Halo semua! Assalamu’alaikum.
Sekarang, kita akan membahas tentang mata uang kertas. Di internet, ada banyak sumber informasi yang menjelaskan bahwa mata uang yang kita gunakan sekarang didesain sedemikian rupa untuk dimiliki oleh sekelompok kecil orang saja. 99% kekayaan yang ada di dunia, yang diwakili oleh uang, hanya dimiliki oleh satu persen orang. Orang ini biasanya disebut sebagai elit global yang punya rencana masa depan untuk menciptakan New World Order. Maka dari mulai uang, kemudian agama, Illuminati, pemerintahan bayangan, hingga Corona yang sedang menyebar merajalela di dunia, semuanya terkait dalam satu bingkai yang sama, dalam satu buku yang sama, yaitu tentang elit global.
Mari kita kritis, sahabat. Sebagian teori konspirasi itu benar, sebagian yang lebih besar lagi itu tidak benar, dan di bagian terbesarnya adalah fakta-faktanya benar, jujur, tetapi menghasilkan kesimpulan yang sama sekali keliru. Nanti di episode selanjutnya, sesudah ini, kita akan membuat simulasi kecil-kecilan. Bagaimana cerita-cerita jujur, 100% jujur, itu bisa menghasilkan kebohongan. Dan sekarang, tentang bagaimana teori konspirasi uang kertas, pendapat saya pribadi, akan dimulai setelah intro. Kita mulai, sahabat.
Dalam kronologi tumbuh-kembang peradaban masyarakat manusia, itu mengawali segalanya dengan berkumpul dalam satu tempat. Kemudian, mereka bercocok tanam. Bercocok tanam adalah salah satu fase paling penting dalam perkembangan manusia, tepat di mana manusia mulai berkumpul, berinteraksi, menghasilkan organisasi kemasyarakatan, meskipun kecil dan primitif. Tetapi ini adalah tonggak awal. Di sana, mereka tidak memiliki uang. Setiap kebutuhan yang harus dipenuhi, mereka akan mengambilnya dari alam atau mereka akan menukarnya dengan sumber daya milik orang lain. Maka terjadilah barter.
Seiring berjalannya waktu, barter tidak lagi bisa digunakan secara efektif. Mereka mulai menemukan bahwa ada benda yang bisa digunakan sebagai alat tukar. Dan inilah cikal bakal uang. Dulu belum dalam satu nilai yang spesifik. Tetapi kadang-kadang bulu burung, kulit binatang, bahkan ada juga yang menggunakan potongan logam, tembikar, dan lain-lain. Tetapi lambat laun, seiring manusia semakin berkembang, teknologi makin banyak, populasi juga makin membengkak, mereka juga semakin sadar bahwa ternyata itu tidak cukup. Harus ada barang yang disepakati bersama untuk menjadi nilai tukar. Dan disinilah muncul yang namanya emas dan perak.
Emas dan perak adalah mata uang pertama yang disepakati oleh masyarakat secara global. Lebih lanjut tentang barangnya, bisa dilihat pada episode ini, karena di sana kita menceritakan bagaimana kronologi terciptanya sistem ekonomi seperti yang sekarang kita jalani. Lanjut ke tema yang tadi, emas itu susah sekali untuk rusak, bahkan di masa lampau tidak ada teknologi yang bisa digunakan untuk menghancurkan emas. Tidak berkarat, kemudian awet, kemudian mengkilau bagus. Jadi, bisa ditukar-tukar dengan sangat baik.
Pada waktu itu, orang-orang di seluruh dunia terpecah. Ada yang menggunakan emas, ada yang menggunakan perak, ada yang menggunakan keduanya. Orang Indonesia di masa lampau menggunakan keduanya, tetapi lebih banyak menggunakan perak. Makanya mata uang Indonesia namanya rupiah. Kenapa rupiah diambil dari bahasa Sansekerta? Hai, rupi-rupi itu artinya perak. Begitu, makanya orang-orang Indonesia, kalau jual-beli sampai sekarang, kadang-kadang masih terdengar itu. “Woi, berapa ini? Cuman 5000 perak doang.” Nah, 5000 perak doang, dari mana? Orang Indonesia mendapatkan itu dari India. Dari mana? India menggunakan mata uang perak. Itu dapat pengaruh dari kebudayaan Persia.
Maka, kebudayaan Persia itu terkenal dengan menggunakan mata uang dari perak, beda dengan yang sebelah baratnya, orang Romawi, banyak menggunakan mata uang dari emas, mereka menggunakan dinar. Jadi, kalau sahabat suka main Rome Total War, misalkan, ya, gamenya. Nah, di situ ada tulisan sekian dinar, kenaikan itu adalah nilai mata uang Romawi pada masa itu. Nah, Persia dan Romawi, dua-duanya akhirnya ditaklukkan oleh kebudayaan Islam, kebudayaan Arab.
Maka, orang Arab langsung mengambil keduanya, dari Romawi diambil, diadaptasi menjadi dinar, dan mata uang Persia yang perak itu diambil sebagai dirham. Jadi, orang-orang Islam menggunakan dinar dan dirham sebagai mata uangnya. Orang-orang Arab di masa lampau, dari abad ke-8 sampai ke abad ke-13, itu adalah bangsa yang mendadak kaya, mendadak maju, mendadak sukses, karena sebelumnya adalah masa-masa jahiliyah. Tiba-tiba, ketika Islam muncul, itu menjadi sebuah peradaban yang canggih. Meledak, seluruh ilmu pengetahuan mereka kuasai, dan akhirnya, peradaban Arab menjadi peradaban yang sangat kaya raya.
Di masa lampau, orang Romawi juga kaya raya, orang Cina juga kaya raya, tetapi orang Arab ini orang kaya baru. Mereka menemukan emas bergelimpangan di mana-mana, rakyatnya makmur, dan mereka akhirnya bingung, ini duit segini banyak, mau dipakai apa? Disimpan di rumah akan dirampok, dibelanjakan di tengah jalan juga bisa saja dibegal. Di sini, sahabat, bau perampokan itu adalah hal yang umum, hal yang lumrah, kriminalitas itu terjadi di mana-m
ana, karena negara belum memiliki sistem kepolisian yang baik, belum bisa menjaga keamanan dengan sebaik-baiknya.
Di masa lampau, maka perampokan ini menjadi bagian dari pelecut budaya-budaya besar. Misalkan begini, sahabat, ninjitsu itu muncul gara-gara perampokan yang umum terjadi di mana-mana, Singapore muncul gara-gara perampokan, Malaysia, maaf ya, Malaysia, dan sebagian Sumatera, itu berkembang gara-gara perampokan. Nah, di Arab juga, perampokan terjadi di mana-mana. Akhirnya, orang-orang yang kaya mendadak itu berpikir keras, gimana caranya menyimpan ini emas.
Akhirnya, mereka sepakat, simpan saja di tukang emas. Ngomong ke si tukang, “Mas, nanti dia di sini ya. Nanti kalau saya mau ambil ini, dikasih cek.” Nah, kata “cek” itu berasal dari bahasa Arab. Hai, jadi memang uang kertas ini berasal dari orang Arab. Memang sebenarnya orang Cina berabad-abad sebelumnya sudah menggunakan uang kertas, tetapi uang kertas Cina ini tidak menyebar, tidak berkembang, tidak menjadi sistem global. Yang menjadi sistem global itu adalah cek, sahabat, ala orang di kebudayaan Arab.
Tetapi sebenarnya bukan benar-benar orang Arab, karena yang tukang emas itu pada umumnya adalah orang Yahudi. Nah, muncullah konspirasi bahwa Yahudi menguasai dunia. Sebenarnya enggak begitu, sahabat. Ini mulai dari peradaban Islam. Ceritanya begini, sama kala kaya di Indonesia. Orang Indonesia itu, pengacara biasanya tidak selalu, biasanya orang Batak. Birokrat itu biasanya tidak selalu orang Jawa. Seniman, banyak diantaranya orang Sunda, gitu ya, pelukis, orang Bali. Tukang bubur, orang Manado. Ya, pokoknya begitu ya. Jadi, inilah terkait kultur, bukan terkait dengan rasisme.
Di masa lampau, orang Yahudi itu di peradaban Islam, emang mainannya terkait dengan duit, akuntansi. Pasti orang Yahudi yang pegang. Terus yang barusan itu, tukang dagang emas, tukang gadai itu, biasanya orang Yahudi. Kalau orang Kristen di peradaban Islam, itu biasanya jadi penerjemah, jadi filosof, atau jadi dokter. Begitu, kalau muslim, itu biasanya jadi birokrat, jadi tentara, dan lain-lainnya biasanya seperti itu. Nanti, lambat laun, lembur semuanya jadi satu, tapi awal-awalnya begitu.
Si abuddhi itu buka dagang, mas, gitu. Ketika ini makin lama makin menjadi fenomena, makin lama masyarakat makin menemukan uang sebagai nilai tukar yang lebih praktis. Kalau bawa-bawa ini, enggak usah bawa-bawa, mas. Jadi, kalau saya mau nanti, di tempat lain juga tidak akan beresiko dibegal. Maka, menjadi fenomenal pada waktu itu, lebih taktis, lebih enak, jadi semuanya pakai nih, pakai cek, gua aja. Beli ini, pakai gua. Mau qurbanan, pakai cek, gitu, dan itu tidak diprotes, biasa aja.
Ulama-ulama di zaman dulu juga tidak ada sama sekali yang memikirkan tentang itu, haram atau halal, biasa-biasa aja, santai aja, nggak kayak sekarang. Muncul gitu ya. Nah, tetapi peradaban Islam itu gagal mengubah sistem ekonomi dari agraria ke perdagangan. Itu masalahnya. Sehingga, mereka harus menyerah, menyerah dengan siklus yang diceritakan oleh Ibnu Khaldun. Tetapi mereka sudah berhasil mentransfer ke negara lain, yaitu Italia. Bagaimana cara transfer nya? Kan dulu terjadi perang salib.
Selama 200 tahun, orang-orang Italia itu menjadi kaya mendadak gara-gara orang-orang Eropa, kalau mau nyerang muslim, itu pasti lewat pelabuhan-pelabuhan di Italia, Genoa, Florens, pokoknya mah di pelabuhan-pelabuhan besar itu menjadi titik temu antara kebudayaan Islam dan kebudayaan Eropa pada waktu itu. Akhirnya, di Italia juga berkembang sistem yang tadi itu, bahwa uang itu tidak harus menggunakan emas, tapi emasnya disimpan di satu tempat, kemudian kita bawa uang kertas yang namanya cek tadi itu.
Maka, orang Italia mengembangkan lebih jauh lagi, mereka akan orang-orang Yahudi yang tadi itu bikin jompo-jompo kayak gini. Oh, di belakangnya brankas, peran kiri pengawal
jam sangat kuat itu. Kan biasanya transaksi menggunakan ini. Duduk seperti ini, itulah cikal bakal bank-bank itu, diambil dari bahasa Italia, yang artinya bangku makan. Bangku, dalam bahasa Indonesia tuh, diambil dari bahasa Portugis. Bahasa Portugis itu, ngambilnya dari bahasa Italia, jadi bangku-bangku tempat duduk itu.
Nah, ini transaksinya kan di bangku. Nah, bangku ini jadi gaul, terserap dari bahasa Inggris, menjadi bang. Begitu ya. Nah, jadi bang-bang itu, bang kecil-kecilan itu makin lama makin besar, dan orang Italia makin sadar betapa enaknya menggunakan sistem uang cek lagi to the. Hai, tidak seperti kebudayaan Islam yang gagal, pindah. Orang-orang Eropa dengan naisangi itu berhasil melampaui dari kebudayaan agraria, berubah menjadi kebudayaan merkantilisme. Makanya, sahabat, nonton episode yang ini ya, ketika merkantilisme.
Makasih, bankir-bankir Yahudi itu menjadi semakin kaya karena di era itu, urusan kekayaan itu dipatok dengan kepemilikan emas, bukan lagi kepemilikan tanah. Maka, para bankir-bankir itu menjadi sekaya para bangsawan, dan bahkan para raja. Seiring merkantilisme semakin kuat, semakin orang-orang Eropa menjelajahi dunia, dan mendapatkan sebanyak-banyaknya sumber daya, dengan pengetahuan, semakin kaya pula bankir-bankir Yahudi tadi itu. Dan disinilah ketamakan itu mengambil porsinya.
Sahabat, begini, suatu kali ada raja yang pengen nyerang negara lain. Butuh duit kan, butuh uang. Emas itu, dia punya emas berton-ton di brankas. Nah, tapi gara-gara dia tamak, dia enggak mau keluarin itu, mendingan pinjem sama si Yahudi. Kan mereka punya uang kertas, seorang Yahudi juga punya, berton-ton emas, hasil titipan dari nasabahnya, tapi dia juga nggak mau ngeluarin itu. Jadi, keluarin aja cek. Walaupun C-nya kosong, kan berlaku buat masyarakat.
Jadi, ini konspirasinya bukan satu pihak, bukan elite Global yang menguasai dunia, tapi dua belah pihak. Bankir gak mau rugi dengan mengeluarkan emasnya, dan kerajaan gak mau mengeluarkan Masnya. Kan, kalau kamu menang, sukur. Kalau kalah, nanti Masnya habis. Rugi gereja di kerajaan, nothing. Tulus raga mau, mendingan pakai duit kertas saja, seorang Yahudi nggak pake duit kertas saja.
Nah, sepanjang era penjelajahan, orang-orang Eropa itu mendapati bahwa menggunakan uang kertas itu lebih nyaman, utang numbuh, nggak apa-apa kan, pakai kertas gitu. Ini akhirnya terhenti di era kapitalisme, di era revolusi industri. Ternyata semakin banyak uang yang beredar, semakin terjadi inflasi, kerusakan ekonomi besar-besaran, krisis, dan lain-lain. Maka, orang-orang berpikir ke ekonomi sosialis.
Jadi, ekonomi sosialis ini juga muncul dari rentetan peristiwa ini. Maka, mulai diperkenalkan lagi ini, si emas tetap harus menjadi jaminan dari uang kertas. Muncul lagi, dan akhirnya memang diperbanyak lagi, itu tambang-tambang emas untuk menghidupi mata uang kertas itu sebagai jaminan. Tetapi, Jerman menghianatinya pas beres Perang Dunia 1. Jerman melompat dengan sistem ekonomi baru yang sekarang dikenal sama MMT itu.
Nah, itu sebenarnya diawalinya sama si Jerman. Ngapain uang kertas ini dijaminkan dengan emas? Kan, gak penting gini nih. Terjadinya inflasi itu, kalau jumlah uang kertas terlalu banyak melamun di kekuatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kalau pertumbuhan ekonomi masyarakatnya tinggi, maka terlihat tidak akan terjadi inflasi. Nah, begitupun. Ngapain juga ekonomi tinggi itu harus pakai emas? Bisa aja pakai kerja, pakai produk.
Maka, orang-orang Jerman di bawah Hitler itu memajukan ekonominya, bukan pakai jaminan emas, tapi pakai jaminan produk. Gua bikin ini, gua bikin itu, gua ciptakan mobil, apa namanya, VW, ciptakan mobil ini, itu, ini, itu. Nah, mau cetak uang sebanyak-banyaknya, pun kalau pertumbuhan ekonomi masyarakatnya kuat, ya, gak masalah. Bukan dengan emas, tapi dengan produk.
Maka, terbelahlah orang-orang di seluruh dunia. Ternyata, inflasi yang ditakuti itu bisa hilang, kalau pertumbuhan ekonominya tidak dipegang melulu oleh emas, tapi juga oleh produk-produk yang lain. Ada hal yang lain selain Mas, yang bisa dijaminkan untuk mata uang kertas ini begitu. Tapi tak lama kemudian, terjadilah Perang Dunia Kedua. Jerman yang kecil itu mengobrak-abrik seluruh Eropa, menghancurkannya.
Nah, si Amerika Serikat sebenarnya mau ikut campur, ikutan perang, tapi pas akhir-akhir, semuanya udah bonyok, baru dia datang. Maka, dia mengklaim kemenangan paling duluan. Rencana Amerika Serikat sih, begitu. Setelah itu, Amerika Serikat akan meminjamkan uangnya ke negara-negara yang bangkrut gara-gara perang itu, dan membuat mereka ketergantungan sama ekonomi Amerika Serikat. Wahahaha. Gagasannya, kredit Amerika Serikat, pinter banget pada waktu itu, top.
Tapi itu hampir digagalkan oleh Jepang, karena Jepang ternyata nyerang Amerika Serik
at, jadi Amerika Serikat kepanasan, kaget, hampir kalah. Akhirnya, dia berhasil nyerang dengan bom atom, ngagetin, Jepang kalah, ekonomi Jepang hancur. Wah, ini jadi celah banget buat Amerika Serikat. Jadi, semua negara yang semula dihancurkan gara-gara Perang Dunia Kedua ini mau nggak mau harus minjem uang dari Amerika Serikat, tidak ada negara lain yang memungkinkan untuk membantu mereka.
Maka, dengan mekanisme ini, Amerika Serikat menjelma jadi raksasa. Maka, kembali memunculkan teori konspirasi bahwa Amerika Serikat, negara yang kecil dan lemah tadi, ternyata mengendalikan seluruh dunia, mengendalikan seluruh kekayaan dunia. Lalu, uangnya? Uang yang mengalir ini adalah uang Amerika Serikat. Ini tidak sepenuhnya salah, tidak sepenuhnya benar. Itu bukan konspirasi, itu perang informasi.
Jadi, sahabat, apa itu uang kertas? Uang kertas itu diawali dari kebudayaan Islam. Dari sana diambil oleh kebudayaan Eropa, dan kemudian ditingkatkan lagi oleh Amerika Serikat, dan sekarang diberikan ke seluruh dunia. Tetapi di sana, di negara-negara kita, di Indonesia, dulu kertas uang ini sudah ada sejak masa kolonial. Tapi ketika zaman kemerdekaan, mata uang kita adalah mata uang emas, sahabat. Mata uang kita adalah mata uang kertas yang dijamin dengan emas. Sampai suatu ketika, tahun 65, kita tidak lagi menggunakan sistem ini.
Kita mulai menggunakan sistem uang kertas yang dicetak begitu saja, dijamin pemerintah. Tapi ya, bukan 100%, cuma ada simbolnya saja. Jadi, kalau dulu satu lembar pecahan 10.000 itu artinya satu koin emas setebal setengah sentimeter. Sekarang, enggak ada lagi itu. Koin emas sudah tidak dipakai lagi. Begitu, sahabat, itulah cerita tentang uang kertas. Nanti kita lanjutkan lagi pembahasan berikutnya.
Assalamu’alaikum.