Terus terang, buat saya prbadi, unjuk rasa yang dilakukan para sopir angkot yang memprotes keberadaan transportasi online, merupakan hal yang tidak masuk akal. Menutup transportasi online bukan solusi untuk meningkatkan taraf ekonomi para pengemudi angkot.
Tanpa beroperasinya ojek online dan taksi online pun, masyarakat sudah beralih ke sepeda motor kok. Kredit kepemilikan sepeda motor itu mudah. Para pemilik motor bisa menghemat anggaran belanja rumah tangga sangat significant dibanding tiap hari naik angkot. Tarif angkot itu mahal lho. Jauh lebih murah naik motor sendiri. Bahkan tanpa online pun mending naek motor pribadi yg udah jelas sangat memangkas ongkos naek angkot.. Angkot juga kurang nyaman, juga kurang praktis. Mending naik online yg bisa nganter sampe depan rmh dgn biaya lebih murah dari angkot donk.
Transportasi online memang bikin Taksi konvensional jadi lumpuh. Ongkis naik taksi argo aja udah mahal. Dgn murahnya transportasi online, kami sebagai konsumen berhak bertanya donk, apa sebabnya ongkos taksi mahal? Transparasinya gimana sih? Berapa banyak yg keterima bersih drivernya? Berapa yg bagi-bagi para pejabat lewat biaya retribusi dan berbagai birokrasinya? Apalagi taksi tanpa argo yg nangkring di stasiun dan bandara. Kenapa mereka gak ditertibkan? Apa karena ada kongkalikong dgn para pejabat yg sifatnya simbiosis mutualisme sehingga masyarakat sebagai konsumen dikorbankan?
Masyarakat tetap akan mencari alternatif yg lebih nyaman dan terjangkau.
Daripada sibuk demo demo nu teu pararuguh yg semakin hari semakin meresahkan masyarakat, sudah waktunya driver, pemilik, dan pengelola angkot move on, dan mulai lebih kreatif menggali alternatif usaha lain yg lebih realistis & menguntungkan…