Baru-baru ini, dunia teknologi dibuat heboh oleh Alibaba yang meluncurkan model AI terbaru mereka, Qwen 2.5. Model ini mengklaim memiliki kemampuan lebih canggih dari ChatGPT, DeepSeek V3, dan GPT-4. Tidak hanya itu, Alibaba bahkan memilih untuk mengumumkan peluncurannya pada hari pertama Tahun Baru Imlek, sebuah langkah yang tidak biasa mengingat banyak perusahaan teknologi besar biasanya menunda pengumuman penting di saat liburan besar.
Namun, keputusan Alibaba ini jelas merupakan sinyal kuat bahwa mereka tidak ingin kalah dalam perlombaan AI yang semakin sengit. Mereka tidak hanya menantang dominasi OpenAI dan Meta, tetapi juga pesaing domestik yang semakin meroket, seperti DeepSeek.
DeepSeek, sebuah startup AI asal China, pertama kali mengguncang dunia teknologi dengan peluncuran model DeepSeek V3 pada 10 Januari, yang langsung disusul dengan perilisan DeepSeek R1 pada 20 Januari dan DeepSeek Genes Pro beberapa waktu setelahnya. Hasilnya, Silicon Valley terguncang, saham-saham perusahaan teknologi besar merosot, dan dunia investasi mulai diliputi kecemasan. Banyak yang bertanya-tanya, apakah perusahaan AI besar dari Amerika yang sudah lama memimpin pasar dapat bertahan atau justru akan tergilas oleh pesaing yang muncul dari China?
Inovasi dengan Harga Terjangkau: DeepSeek Menciptakan Gelombang Baru
Salah satu faktor yang membuat DeepSeek begitu mengguncang adalah biaya pengembangannya yang jauh lebih rendah dibandingkan pesaing-pesaing dari Amerika. Dengan harga yang jauh lebih murah, DeepSeek bisa menawarkan layanan AI berkualitas tinggi tanpa membebani biaya yang besar. Dalam industri yang sangat kompetitif, di mana perusahaan berlomba-lomba menekan biaya dan meningkatkan kinerja, DeepSeek menjadi mimpi buruk bagi para pemain besar.
Kecepatan inovasi juga menjadi faktor penting dalam persaingan ini. Bahkan perusahaan sebesar ByteDance, pemilik TikTok, merespons dengan cepat. Dua hari setelah peluncuran DeepSeek R1, ByteDance mengeluarkan pembaruan model AI mereka sendiri dan mengklaim model tersebut mengungguli OpenAI dalam uji benchmark IMI, salah satu tolak ukur kinerja AI yang paling dihormati. Ini menunjukkan betapa besar dampak yang ditimbulkan oleh DeepSeek.
Perang Harga dan Inovasi: Mengubah Peta Persaingan AI Global
DeepSeek sudah memicu perang harga di China sejak merilis model DeepSeek V2 yang bersifat open-source pada Mei 2023. Model tersebut hanya dibanderol satu Yuan per 1 juta token—harga yang jauh lebih murah dibandingkan pesaing-pesaing besar seperti OpenAI dan Meta. Dengan harga yang sangat terjangkau, DeepSeek memberikan peluang bagi lebih banyak perusahaan dan startup di seluruh dunia untuk mengakses teknologi AI mutakhir tanpa mengeluarkan biaya besar.
Tak mau kalah, Alibaba mengumumkan pemotongan harga hingga 97% untuk model AI mereka, sebagai langkah ekstrem untuk tetap kompetitif di tengah semakin besarnya persaingan dari DeepSeek. Selain itu, Baidu dan Tencent, dua raksasa teknologi China lainnya, juga ikut masuk dalam persaingan ini. Baidu, yang pertama kali meluncurkan model AI setara ChatGPT di China pada Maret 2023, kini harus bersaing dengan model-model yang lebih murah, lebih efisien, dan lebih inovatif.
Liang Wen Feng dan Ambisi untuk Mencapai AGI
Di balik kesuksesan DeepSeek ada satu nama yang semakin sering dibicarakan: Liang Wen Feng, pendiri startup ini. Liang dikenal sangat tertutup dan lebih memilih bekerja di balik layar, namun dalam wawancara langka pada Juli tahun lalu, ia mengungkapkan tujuan ambisiusnya—mencapai AGI (Artificial General Intelligence), kecerdasan buatan yang bisa melampaui manusia dalam hampir semua aspek.
AGI dianggap sebagai tonggak terbesar dalam perkembangan teknologi, dan jika tercapai, dapat membuka potensi luar biasa bagi berbagai sektor, mulai dari kesehatan hingga industri kreatif. Meskipun AGI adalah pencapaian yang sangat sulit, DeepSeek berfokus pada tujuan jangka panjang ini, bahkan jika harus menghadapi berbagai rintangan.
Pendekatan Berbeda: DeepSeek vs Perusahaan Teknologi Raksasa
DeepSeek beroperasi dengan struktur organisasi yang sangat berbeda dari perusahaan teknologi raksasa seperti Alibaba. Sementara Alibaba memiliki ratusan ribu karyawan, DeepSeek lebih mirip sebuah laboratorium riset kecil yang fokus pada inovasi murni. Tim utama DeepSeek terdiri dari lulusan muda dan mahasiswa doktoral dari universitas top di China, yang bersemangat dalam penelitian dan pengembangan.
Menurut Liang, struktur perusahaan besar dengan ribuan karyawan justru membatasi kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat dan berinovasi tanpa hambatan. Dalam pandangannya, perusahaan besar dengan struktur yang kaku mungkin tidak cocok untuk masa depan industri AI. Oleh karena itu, DeepSeek mengandalkan fleksibilitas, kecepatan, dan keberanian untuk mengambil risiko besar—faktor-faktor yang menurutnya sangat penting dalam dunia AI yang terus berkembang.
Siapa yang Akan Mendominasi?
Dengan inovasi dan harga murah yang ditawarkan DeepSeek, persaingan di dunia AI semakin ketat. Alibaba, meskipun memiliki sumber daya yang lebih besar, harus beradaptasi agar tetap relevan. Akankah DeepSeek benar-benar mengubah lanskap AI dunia, atau apakah perusahaan-perusahaan raksasa seperti Alibaba, Baidu, dan Tencent akan kembali mendominasi dengan kekuatan mereka?
Apa pendapat kalian? Akankah AI sepenuhnya dikuasai oleh inovator baru seperti DeepSeek, atau tetap berada di tangan perusahaan besar yang sudah mapan? Diskusikan pendapat kalian di kolom komentar! Jangan lupa klik like dan share ke teman-teman biar makin viral! Terima kasih sudah nonton!