Dalam konteks ajaran tradisional Islam yang diceritakan dari generasi ke generasi, sihir adalah tindakan yang dianggap sebagai dosa besar dan bentuk kekufuran. Secara bahasa, sihir berarti kejadian yang samar penyebabnya. Dalam istilah syariat, sihir didefinisikan sebagai mantra-mantra, jampi-jampi, dan buhul-buhul yang memberikan pengaruh pada hati dan badan, yang bisa menyebabkan sakit, membunuh, atau memisahkan antara suami-istri.
Praktik sihir sering kali dihubungkan dengan kerjasama antara manusia dan jin. Beberapa sumber menyebutkan bahwa penyihir atau dukun bisa berkolaborasi dengan jin untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, seperti menyakiti seseorang, memisahkan pasangan, atau mengacaukan bisnis orang lain. Jin yang berkolaborasi dengan penyihir dapat masuk ke dalam tubuh manusia atau menjalankan tugas lain sesuai dengan perintah penyihir.
Praktik ini dianggap sangat berbahaya dan merupakan pelanggaran terhadap syariat Islam karena melibatkan kesyirikan, yaitu meminta bantuan selain dari Allah. Sihir dan bentuk kerjasama apapun dengan jin untuk tujuan tersebut adalah haram dalam Islam dan dianggap sebagai dosa besar.
Penting untuk diingat bahwa dalam Islam, hanya Allah yang memiliki kekuasaan atas segala sesuatu, dan meminta bantuan dari makhluk ghaib seperti jin untuk tujuan-tujuan yang melanggar syariat dianggap sebagai tindakan yang menyesatkan dan berbahaya. Oleh karena itu, umat Islam diajarkan untuk selalu bergantung kepada Allah dan menghindari praktek-praktek sihir atau kesyirikan.
Dalam konteks yang lebih umum, sihir dipandang sebagai sistem konseptual yang memungkinkan manusia untuk mengendalikan alam, termasuk peristiwa, objek, orang, dan fenomena fisik, melalui cara-cara mistis, paranormal, atau supranatural. Praktik sihir sering kali berada dalam konflik dengan ilmu pengetahuan dan agama, dengan banyak keyakinan yang menentang praktik sihir dan ilmu hitam.
Sihir dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan secara rahasia untuk menyakiti atau mempengaruhi fisik, emosi, atau pikiran seseorang dengan bantuan entitas gaib, dan dijalankan di luar norma-norma alamiah dengan tujuan tertentu, seperti menyebabkan kerugian pada orang lain atau meramalkan masa depan.
Sihir memang banyak digunakan pada zaman Firaun di masa Nabi Musa. Menurut kisah yang terdapat dalam sumber-sumber Islam, Firaun dan para pembesarnya menggunakan sihir sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan dan menghadapi tantangan dari Nabi Musa. Firaun bahkan mengumpulkan para tukang sihir dari seluruh penjuru untuk mengalahkan mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa.
Dalam sebuah peristiwa yang terkenal, para tukang sihir ini melemparkan tali dan tongkat mereka yang kemudian berubah menjadi ular-ular melalui kekuatan sihir. Namun, ketika Nabi Musa melemparkan tongkatnya, atas izin Allah, tongkat tersebut berubah menjadi ular yang lebih besar dan memakan ular-ular hasil sihir para tukang sihir tersebut. Ini menunjukkan kekuatan Allah yang lebih besar daripada sihir dan bagaimana mukjizat Nabi Musa dapat mengalahkan tipu daya sihir yang digunakan oleh Firaun dan para tukang sihirnya.
Kisah ini mengajarkan bahwa tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan Allah dan bahwa sihir, tidak peduli seberapa kuat, tidak dapat mengalahkan kebenaran dan mukjizat yang datang dari Allah. Kisah ini juga merupakan salah satu contoh bagaimana Allah melindungi para rasul-Nya dan membuktikan kebenaran risalah yang mereka bawa.
SIHIR dan Teknologi Bangsa MOSRAM
Bangsa MOSRAM adalah salah satu bangsa dari empat bangsa besar yang pernah tinggal di planet bumi di masa prasejarah. Mereka adalah bangsa yang membantu bangsa Mesir kuno membantu peradaban. Bahkan mereka dianggap dewa oleh bangsa Mesir saat itu. Bangsa Mosram jauh lebih kuat dari orang-orang Mesir kuno, dan mereka pun memiliki teknologi yang jauh lebih maju dibanding bangsa manapun yang tinggal di planet bumi. Istilah SIHIR itu sendiri berasal dari kata ZIHR, yang merupakan singkatan dari Zanunkh Illtath Hapresah Ranenkha. Istilah bahasa bangsa MOSRAM yang artinya :
- Zanunkh = akselerasi,
- Illtath = mesin,
- Hapresah = organik,
- Ranenkha = dalam bahasa Mosram, artinya energi.
Jadi, ZIHR sebetulnya adalah teknologi. Namun dalam pandangan orang-orang Mesir Kuno zaman dulu, mereka melihatnya sebagai hal-hal yang ajaib dan di luar nalar mereka. Para dukun di zaman Musa dulu, bisa memperlihatkan berbagai keajaban karena bantuan teknologi dari bangsa Mosram.