Di tahun 2016 silam, pembicaraan soal Sadiq Khan anak sopir bus dan penjahit yang kini terpilih menjadi Walikota baru London saat itu memang ramai. Tapi, yang perlu dikasih selamat itu tentu saja warga London itu sendiri, yang telah memilih walikotanya berdasarkan kompetensi, walaupun berasal dari minoritas sekalipun. Karena Sadiq Khan kebetulan beragama Islam, hebohlah sebagian umat Islam di sini seolah-olah menyambut kemenangan.”Pembicaraan tentang Sadiq Khan, seorang anak sopir bus dan penjahit yang sekarang terpilih menjadi Walikota baru London, memang ramai. Namun, yang perlu diselamatkan adalah warga London sendiri, yang telah memilih walikota mereka berdasarkan kompetensi, terlepas dari latar belakang minoritasnya. Karena Sadiq Khan kebetulan beragama Islam, beberapa umat Islam di sini terlihat sangat antusias menyambut kemenangannya.”
Tapi begitu kemudian diketahui bahwa Sadiq mendukung pernikahan sejenis serta mempertanyakan penjilbaban perempuan di bawah umur, mulailah anggota fans clubnya jadi galau, gak jadi punya idola baru dech, heu heu heu…Tapi begitu kemudian diketahui bahwa Sadiq mendukung pernikahan sesama jenis serta mempertanyakan pemakaian jilbab oleh perempuan di bawah umur, anggota fans clubnya mulai merasa bingung dan tidak memiliki idola baru, heu heu heu…
Sebagian umat Islam di Indonesia sepertinya memang begitulah, hobi gonta-ganti idola. Dulu Barrack Obama pernah dielu-elukan karena dianggap simpatik pada Islam, bahkan beredar gosip bahwa Barrack Obama adalah seorang muslim. Tapi ketika ternyata ia tidak dengan segera menarik pasukan dari kawasan teluk, balik lagi deh Obama jadi public enemy bareng Israel. Belakangan hubungan Obama-Israel memburuk alias musuhan. Tapi umat Islam sudah terlanjur ngecap bahwa Obama pro Israel, jadi gak memperhatikan perkembangan terbaru.
Umat “Islam” di Indonesia pun dulu begitu gencarnya membroadcast kebaika-kebaikan Presiden Erdogan di sosial media. Bahkan ada warga Bandung yang saking ngefans-nya sama Erdogan, memberi “nasihat” pada Ridwan Kamil untuk meniru gaya kepemimpinan Erdogan. Tapi, saat makin terungkap makin mesranya hubungan Erdogan dengan Israel, para fans fanatik Erdogan di Indonesia tidak bergeming. Erdogan tetap dipuja-pula. Kalau sudah cinta buta, tutup mata aja deh 😛
Yang paling miris itu kelakuan umat yang demen sekali bikin hoax tentang mualafnya tokoh-tokoh idola internasional, mulai dari artis sampai astronot. Setiap ada berita seorang idola masuk Islam, pasti disebarkan dengan penuh suka cita. Gak cukup dengan yang masih hidup, yang sudah mati juga digosipkan mualaf. Michael Jackson dan Putri Diana contohnya. Media Online kita juga begitu bangganya membahas prestasi para pesebakbola muslin asal Eropa dan Afrika dengan segala prestasinya di Liga Eropa. Lucunya, kalau diluruskan bahwa tidak semua data tersebut valid, yang meluruskannya malah dicap benci Islam, atau minimal “pendukung si penista”, atau “Bani Taplak” lah.. . Cape deeeh….
Kenapa sih segitunya cari sang idola?
Orang-orang fanatik akan tersinggung nggak ya klo saya bilang ini karena inferior? Sebenarnya para pendamba idola ini kurang percaya diri pada kebenaran dan kemegahan Islam, sehingga perlu menarik-narik orang jadi idola, meski hoax sekalipun. Padahal orang-orang yang diidolakan itu punya kehidupan tersendiri. Mereka mengambil keputusan berdasarkan apa yang mereka hadapi nun jauh di sana. Sadiq Khan misalnya, mendukung LGBT karena begitulah kondisi sosial politik di sana. Kita tidak bisa mengharapkan dia bertindak sesuai nilai-nilai ideal, apalagi nilai-nilai ideal menurut kita sendiri. Dia tak kenal kita, ngapain juga maksa-maksa dia supaya dia memenuhi kebutuhan kita atas sosok pemimpin muslim yang ideal?
Di sisi lain, ada seabrek tokoh muslim yang telah mencapai prestasi internasional. Tapi namanya malah sunyi di kalangan muslim, hanya karena dianggap islamnya/pandangannya tidak sesuai dengan ideal Islam. Malala Yousafai salah satunya, hanya karena dianggap terlalu dekat dengan Barat, peraih nobel perdamaian termuda dalam sejarah karena jadi simbol pembela hak perempuan untuk mendapat pendidikan ini, dianggap sepi.
Di bidang sains lebih tragis lagi. Muhammad Abdus Salam yang meraih nobel fisika tahun 1979 tidak pernah disebut-sebut hanya karena dia penganut Ahmadiyah. Konon bahkan tulisan ‘muslim’ di nisannya sengaja dihapus.
Orang lebih suka menyebut-nyebut ilmuwan muslim jaman kesultanan dulu, sambil bilang bahwa Barat menutup-nutupi kegemilangan ilmuwan muslim.
Haduuhh…. kumaha atuh ieu teh nya?
Ya begitulah keruwetan ‘Muslim Idol’ yang masih berlanjut sampai saat ini.
Udah ah, aku mau nongkrongin idolaku aja : PERSIB Bandung 😀
1 Comments