Isitilah Unicorn yang pertama kali saya kenal adalah nama kuda bertanduk yang konon hidup di jaman dahulu kala saat bangsa Lemurian dan Atlantis masih hidup. Istilah UNICORN ramai diperbincangkan Netizen saat tahun politik menjelang Pilpres 2019 April yang akan datang. Yang dimaksud UNICORN di sini tentu saja bukan kuda bertanduk mitologi dongeng Atlantis itu. Entah kapan istilah UNICORN ini muncul. Orang sekitika diberi tahu dunia gaul Sosmed bahwa Bukalapak adalah salah satu UNICORN Indonesia. Istilah ini lebih dari sekedar “yang onlen-onlen itu” 🙂
jadi begini, FYI, Unicorn itu adalah sebutan bagi start up yang telah memiliki valuasi diatas USD 1M – atau kalau di rupiahkan setara dengan Rp 14 triliun. Kalau sdh diatas USD 10 milyar maka sebutannya bukan lagi Unicorn tapi Decacorn. Jadi bukan hanya soal online – online nan
Indonesia sendiri sudah ada 4 startup yang masuk kategori Unicorn yakni Tokopedia, Gojek, Traveloka dan Bukalapak. Bahkan kabarnya Gojek dan Tokopedia ini sudah menjadi Decacorn
By the way, pengertian Startup itu sendiri apa ya? Mungkin masih banyak orang yang belum memahami istilah ini. Kata Startup sendiri merupakan serapan dari Bahasa Inggris yang berarti tindakan atau proses memulai sebuah organisasi baru atau usaha bisnis.
Menurut Om Wikipedia, Startup adalah merujuk pada perusahaan yang belum lama beroperasi. Perusahaan-perusahaan ini sebagian besar merupakan perusahaan yang baru didirikan dan berada dalam fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan pasar yang tepat.
Pengertian startup di atas mungkin lebih pada terminologinya, namun menurut saya akan lebih mudah jika istilah Startup diartikan sebagai perusahaan baru yang sedang dikembangkan. Mulai berkembang akhir tahun 90an hingga tahun 2000, nyatanya istilah Startup banyak ‘dikawinkan’ dengan segala yang berbau teknologi, web, internet dan yang berhubungan dengan ranah tersebut.
Berdasar valuasi terkini hari ini, estimasi nilai valuasi 4 startup Indonesia itu adalah :
1.Tokopedia – valuasi Rp 150 triliun ( Decacorn )
2.Gojek – valuasi Rp 140 triliun ( Decacorn )
3.Traveloka – valuasi Rp 40 triliun ( Unicorn )
4.Bukapalak – valuasi sekitar Rp 30 triliun ( Unicorn )
coba bandingkan valusinya dengan PT. Garuda , PT Telkom dan PT. Pertamina yang notabene adalah BUMN besar, jauuh, Valuasi Gojek saja 10 kali lipat valuasi Garuda yang punya asset pesawat segabreg
Apa itu valuasi ? Valuasi adalah harga jual sebuah perusahaan di mata investornya.
Dalam model valuasi konvensional, harga perusahaan diukur dari kemampuannya hasilkan laba. Juga dari total aset yang dimiliki dikurangi total hutang. Bisnis generasi Y dan X
Di bisnis-bisnis yang berfikiran jaman dulu, valuasi bisnis lebih fokus pada tangible asset atau aset fisik macam pabrik, tanah, bangunan, dan aset fisik lainnya. Di Bisnis Jaman Now, intangible asset atau aset ghoib diangggap lebih utama 🙂
Apa intangible asset yang bisa menaikan value sebuah perusahaan di era digital ini :
- Brand image
- Hak paten
- Human capital
- Apps
- Digital platform
- Networking
- Kapasitas Kompetensi
- Keunikan
- Demand Market
- Proyeksi usia bisnis
Contoh, Aset FB atau Google hanyalah aplikasi dan digital platform ( plus infrastruktur server farm ). Aset Toyota atau Boeing adalah ratusan pabrik seluas puluhan kali lapangan sepakbola, gedung, infrastruktur.
Tapi valuasi Facebook atau Google yg tembus Rp 8.000 T puluhan kali lipat diatas valuasi Toyota atau Boeing. Keren kan
Di era digital economy dan sharing economy, kekuatan value sebuah app bisa sangat masif.
Instagram HANYALAH SEBUAH APLIKASI. Iya IG itu cuma app. Bukan rocket science technology atau kilang minyak biofuel.
Berapa valuasi IG hari ini? Rp 1.000 triliun.
Kenapa sebuah aplikasi yg sangat simpel harga vaulasinya bisa ribuan triliun?
Jawabannya : sebab di era internet digital ini, sebuah apps bsisa menjangkau miliaran user dalam detik yg sama. Tidak ada batas wilayah dagang, tidak ada batas teritoty
Itulah Scalability Power. The power of App Economy. Dengan koneksi internet, ratusan juta user bisa ditangkap dengan seketika. 7 hari seminggu, 24 jam sehari
Salah satu kunci untuk melakukan valuasi bisnis adalah sikap optiisme akan prospek pertumbuhan bisnis tersebut di masa depan
Contoh misalnya soal valuasi Gojek/Gopay dihargai amat mahal oleh investor sebab investor yakin akan masa depan mereka. Investor optimis Gopay bisa tembus hingga 100 juta pelanggan. Bandingkan dengan nasabah BCA atau Bank Mandiri
Nah soal investasi investor juga tidak selamanya berbanding lurus dengan penguasaan perusahaan, simplenya investasi yg masuk ke Gojek atau Traveloka tidak serta merta dihitung dengan kepemilikan saham perusahaan, ini karena tidak semua orang tahu akhirnya jadi salah paham. Contoh misalnya seolah-olah ketika Googgle dan Singapura Gamvest PTE nyuntik dana gede-gedean ke Gojek, maka otomatis Gojek jadi milik mereka, tidak semudah itu ferguso 😀
Singapura Gavest PTE hanya memiliki 8.82% ( dan itu saham terbesar yg dimiliki investor di Gojek ) dan Google tidak memiliki saham karena konsep kerjasama investasinya berbeda, Gojek juga punya skema Pemegang Saham Pengendali ( PSP ) yg menjamin bahwa kendali perusahaan hanya berada di tangan Nabil Makarim dkk sebagai founder.
karena model investasinya berbeda di bisnis unicorn ini, banyak ragamnya. Ini saya jelasin nanti yah biar nggak kepanjangan tulisannya
intinya, apakah uang akan lari ke luar negeri ? jika paham bahwa ini adalah Scalability Economy, Digital Economy dan Sgarring Economy pasti paham bahwa semua ada porsinya yang unik , tapi apakah fair ?