SOFTWARE PERBUDAKAN: NARSISTIC PERSONALITY DISORDER (Part 1)

SOFTWARE PERBUDAKAN: NARSISTIC PERSONALITY DISORDER (Part 1)

Mbak Feni Indra S Hariadi sering mengangkat topik mengenai orang yang memiliki Narsistic Personality Disorder (NPD), suatu gangguan kepribadian yang menarik untuk dibahas, terutama dari perspektif seorang profiler. Perhatian terhadap NPD menjadi semakin relevan dalam dunia modern yang sering kali terjebak dalam ego dan individualisme berlebihan. Apa sebenarnya yang terjadi ketika seseorang terjebak dalam perbudakan psikologis ini? Untuk memahaminya, kita perlu memulai dengan konsep dasar yang lebih luas, yakni perbudakan jiwa yang mungkin jauh lebih kompleks daripada yang kita bayangkan.

Dunia yang Terkendali oleh Software Perbudakan

Ceritanya dimulai di sebuah dunia yang disebut Ardh Grumma, sebuah planet yang dihuni oleh manusia yang telah mengalami kondisi kehidupan yang sangat terkendali oleh suatu bentuk perbudakan yang sangat canggih, yang digambarkan sebagai software perbudakan. Keberadaan software ini bukanlah sekadar pengendalian fisik, melainkan pengendalian jiwa dan pikiran. Konsep ini sangat menarik, karena menyentuh pada fenomena psikologis yang banyak kita temui di dunia nyata, seperti dalam bentuk gangguan narsistik.

Software perbudakan ini bertindak layaknya program komputer yang diimplantasikan langsung ke dalam otak, bertujuan untuk menghambat kebersaksian atau kesadaran sejati akan diri sendiri dan dunia di sekitar kita. Pada dasarnya, software ini memanipulasi realitas internal individu, sehingga mereka terjebak dalam pola pikir yang sangat egois—di mana segalanya berpusat pada Aku. Kondisi ini bisa digambarkan mirip dengan gangguan Narsistic Personality Disorder (NPD), di mana seseorang sangat terobsesi dengan dirinya sendiri, menganggap dirinya lebih penting dari orang lain, dan memiliki perasaan superior yang tidak realistis.

Narsisme sebagai Software Perbudakan

Mengapa narsisme, atau lebih tepatnya NPD, bisa menjadi bentuk perbudakan yang sangat kuat? Karena dalam realitas NPD, individu tidak hanya menjadi sangat fokus pada diri sendiri, tetapi juga menciptakan dunia di mana mereka adalah pusat segalanya. Mereka enggan melihat dunia luar dengan cara yang objektif, lebih memilih untuk melihatnya sesuai dengan konstruksi pikiran mereka yang sudah terdistorsi. Seperti software yang mengendalikan sistem, narsisme mengatur cara pandang seseorang terhadap dunia, yang hanya berfokus pada pengakuan, pujian, dan keuntungan pribadi.

Baca Juga  Siapa Penghuni Bumi Sebelum Adam?

Dalam konteks Ardh Grumma, software perbudakan yang terimplotkan ke dalam otak penduduknya mengarah pada penciptaan realitas dimana mereka mengutamakan diri mereka sendiri dan tidak dapat melihat kebenaran lebih besar atau hakikat hidup yang lebih luas. Ini adalah sebuah mekanisme pengendalian yang sangat kuat, karena jiwa mereka sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat membebaskan diri dari sistem ini dengan mudah.

Sejarah Perbudakan dan Regulasi yang Ditetapkan

Kisah ini dimulai sekitar 25.000 tahun lalu, setelah kejadian yang disebut sebagai Tranzentrha Terakhir, yang diikuti dengan munculnya Raja Vikramaditya di wilayah Makra. Setelah peristiwa tersebut, sebuah regulasi baru ditetapkan antara pasukan bentukan Aki Tirem dan Koalisi 4 Bangsa Besar. Koalisi ini menyusun sebuah sistem yang menjadikan penduduk Ardh Grumma terperangkap dalam software perbudakan. Sistem ini menuntut setiap individu yang lahir di planet tersebut untuk bisa “lulus” dari keadaan perbudakan tersebut dan membebaskan diri dari pengaruh koalisi.

Namun, pertanyaan besar yang muncul adalah: Apakah mungkin untuk melepaskan diri dari perbudakan ini? Jawabannya adalah sulit sekali. Software perbudakan ini sangat efektif dalam menjaga kontrol atas pikiran dan jiwa individu. Lebih dari itu, sistem ini terbukti sangat berhasil dalam menjaga kestabilan koalisi yang telah menikmati “panen raya” selama lima Origom—periode waktu yang sangat panjang dalam skala kehidupan mereka.

Menghadapi Tuhan dan Pengasih-Nya

Mungkin ada pertanyaan yang lebih besar, yakni apakah Tuhan membiarkan perbudakan ini terus berlanjut? Apakah mungkin bahwa perbudakan ini adalah konsekuensi logis dari perilaku manusia yang terjebak dalam ego dan nafsu pribadi? Tentunya, dalam setiap cerita yang berbicara tentang keadilan Tuhan, kita tidak bisa melupakan sifat-Nya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Meskipun dunia ini terperangkap dalam perbudakan yang begitu kompleks dan canggih, Tuhan tidak membiarkan umat-Nya tenggelam dalam kesesatan total.

Baca Juga  PERADABAN, RESET, DAN SANG MAHA PENOPANG

Sebagai bentuk kasih sayang-Nya, Tuhan mengutus beberapa Utusan untuk membantu penduduk Ardh Grumma. Utusan ini memiliki tugas penting: membimbing umat manusia untuk melepaskan diri dari perbudakan jiwa yang dihasilkan oleh software tersebut. Mereka akan mengajarkan latihan-latihan yang memungkinkan individu untuk mengalirkan energi panas ke otak atau mengarahkan ubun-ubun ke titik Anomali Magnetik, sebuah cara untuk melepaskan diri dari pengaruh software perbudakan.

Perjalanan Menuju Pembebasan Diri

Melepaskan diri dari software perbudakan ini tentu tidak mudah. Di dunia yang telah dibangun dengan sistem seperti itu, individu harus benar-benar berjuang untuk mengendalikan pikiran dan keinginan mereka. Ketika berada di lingkungan yang terus-menerus menekan mereka dengan ketakutan, paksaan, atau iming-iming keuntungan, sistem ini semakin sulit untuk diatasi. Namun, perjalanan menuju kebebasan dimulai dengan kesadaran akan masalah ini.

Mereka yang telah berhasil keluar dari perbudakan ini adalah mereka yang mampu mengendalikan ego mereka, bukan lagi terperangkap dalam dunia narsistik yang hanya berfokus pada diri sendiri. Contoh yang paling jelas adalah seseorang yang berhasil lolos dari pengaruh tersebut, yaitu S.A.B.A.T—meskipun beliau masih berada di Barzh, sebuah wilayah yang mungkin merujuk pada tahap yang lebih tinggi dalam proses pembebasan ini.

Tantangan untuk Bangkit dan Menyadari Diri

Di era di mana semesta sudah terhubung dalam Diskonek, software perbudakan semakin terasa kuat dan mengguncang setiap individu. Ini adalah saat yang penuh tantangan. Hanya mereka yang memiliki kesadaran penuh terhadap diri mereka sendiri, terhadap lingkungan sekitar, keluarga, dan teman-teman, yang dapat mulai memahami bagaimana mengendalikan dan bahkan menaklukkan software perbudakan ini.

Namun, untuk melepaskan diri, kita harus terlebih dahulu menyadari bahwa setiap jiwa itu ada, dan ada sebuah potensi besar untuk bangkit. Ini adalah perjalanan yang tidak hanya membutuhkan tekad kuat tetapi juga pemahaman yang lebih dalam tentang cara kerja pikiran manusia dan bagaimana kita bisa melawan gangguan narsistik yang telah mengakar dalam diri kita.

Baca Juga  Jaringan Islam Liberal (JIL): Apa, Siapa, dan Mengapa?

Bersambung…

Sumber: DongengBuAya

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Copyright © 2025 Belajar... Tumbuh... Berbagi
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x