertanyaan itu akan kita jawab satu persatu.

Dan ternyata semua sebetulnya ada benang merah yg terkoneksi tanpa diketahui umum. Semua bermula dari kaum MOSRAM. Mereka datang dan mengajarkan berbagai macam teknologi dengan istilah ZIHR.  ZIHR itu singkatan dari Zanunkh Illtath Hapresah Ranenkha. Istilah bahasa bangsa Mosram yang artinya :

  • Zanunkh = akselerasi,
  • Illtath = mesin,
  • Hapresah = organik,
  • Ranenkha = dalam bahasa Mosram artinya energi.

Menariknya, ketika kita menemukan istilah “ZIHR” yang memiliki kemiripan dengan kata “sihir” dalam bahasa kita, muncul pertanyaan menarik di pikiran kita. Apakah mungkin istilah “SIHIR” yang begitu terkenal pada zaman Nabi Musa, saat dia berhadapan dengan Fir’aun, sebenarnya hanya merupakan istilah untuk teknologi canggih yang diciptakan oleh bangsa Mosram, yang pada waktu itu dianggap aneh dan ajaib oleh manusia bumi? Apakah kemiripan kata ini hanya kebetulan atau mungkin merupakan petunjuk tersembunyi tentang fakta sejarah yang menarik? Pendekatan “out of the box” seperti ini selalu mengundang kita untuk menjelajahi kemungkinan-kemungkinan baru dan mendalami sudut pandang yang lebih luas, yang pada akhirnya bisa membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam dan menarik.

Kaum MOSRAM memiliki warisan pengetahuan yang luar biasa, termasuk kemahiran dalam rekayasa genetik yang memungkinkan munculnya berbagai kaum hybrid. Praktik ini memainkan peran penting dalam sejarah, di mana keturunan dari percampuran bangsa Mosram dan manusia bumi menjadi raja-raja dan ratu-ratu di peradaban Mesir kuno. Mereka yang memimpin memiliki ciri fisik yang khas, dengan kepala yang lebih lonjong ke atas, mencerminkan keturunan mereka yang unik dan keberadaan mereka yang dihormati di tengah masyarakat Mesir kuno. Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang peradaban kuno dan menunjukkan betapa majunya ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa itu.

Kaum Mosram, dengan keahlian mereka dalam rekayasa genetik, menciptakan makhluk-makhluk yang kuat dan setia, yang dikenal sebagai Anubis, dengan menggabungkan elemen-elemen dari ISTROTEPH dan BNRODELLA. Anubis bukan hanya menjadi pelindung dan pesuruh yang kuat, tetapi juga menunjukkan kesetiaan yang tak tergoyahkan, sebagaimana yang terlihat dari kisah-kisah legenda tentang anjing yang setia pada tuannya. Kekuatan mereka sungguh luar biasa, menggambarkan keberadaan yang mempesona dan kuat.

Sementara itu, BRODELLA adalah kaum raksasa yang pada suatu masa menghuni Bumi, sebelum akhirnya bermigrasi ke planet mereka sendiri yang disebut Planet BRODELLA. Saat peristiwa tragis ZIRG terjadi dan menghancurkan peradaban di Bumi, sebagian dari mereka yang tidak ikut migrasi lenyap bersama dengan dinosaurus atau ANTALOPHARGA, hewan gembala yang mereka pelihara.

Kaum Mosram, dengan segala kehebatan dan pengetahuan mereka, dianggap sebagai dewa oleh bangsa Mesir kuno. Tengkorak mereka dihormati dan dianggap suci oleh masyarakat, menambah kesakralan mereka di mata orang-orang.

Mereka juga menciptakan rumus rekayasa genetik dan pengetahuan ZIHR dalam bentuk 13 kristal KRAIMAN. Crystal Skulls asli tersebar di berbagai tempat, sementara tiruannya muncul di mana-mana. Namun, kekuatan sejati dari Crystal Skulls hanya dapat diaktifkan ketika mereka disusun bersama, mengungkapkan holo-rumus dan sejarah yang menakjubkan. Gambaran ini mungkin familiar bagi mereka yang pernah menyaksikan petualangan Indiana Jones dalam mencari Crystal Skulls dalam film-filmnya.

Pada masa kejayaan Mesir Kuno, keberadaan Raja-Ratu Mesir yang merupakan keturunan dari percampuran antara bangsa Mosram dan manusia bumi menarik banyak perhatian. Mereka seringkali menerima kunjungan dari berbagai kaum hybrid lainnya, menandai hubungan erat antara berbagai entitas supernatural dan manusia.

Namun, seiring berjalannya waktu, kaum Mosram beserta para hybrid dan Anubis perlahan-lahan meninggalkan dunia manusia. Dengan tiadanya Anubis yang asli, kekosongan tersebut kemudian diisi oleh manusia biasa, terutama oleh para pendeta yang mengenakan topeng Anubis. Meskipun mereka hanya manusia biasa, kehadiran mereka masih mempertahankan simbolisme dan kekuatan spiritual yang melekat pada Anubis.

Tidak hanya memiliki kekuatan spiritual, Crystal Skulls juga menyimpan rahasia teknologi yang luar biasa, mulai dari yang sederhana hingga yang sangat kompleks. Meskipun kebanyakan dari informasi yang tersebar hanya terbatas pada teknologi yang biasa, rahasia yang lebih dalam terus menjadi misteri yang menarik bagi mereka yang berusaha mengungkapkannya.

Salah satu contoh teknologi sederhana namun mengagumkan yang diterapkan oleh Raja-Ratu Mesir Kuno adalah DENDERA, yang dikenal sebagai baterai dan lampu kuno mereka. Berbeda dengan gambaran kita tentang penggunaan obor di dalam piramida, Raja-Ratu Mesir Kuno telah mengambil langkah maju dengan menggunakan senter yang ditenagai oleh baterai kuno mereka. Ini adalah baterai yang dihasilkan sekitar 3000 tahun SM, pada saat yang sama ketika piramida-piramida Mesir Kuno dibangun. Hanya dengan menuangkan air perasan jeruk ke dalamnya, baterai ini mampu menghasilkan listrik yang cukup untuk memberikan penerangan. Teknologi ini, yang tampak begitu sederhana namun efektif, membuka wawasan akan potensi yang besar jika bisa diadaptasi dan diaplikasikan secara luas. Bayangkan berapa banyak biaya listrik yang bisa dihemat jika teknologi semacam ini dipasang di setiap rumah. Bahkan, teknologi baterai modern sebenarnya hanya merupakan tiruan dari konsep baterai ini, walaupun dalam skala yang lebih kecil dan sayangnya rentan terhadap kerusakan.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *