Setelah era kepelatihan Indra Thohir yang memberikan gelar juara Perserikatan Terakhir dan Liga Indonesia ke-1 berlalu, Persib Bandung sudah berulangkali harus kehilangan pelatih saat kompetisi belum tuntas. Mundurnya Djadjang Nurdjaman usai kalah dari Mitra Kukar, Sabtu (15/7) malam, bukan yang pertama. Sebelumnya sudah tercatat beberapa nama lain dalam sejarah Persib Bandung.
Siapa saja mereka? Suryamin, tercatat dalam sejarah sebagai pelatih yang digantikan karena dinilai sulit menghadirkan prestasi pada Liga Indonesia V pada 1999/2000.
Selanjutnya giliran Marek Andrejz Sledzianowski, pelatih asing asal Polandia di Liga Indonesia IX tahun 2003. Saat itu Marek didatangkan dengan harapan mengulang nostalgia kejayaaan masa emas Persib sentuhan Marek Janota. Gosipnya, Marek Anrejz Sledzianoski ditunjuk berdasarkan rekomendasi dari Marek Janota. Meski demikian, takdir berkata lain. Marek yang saat itu merobah total komposisi pemain, dengan istilah peremajaan, dengan dukungan 4 pemain asing yang dia bawa dari negaranya gagal total meracik Persib menjadi tim yang mumpuni. Persib bahkan menjadi lumbung gol bagi lawan-lawannya. Untuk menyelamatkan Maung Bandung dari jurang degradasi, manajemen menunjuk Juan Paez sebagai penggantinya.
Lalu pada musim 2006/2007 Persib kembali memecat pelatih, Risnadar Soendoro. Awalnya Risnandar sempat sesumbar di media masa bahwa dia akan mengganti pola 3-5-2 warisan Indra Thohir menjadi pola baku 4-3-3. Namun ternyata dia tetap pakai 3-5-2 juga dengan alasan belum ada stiker sayap sekelas Uut Kuswendi pada timnya. Duet striker Gendut Doni Kristiawan dan Boy Jati Asmara yang diandalkan Risnandar tidak terbukti ketajamannya. Setelah melewati beberapa pertandingan awal kandang tanpa kemenangan, bobotoh mendesak manajemen untuk segera melengserkan Risnandar.
Dia kemudian digantikan Arcan Iurie pada musim 2006. Sempat sedikit membawa angin segar di awal, namun akhirnya pelatih asing itu asal Moldova itu ternyata dianggap tak mumpuni juga hingga akhirnya dipecat. Salah satu hal yang dianggap blunder oleh bobotoh adalah keputusan Arcan Iuri meminjamkan Nyeck Nyobe ke Persela Lamongan demi meminjam Leontin Chitescu dari PSM Makasar. Saat itu Iuri berdalih bahwa dia butuh memperkuat lini tengah Persib lantaran dipanggilnya Eka Ramdani ke timnas. Bobotoh tidak puas dengan performa Chitescu, bahkan membully-nya dengan sebutan bintang film panas. Konsentrasi Chitescu pun sering terganggu dengan teriakan bobotoh “Nyeck Nyobe.. Nyeck Nyobe” saat dia menggiring bola. Pemindahan Nyeck Nyobe ke tim lain pun menjadi salah satu kambing hitam hengkangnya Christian Bekamenga dari Indonesia.
Namun perjuangan Arcan Iurie di Indonesia tidak sia-sia, toch akhirnya dia berhasil mempersunting wanita Indonesia untuk dijadikan istrinya… eh, kok jadi gak nyambung dengan bola ya? 😀
Setelah itu, ada Jaya Hartono yang berhenti melatih pada musim 2009/2010 karena secara performa kurang mumpuni. Padahal di musim kompetisi sebelumnya Jaya Hartono begitu fenomenal dengan kesuksesannya membawa Persik Kediri, tim baru promosi ke Divisi Utama, langsung menjadi juara.
Pelatih asal Serbia, Daniel Darko Janackovic jadi pelatih berikutnya yang mundur sebelum kompetisi digelar pada musim kompetisi 2011. Kasusnya beda. Para pemain yang dikomandoi oleh Markus Harison saat itu menganggap dia terlalu otoriter, menerapkan disiplin kaku, dan terlalu mencampuri privasi pemain. Kalangan bobotoh banyak yang menilai pemain Persib terlalu manja, tidak disiplin, dan tak bermental juara. Selanjutnya, Persib ditangani asistennya Jovo Cuckovic yang tampangnya ibarat perpaduan dari Charles Bronson dan Super Mario Bros. Kendala bahasa kemudian menjadi kendala gagalnya Abah Jovo mengangkat prestasi Persib.
Di musim 2012 selanjutnya, Janakovic digantikan Drago Mamic, yang berasal dari Kroasia. Mamic menarik perhatian jajaran manajemen Persib lantaran keberhasilan Timnas Myanmar yang dilatihnya menaklukan Timnas Indonesia. Drago Mamic lah yang pertama kali menerapkan pola 4-2-3-1 di tubuh Persib. Setelah mengawali beberapa pertandingan awal dengan permainan membosankan, lambat, monoton, sulit mencetak gol, dan terlalu mengandalkan keberuntungan untuk memenangkan pertandingan, Mamic juga harus berhenti dari kursi pelatih maung Bandung di tengah jalan karena dianggap tak mumpuni memoles Maung Bandung.
Dejan Antonic menjadi pelatih asing terakhir yang diberhentikan di tengah jalan pada musim 2016 lalu. Kesuksesan Dejan meracik tim modal pas-pasan seperti Pro Duta Medan, Arema Malang, dan Pelita Bandung Raya sempat diharapkan bobotoh agar Dejan menggali potensi pemain muda dan pemain lokal asal Jabar. Saat itu Dejan didaulat untuk menggantikan posisi Jajang Nurjaman yang sedang “tugas belajar” ke Italia. Selain mempertahankan “The Winning Team” warisan Janur, Dejan membawa serta beberapa pemain andalannya di PBR : Kim Kurniawan, David Laly, Rahmad Hidayat.
Entah apa yang terjadi di jajaran manajemen sehingga Dejan tidak tampil optimal. Akhirnya kursi kepelatihan diambil alih kembali oleh Djadjang Nudrjaman.
Fakta unik yang terjadi adalah Dejan Antonic kembali menunjukan kapasitasnya sebagai pelatih berkelas di Liga Hongkong. Ada apa dengan Persib? Kenapa begitu banyak pemain dan pelatih yang kemampuannya tidak tergali maksimal saat berada di tim Persib?
Seperti mengulang kasus Arcan Iurie dan Mamic, lagi-lagi Djadjang akhirnya juga harus mundur di tengah kompetisi karena tak mampu lagi mengangkat prestasi. Menurut gosip yang beredar di kalangan bobotoh, jajaran manajemen dan investor terlalu banyak intervensi saat pelatih menentukan kebutuhan pemain. Sepertinya gosip ini tidak terlalu salah, dan dibenarkan oleh Antonic Dejan melalui cuitan di twitternya.
Saat ditanya dengan komentar “Di HKG bisa bagus di IND kurang bagus.. apa perbedaannya coach?“, Dejan pun sontak membeberkan sebuah ungkapan “menyentil” yang mengejutkan banyak netizen.
“Kurang bagus…..? kamu lucu sekali, kamu lihat saya di Arema, Pro Duta, PBR??? Aduuuuh kamu lucu sekali,” tulis Dejan merespon tweet dalam akun Twitter pribadinya, @DejanAntonicHK.
“Di sini pelatih kerja bebas tidak ada instruksi dari orang lain…. itu penting teman,”tegas Dejan.
Sontak, pernyataan Dejan itu banyak di-retweet para netizen terlebih lagi terkait krisis yang tengah melanda mantan timnya, Persib Bandung. Meski Janur membantah rumor ini melalui media massa, bobotoh pun semakin yakin bahwa memang terlalu banyak intervensi dan instruksi dari jajaran manajemen dan sponsor yang membuat pelatih tidak nyaman dan bekerja tidak optimal.
Kini setelah Janur mundur, siapa pelatih Persib berikutnya? Apakah caretaker Heri “Jose” Setiawan bertahan hingga akhir musim? Ataukah di musim kedua ada pelatih baru yang menggantikannya? Menarik untuk kita tunggu.