Filosofi Gula dan Kopi

Filosofi Gula dan Kopi

Jika kopi terlalu pahit, siapa yang disalahkan?
Gula, karena terlalu sedikit.

Jika kopi terlalu manis, siapa yang disalahkan?
Gula, karena terlalu banyak.

Jika takaran kopi dan gula seimbang, siapa yang dipuji?
Tentu semua akan berkata, “Kopinya mantap.”
Di mana gula yang berandil membuat rasa kopi menjadi mantap?

Mari ikhlas seperti gula, yang larut tak terlihat tapi sangat bermakna.

Gula pasir memberi rasa manis pada kopi,
tapi orang menyebutnya “kopi manis”, bukan “kopi gula”.

Gula pasir memberi rasa manis pada teh,
tapi orang menyebutnya “teh manis”, bukan “teh gula”.

Orang menyebut “roti manis”, bukan “roti gula”.

Orang menyebut “sirup pandan”, “sirup apel”, “sirup jambu”,
padahal bahan dasarnya gula.
Tapi gula tetap ikhlas larut dalam memberi rasa manis.

Apabila berhubungan dengan penyakit, barulah gula disebut: “penyakit gula”.

Begitulah hidup..
Kadang-kadang kebaikan yang kita tanam tak pernah disebut orang,

tapi kesalahan akan dibesar-besarkan..

Ikhlaslah seperti gula..
Larutlah seperti gula..

Tetaplah semangat memberi kebaikan..
Tetaplah semangat menyebar kebaikan..

Karena kebaikan tidak untuk disebut, tapi untuk dirasakan..

Baca Juga  RA. Kartini, Tafsir Al Qur'an dan KH. Saleh Darat
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Copyright © 2025 Belajar... Tumbuh... Berbagi
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x