Biografi Nabi Idris AS: Menyelusuri Jejak Seorang Nabi yang Mulia
Nabi Idris AS, yang juga dikenal dengan nama Akhnukh atau Henokh dalam tradisi Yahudi dan Kristen, merupakan salah satu nabi yang sangat dihormati dalam Islam. Kisah hidup beliau mengandung banyak pelajaran yang sangat berharga, baik dalam hal keimanan, ilmu pengetahuan, dan ketekunan dalam berdakwah. Beliau lahir sekitar tahun 4833–4188 SM di wilayah Babilonia, yang terletak di antara dua sungai besar, Efrat dan Tigris.
Asal Usul dan Nama Nabi Idris AS
Nabi Idris AS adalah keturunan Nabi Adam melalui anaknya, Syits. Nama “Idris” sendiri berasal dari kata Arab “dars,” yang berarti “pembelajaran.” Ini mengacu pada sifat beliau yang sangat tekun dalam belajar dan mempelajari wahyu-wahyu sebelumnya, termasuk kitab yang diberikan kepada Nabi Adam dan Syits. Dalam tradisi Islam, beliau dikenal sebagai seorang nabi yang memiliki kecerdasan luar biasa.
Masa Hidup Nabi Idris AS
Nabi Idris AS diangkat menjadi nabi pada usia 483 tahun, yaitu sekitar tahun 4350 SM, untuk membawa wahyu dan petunjuk hidup kepada umat manusia. Allah SWT menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Nabi Idris AS adalah seorang yang sangat membenarkan dan memiliki martabat yang tinggi, sebagaimana yang tertulis dalam Surat Maryam ayat 56-57:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS. Maryam: 56-57)
Namun, perlu dicatat bahwa angka-angka yang menyebutkan tahun kelahiran atau kehidupan Nabi Idris AS tidak dapat dipastikan dengan akurat. Perkiraan tahun masa hidupnya berasal dari riwayat-riwayat tertentu, namun keabsahannya masih dipertanyakan. Tidak ada informasi eksplisit mengenai tahun kelahiran atau kehidupan Nabi Idris AS dalam Al-Qur’an atau hadis shahih.
Perkiraan Tahun Hidup Nabi Idris AS
Berdasarkan beberapa sumber, masa hidup Nabi Idris AS diperkirakan antara tahun 4533–4188 SM, dengan usia sekitar 345 tahun. Namun, angka-angka ini lebih bersumber dari tradisi sejarah dan bukan dari dalil yang sahih dalam Al-Qur’an atau hadis. Sehingga, informasi mengenai tahun-tahun tertentu dalam kehidupan Nabi Idris AS lebih bersifat spekulatif.
Selain itu, kita juga harus mempertimbangkan perbedaan kalender dan sistem perhitungan waktu yang digunakan pada masa itu, yang jauh berbeda dengan kalender modern yang kita gunakan sekarang.
Dakwah Nabi Idris AS
Nabi Idris AS diutus untuk menyampaikan wahyu kepada umat manusia yang sudah mulai menyimpang dari ajaran tauhid, terutama Bani Qabil yang menyembah selain Allah, seperti api. Meskipun mendapat banyak ejekan dan tantangan dari kaumnya, Nabi Idris AS tidak pernah menyerah dalam menyampaikan dakwahnya. Setiap minggu beliau berdakwah selama tiga hari, sementara empat hari lainnya beliau gunakan untuk beribadah kepada Allah.
Penyembahan Api oleh Bani Qabil
Riwayat yang menyebutkan bahwa Bani Qabil menyembah api seringkali dikaitkan dengan peristiwa setelah Qabil membunuh saudaranya, Habil. Menurut riwayat, Iblis membisikkan kepada Qabil untuk menyembah api, dan hal ini kemudian diikuti oleh keturunannya. Meskipun riwayat ini ada dalam beberapa sumber, keabsahannya diragukan karena sanad yang lemah. Oleh karena itu, klaim ini perlu diterima dengan hati-hati.
Hijrah dan Perjuangan Nabi Idris AS
Awalnya, Nabi Idris AS berdakwah di Babilonia, namun setelah kaumnya menolak ajarannya, beliau hijrah ke Mesir, khususnya ke kota Memphis. Di Mesir yang kala itu masih tandus dan miskin, Nabi Idris AS berhasil mengubah keadaan dengan kebijaksanaan dan keimanan yang kuat. Ia mengajarkan umatnya cara beribadah dengan benar, serta mengajarkan keterampilan-keterampilan berguna seperti menjahit dan menulis.
Mukjizat Nabi Idris AS
Nabi Idris AS diberi berbagai mukjizat sebagai tanda kekuasaan Allah SWT dan sebagai penguat dakwah beliau. Di antara mukjizat yang diterima Nabi Idris AS adalah:
Penerimaan 30 Shahifah: Allah SWT menurunkan 30 lembaran wahyu untuk Nabi Idris AS, yang berisi petunjuk dan ajaran bagi umatnya.
Derajat yang Tinggi: Allah mengangkat Nabi Idris AS ke derajat yang tinggi, sebagaimana disebutkan dalam Surat Maryam ayat 56-57.
Kemampuan Membaca dan Menulis: Nabi Idris AS adalah manusia pertama yang dianugerahi kemampuan membaca dan menulis dengan pena (kalam), menjadikannya sebagai seorang nabi yang sangat cerdas.
Menguasai Berbagai Bahasa: Nabi Idris AS juga diberi kemampuan untuk menguasai berbagai bahasa, memudahkan beliau dalam berdakwah ke berbagai bangsa.
Pertemuan dengan Nabi Muhammad SAW: Dalam hadis-hadis yang diriwayatkan, Nabi Idris AS disebutkan sebagai satu-satunya nabi yang bertemu dengan Nabi Muhammad SAW saat Mi’raj.
Wafatnya Nabi Idris AS
Terdapat beberapa riwayat mengenai wafatnya Nabi Idris AS. Salah satunya menyebutkan bahwa beliau meminta kepada Allah SWT untuk diperlihatkan surga dan neraka. Setelah melihat surga yang penuh kenikmatan, Nabi Idris AS merasa enggan untuk meninggalkan tempat itu, dan Allah pun mengabulkan permintaannya dengan mengangkat beliau ke surga.
Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi Idris AS diangkat oleh Allah ke langit keempat, di mana malaikat maut mencabut nyawanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Maryam ayat 57:
“Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi.” (QS. Maryam: 57)
Pertanyaan: Pertama, langit keempat itu apa? Apakah langit keempat itu bagian dati tujuh lapis langit? Apakah arti tujuh itu secara harfiah memang begitu? Bukankah dalam bahasa dan sastra arab, tujuh itu bisa dartika “sangat banyak” atau “banyaknya tidak terbatas? Kedua, syurga mana yang dilihat oleh Nabi Idris? Mungkinkah sebetulnya tempat yang disebut “syurga” tersebut adalah planet lain yang didesain jauh lebih indah dari planet bumi? Mungkinkah Nabi Idris sebetulnya mencapai tempat tersebut karena mengalami ascending tanpa “ganti casing” atau mengalami kematian terlebih dahulu? Kajian mengenai berbagai hal ini akan sangat banyak dan panjang. Semoga kita sempat membahasnya di artikel-artikel yang lain.
Kesimpulan
Kisah Nabi Idris AS merupakan kisah yang penuh dengan hikmah, mengajarkan tentang pentingnya ilmu pengetahuan, ketekunan dalam berdakwah, dan pengabdian yang tulus kepada Allah SWT. Mukjizat yang diberikan kepada Nabi Idris AS bukan hanya sebagai tanda kekuasaan Allah, tetapi juga sebagai contoh bagi umat manusia tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan ibadah. Sebagai umat Islam, kita diingatkan untuk lebih mengutamakan hikmah dan pelajaran dari kisah para nabi, daripada terjebak dalam perdebatan mengenai tanggal dan tahun kehidupan mereka.