Dahulu kala, pada awalnya Bandung bukanlah sebuah kota, tetapi hutan yang merupakan peninggalan dari Danau Bandung yang mengering. Ada yang berpendapat bahwa raibnya danau itu disebabkan kebocoran. Bahkan ada cerita bahwa kebocoran itu memang sengaja dibuat oleh “orang sakti” yang memang ditugaskan untuk mengeringkan danau tersebut. Konon, lokasi tempat pembocoran danau purba Bandung terletak di sebuah tempat bernama Sanghiang Tikoro. Ada pula yang berargumen itu diakibatkan pendangkalan karena adanya material yang terbawa ke danau dan mengendap. Mana yang benar? Itulah yang harus sama-sama kita telusuri dengan menggunakan segenap akal pikiran kita.
Ketika Herman Willem Daendels, Gubernur Belanda yang membangun jalan pos Anyer-Panarukan antara tahun 1809-1810, singgah di suatu tempat yang bernama Cikapundung sekarang, dia berkata, “Jika saya kembali ke sini, tempat ini harus sudah jadi kota” (S.Mardijan, Bandung tempo dulu). Itulah cikal bakal berdirinya Bandung.
Kalo mau ditelusuri sejarahnya, Bandung sama sekali bukan daerah yang aman dari bencana. Kawasan Bandung dan sekitarnya bisa diibaratkan mangkuk bentukan bumi ratusan ribu tahun lalu. Bentangan alam itu biasa disebut Cekungan Bandung, berbentuk elips dengan arah timur tenggara-barat laut, dimulai dari Nagreg di sebelah timur sampai ke Padalarang di sebelah barat. Jarak horizontal cekungan sekitar 60 kilometer. Adapun jarak utara-selatan sekitar 40 kilometer. Cekungan itu kian nyata jika dikaitkan dengan kurungan gunung di sekitarnya. Mangkok cekungan Bandung ini sebenarnya adalah SEBUAH KALDERA (kawah) yang terbentuk ketika meletusnya gunung berapi TERBESAR di dunia yang bernama Gunung Sunda Purba atau Gunung Sunda Raksasa. Gunung ini diperkirakan memiliki tinggi lebih dari 12.000 meter. Gunung ini tidak berbentuk strafo, melainkan berbentuk kerucut ke atas sehingga seperti pilar raksasa yang menjulang tinggi.
Wajar jika Plato dalam Crimetas mengatakan Indonesia, yang dia kira Atlantis, berada di pilar Herkules.
Ada sebuah dongeng legenda yang mengatakan bahwa Gunung Sunda itu nama aslinyua adalah Gunung ZHUNNDA. Gunung tersebut tingginya 12525 meter. Gunung Zhunnda meletus sekitar tahun 246.357 SM. Saat meletus di masa lalu, terjadi beberapa ledakan, dan ledakan itu benar-benar luar biasa. Bukan saja batu-batuan, magma, lava, dan lahar yang terlontar, tapi juga bahkan sampai melontarkan sebagian cadangan logam KRAIMAN ke berbagai macam arah., Konon, di zaman tersebut, ARDH GRUMMA atau bumi tempat tinggal kita sekarang ini belum dihuni manusia seperti kita, melainkan masih dihuni oleh “para dewa”. Para “Dewa” tersebut sebetulnya adalah nenek moyang bangsa Indonesia yang bernama Bangsa Lemurian. Kemampuan penguasaan energi bangsa Lemurian tersebut rata-rata sekitar 40% serta mempunyai penguasaan teknologi yang jauh di kita, yang tingkat penguasaan energinya dibatasi hingga sekitar 2.5% saja. Saat Gunung ZHUNNDA meletus, bangsa Lemurian 2,5% belum dikembangkan. Saat ledakan pertama terjadi, RHAMIDAAR, atau koordinator Bangsa LEMURIAN, masih survey untuk mengembangkan kaum 2,5 %. Dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana luar biasanya kekuatan daya ledak itu gunung raksasa yang bagaikan puluhan nuklir meledak secara bersamaan.
Kehidupan masih pemulihan secara total dari berbagai macam bencana karena pergeseran lempeng lempeng di dalam tanah. Gunung gunung masih banyak meletus, namun bangsa Krairon sudah ada yang tinggal untuk membuat kraiman. Gunung gunung berapi lain itu baru muncul setelah beberapa kali ledakan, baru mereka jadi saluran pelepasan magma lain. Kalau gunung itu tidak meledak maka bencana akan jauh lebih mengerikan. Tadinya gunung ZHUNNDA merupakan gunung terbesar yang menjadi pusat dari gunung-gunung lain di tatar Parahyangan.
Laut bergejolak secara mengerikan karena guncangan yg sangat dasyat. Tapi karena itu terjadi di daerah Parahyangan, maka semua bisa selamat memakai Vimana, jadi ting hariang di angkasa di angkasa menyaksikan dasyatnya ledakan.
Ledakan pertama saja sudah mampu menghabiskan setengah lebih dari ketinggian gunung ZHUNNDA. Ledakan pertama terjadi. Ledakan Gunung Krakatau atau KRAKATVA yang sangat terkenal dalam sejarah, sebetulnya belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ledakan Gunung Zhunnda ini.
Gunung-gunung yang ada sekarang, yang mengelilingi kota Bandung, tak lain adalah kaki-kaki atau anak-anak dari Gunung Sunda Purba ini. Gunung Tangkuban Perahu misalnya, itu adalah salah anak dari Gunung Sunda Purba, bukan bentukan dari perahu yang dibuat Sangkuriang seperti dalam dongeng legenda itu 🙂 Demikian pula dengan Situ-Situ yang ada di Jawa Barat, seperti Situ Cileunca, Situ Patenggang, Situ Ciburuy, dll, merupakan sisa-sisa jejak peninggalan danau purba Bandung yang sangat legendaris tersebut.
Setelah ledakan Gunung ZHUNNDA berakhir, mulailah dipasang banyak DORPHALL di sekitar gunung-gunung berapi di Nusantara, yang salah satu fungsinya adalah sebagai alat penyeimbang molekular tanah, atau alat anti gempa.