Jaka Geledek adalah tokoh fiktif kreasi Djair Warniponakanda, komikus yang dulu terkenal sebagai kreator Jaka Sembung, Malaikat Bayangan, Toang Anak Jin, Si Tolol, Penyair Sakti. Seperti halnya Jaka Sembung, Jaka Geledek pun dilahirkan dalam kultur penjajahan Belanda. Kalau tidak salah berada dalam setting Perang Padri di Sumatera dan sekuel dari pergerakan perang Diponegoro di Jawa.
Jaka Geledek bernama Arlek, Arlek Amanca, sebuah singkatan yang membuat saya dulu tertawa terpingkal-pingkal. Karena ternyata Arlek Amanca adalah singkatan dari Biar Jelek Asal Mantap dan Dipercaya 😀
Jaka Geledek adalah putra dari Putri Ular, seorang putri bangsawan Aceh yang terlantar saat keluarganya dirampok oleh komplotan Raja Rampok yang bermarkas di daerah Sumatera Barat, yang sejak bayi menjadi anak angkat dari Ratu Ular yang memerintah semua Ular yang ada di Pulau Andalas. Ayahnya bernama Baharudin, seorang bangsawan Aceh.
Walaupun sama-sama diawali dengan kata “Jaka”, namun saya tidak melihat ada hubungannya dengan Jaka Sembung. Kisah Jaka Geledek justru berhubungan dengan si Tolol dan beberapa orang tokohnya seperti Rediakso si pemilik “ilmu kontak”.
Jaka Geledek sejak bocah memiliki kekuatan ajaib. Jika marah ia bisa memunculkan pukulan geledek. Anehnya lagi ia dilahirkan oleh seorang wanita yang ayahnya adalah seekor ular bernama Ja Ukkoro. Setiap kali, Jaka Geledek menemui masalah dan sangat membahayakan, lalu muncullah Ja Ukkoro yang bentuknya kecil. Namun, kalau datang bisa dengan ribuan ular lainnya, sebagai anak buahnya. Ja Ukkoro adalah “ayah” Jaka Geledek dari bangsa Ular.
Dulu komik saya lengkap. Sekarang udah pada ilang neh. Semua judul komik-komiknya selalu diakhiri dengan kata Gledek : Jaka Gledek, Gajah Gledek, Sejkuta Gledek 😀
Nanti dongengnya saya lanjut lagi ya kalo komik-komik dan data-data pendukung lainnya udah ketemu, he he…