ISKRAIMAN: Pahlawan Mutan dengan Energi Luar Biasa
ISKRAIMAN adalah manusia mutan, hasil hibridisasi antara BRODÉLLA dan LÉMURIAN. Proyek kloning ini dilakukan oleh bangsa LEMURIAN sekitar 40% untuk menciptakan sosok yang dapat melawan YAJREEMA, bangsa mutant yang diciptakan oleh BHALLAMIN. Iskraiman memiliki perawakan yang lebih kecil dibandingkan BRODÉLLA, dengan tinggi sekitar tiga meter. Meski lebih kecil, ia memiliki kemampuan penguasaan energi yang luar biasa, sekitar 30% lebih kuat dari manusia biasa.
Apakah Iskraiman adalah Iskandar Zulkarnain?
Iskandar Zulkarnain, atau Dzulqarnain, adalah sosok yang dikenal dalam Al-Qur’an sebagai pemimpin yang adil dan beriman. Ia dikenal melakukan perjalanan jauh dan membangun tembok besar untuk menghalangi Ya’juj dan Ma’juj, dua suku yang dikenal sebagai pemicu kerusakan besar di dunia. Beberapa sejarawan dan penafsir Al-Qur’an berpendapat bahwa Dzulqarnain bisa jadi adalah Alexander Agung, sementara yang lain menyebutnya Koresh Agung atau Sargon Agung.
Namun, dalam konteks ISKRAIMAN, tidak ada bukti langsung yang mengaitkannya dengan Dzulqarnain. Iskraiman lebih berfokus pada misi untuk mengalahkan Yajreema, bangsa mutan yang berbahaya, sementara Dzulqarnain lebih dikenal dalam konteks membangun tembok untuk menahan kerusakan yang dibawa oleh Ya’juj dan Ma’juj. Meski ada kemiripan dalam keduanya yang berhubungan dengan kekuatan besar dan perjuangan epik, keduanya tampaknya merupakan sosok yang terpisah dalam narasi.

Yajreema: Bangsa Mutant yang Menyeramkan
Yajreema adalah bangsa mutant yang diciptakan melalui rekayasa genetika oleh BHALLAMIN. Mereka dikloning menggunakan gen dari BHALLAMIN, kemudian dipadukan dengan berbagai virus dan hormon, menjadikannya seperti makhluk vampir yang kuat namun sulit mati. Kejahatan mereka hampir tak terukur, dan akhirnya mereka dikurung oleh ISKRAIMAN dalam sebuah tembok energi yang sangat kuat, memisahkan mereka dari dunia luar.
Setelah terkunci selama berabad-abad, makhluk-makhluk Yajreema ini kelaparan, lalu saling memangsa satu sama lain. Hanya raja Yajreema yang bertahan hidup, namun ia pun akhirnya mati kelaparan. Kisah mereka mengingatkan pada cerita monster di film The Great Wall, di mana makhluk-makhluk mengerikan menyerang Tembok Besar China dan memaksa para prajurit untuk bertahan hidup.
Apakah Yajreema adalah Ya’juj dan Ma’juj?
Ya’juj dan Ma’juj adalah dua suku yang dikenal dalam ajaran Islam sebagai makhluk yang akan muncul di akhir zaman, sebagai salah satu tanda besar datangnya kiamat. Dalam Al-Qur’an, mereka digambarkan sebagai bangsa yang merusak dan suka berbuat kerusakan di muka bumi. Nama mereka diartikan sebagai sosok yang keras dan merusak, dengan jumlah yang sangat besar.
Beberapa ulama modern mengaitkan Ya’juj dan Ma’juj dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan mereka keluar dari tembok yang dibangun oleh Dzulqarnain. Ini bisa menjadi metafora untuk kerusakan yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi yang tidak terkendali.
Sementara itu, penafsiran lain mengaitkan Ya’juj dan Ma’juj dengan kelompok tertentu yang muncul menjelang hari kiamat. Mereka digambarkan dengan ciri fisik khas, seperti wajah lebar dan mata kecil, mirip dengan bangsa Turk menurut beberapa hadis. Namun, apakah Yajreema adalah sosok yang dimaksud dengan Ya’juj dan Ma’juj masih menjadi perdebatan. Keduanya memiliki sifat destruktif, tetapi Yajreema adalah hasil rekayasa genetika yang lebih terfokus pada eksperimen ilmiah, sedangkan Ya’juj dan Ma’juj lebih berkaitan dengan eskatologi agama.

Kisah Yang Terhubung: Antara Mutan, Teknologi, dan Kejahatan
Baik ISKRAIMAN maupun YAJREEMA membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang potensi gelap dari rekayasa genetika dan teknologi. Iskraiman, sebagai pahlawan mutan, menandakan bahwa manusia mungkin mampu mengatasi ancaman besar yang diciptakan oleh kejahatan ilmiah. Namun, ini juga mengingatkan kita tentang potensi bencana yang dapat timbul dari penyalahgunaan ilmu pengetahuan, seperti yang terlihat pada Yajreema, yang akhirnya membawa kehancuran pada dirinya sendiri.
Pertarungan antara kejahatan dan kebaikan dalam narasi ini menggambarkan pertempuran epik antara teknologi, kekuatan alam, dan takdir yang tak terhindarkan.kan berbagai pandangan yang ada dalam diskursus Islam tentang Ya’juj dan Ma’juj, mulai dari interpretasi tradisional hingga pendekatan kontemporer yang menghubungkan mereka dengan fenomena modern.