Komik Tentang Syurga & Neraka

Komik Tentang Syurga & Neraka

Ini salah satu kenangan jaman 80 90 dulu. Ternyata jaman sekarang juga masih ada komik seperti itu. Saya tahu, karena kebetulan anak saya beli komik itu, dijual di dekat sekolahnya.

Apakah gambaran syurga dan neraka akan persis sama seperti dilukislan di komik tersebut? Wallahu alam. Karena belum pernah ada orang meninggal datang ke sana kemudian hidup kembali dan bercerita tentang syurga dan neraka yang dia lihat. Adapun syurga dan neraka yang dikisahkan dalam kisah kisah Isra Mi’raj, belum pernah dilihat oleh ustadz dan guru guru agama kita, bahkan oleh periwayat hadits hadits itu sendiri.

***

Maksud penggambaran syurga dan neraka yang ada di komik itu baik sih. Pengarang komit tersebut berusaha menyampakan pesan agar kita senantiasa berbuat kebajikan dan jangan berbuat kejahatan. Masalahnya, benarkah wujud syurga dan neraka itu akan persis seperti yang dilukiskan di komik tersebut? Seperti Apa Sih Dunia Pasca-Kematian Itu?

Pertanyaan tersebut sangat sulit dijawab. Syurga dan neraka adalah perkara ghaib. Tentu saja tidak ada orang yang tahu persis seperti apa wujudnya. Saya juga tidak tah. Saya belum pernah melakukan “penelitian lapangan” di alam kubur. Belum pernah juga ada orang meninggal lalu balik lagi ke dunia yang bisa wawancarai.

Agama hanyalah “meraba-raba” gambaran dunia akhirat. Ilmu pengetahuan juga sama. Kaum teolog hanya berusaha mengilustrasikan keradaanya. Para agamawan juga sebatas “menerka-nerka”. Sementara para ilmuwan, baik kaum teis maupun ateis, hanya sebatas berteori. Ada yg mempercayai “reinkarnasi” dan “kedamaian abadi”. Ada pula yang meyakini “realitas” surga-neraka seperti agama-agama Semit.

Tapi semua konsep “dunia pasca-kematian” dari para agamawan maupun kaum sekuler itu, kaum theis maupun atheis itu, hanyalah “imajinasi pemikiran” dan “tafsir kultural” belaka.

Bahkan dalam batas tertentu “bias gender”. Coba kalian simak baik-baik gambaran surga agama-agama Semit, Islam khususnya, yg mengonsepkan surga seperti taman rindang penuh pepohonan, aliran sungai yang menyejukan, dan tak lupa bidadari yang bahenol, yang katanya tiap orang dapat jatah 72 orang.

Konsep ini seperti sebuah “imajinasi” para penduduk laki-laki gurun padang pasir yang panas, gersang, dan kering-kerontang. Mereka mendambakan sebuah suasana atau keadaan atau tempat yang adem, sejuk, rindang, penuh air, dan banyak gadis-gadis molek. Atau gambaran surga tadi seperti gambaran sebuah taman putri sebuah kerajaan di zaman dahulu kala yang penuh dengan dayang-dayang yang “siap saji”. Jadi wajar jika orang-orang Arab itu menganggap sebuah tempat di Puncak Bogor sebagai syurga. Udaranya sejuk, rindang, penuh air, dan banyak gadis-gadis yang moleknya di sana. Di sana terjadi banyak peristiwa prostitusi terselubung yang bernama kawin kontrak. Segala dalil pembenaran sudah disiapkan untuk itu.

Pernahkah kalian membayangkan bagaimana kira-kira jika orang-orang Eskimo atau Suku Inuit yang tinggal di kawasan kutub utara merumuskun sebuah “surga”? Bagi mereka, mungkin gambaran syurga adalah tempat yang penuh kehangatan yang membuat mereka tidak perlu beraktivitas dengan pakaian-pakaian serba tebal yang menyelimuti tubuhnya.

Apapun “realitas” dunia pasca-kematian itu, tentu saja Anda, sebagaimana saya, boleh meyakini sedalam-dalamnya. Tetapi janganlah Anda memaksakan (apalagi melalui cara-cara kekerasan) keyakinan Anda itu kepada orang lain, agama lain, umat lain, kelompok lain, komunitas lain. Apalagi dibumbui dengan olok-olok terhadap konsep “dunia pasca-kematian” umat agama lain.

Tindakan seperti ini hanyalah mengantarkan kita pada “kesombongan teologis” yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Semua konsep ada batasnya. Semua teori ada limitnya. Agama hanyalah salah satu perantara saja untuk memahami realitasnya. Hanya Tuhan yang tak berbatas dan Maha Tahu tentang dunia-Nya.

Jika manusia berbuat kebaikan (atau kejahatan) di dunia ini, saya yakin pasti kelak ada “balasan” di kemudian hari nanti, semua ada hisabnya, tidak penting dalam bentuk apa atau seperti apa balasan itu. Tugas kita adalah berbuat baik terhadap sesama, untuk saling menjaga dan memelihara semesta.

Comments

comments