“Jaka Sembung bawa golok, gak nyambung goblok” adalah sebuah pantun singkat yang begitu populer di masyarakat. Tapi tahukah Akang-Teteh pembaca blog, siapakah Jaka Sembung itu?
Saya kenal tokoh fiktif Jaka Sembung sekitar kelas 6 SD dari komik-komik Djair yang saya pinjam dari Taman Bacaan Ria di Turangga Dalam, Perpustakaan Aneka B di Buahbatu, dan Aneka A di Jl. Taman Siswa Bandung, dan Taman Bacaan Asterix di daerah Gumuruh. Eh, by the way, itu taman bacaan masih pada eksis gak ya? Terahir lewat buahbatu rasanya kok udah gak kelihatan? he he… Ada juga beberapa judul yang sempat beli di Bursa Buku Palasari.
Jaka Sembung adalah karakter utama dalam serial cerita silat yang diciptakan oleh komikus Djair Warni pada tahun 1960-an. Nama asli Jaka Sembung adalah Parmin. Dia adalah murid dari Ki Sapu Angin. Tapi saya sih bacanya tahun 80-an akhir. Karakter ini pertama kali muncul pada tahun 1968 dalam komik Bajing Ireng yang diterbitkan oleh penerbit Maranatha. Komik ini adalah salah satu komik silat pertama karya komikus Indonesia yang telah memopulerkan cerita silat khas nusantara. Komik ini begitu populer sehingga diadaptasi secara lepas menjadi sebuah film layar lebar bergenre film aksi laga pada tahun 1981 dengan judul “Jaka Sembung Sang Penakluk” yang dibintangi oleh aktor laga Barry Prima. Film ini akhirnya menuai sukses besar sehingga dilanjutkan oleh beberapa sekuel dan melambungkan nama Barry Prima.
Alkisah, Parmin adalah seorang pendekar silat asal Kandanghaur yang berjuang melawan kolonialisme di era VOC, abad ke-17. Karena berguru dengan perguruan silat di Gunung Sembung, dia dikenal dengan nama julukannya, “Jaka Sembung”. Bersama kekasihnya, Roijah atau si “Bajing Ireng” dan juga pendekar-pendekar silat rekan seperjuangannya dari segala penjuru Nusantara, bahkan dari benua Australia, Jaka Sembung berjuang bersama-sama saling bahu membahu dalam melawan pasukan VOC.
Beberapa tokoh dalam Serial Jaka Sembung
Parmin si Jaka Sembung, murid dari Ki Sapu Angin dan Begawan Soka Lima. Parmin adalah anak dari Elang Sutawinata. Tongkat besi sembrani adalah salah satu senjatanya selain golok. Parmin adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Ia punya adik perempuan bernama Sri, dan adik laki-laki bernawa Kaswita.
Roijah, si Bajing Ireng, istri Jaka Sembung. Parmin bertemu dengan Roijah ketika Bajing Ireng terdesak dalam perkelahian dengan pendekar bayaran penjaga lumbung padi meneer Belanda. Roijah adalah anak Bek Marto, kepala desa antek penjajah.
Karta, si Gila Dari Muara Bondet. Adik angkat Jaka Sembung. Karta menderita depresi berat ketika harus berpisah dengan Nuraini, kekasihnya. Dalam kondisi depresi, Karta berlatih di Muara Bondet.
Ranti, istri Karta, anak angkat kesayangan Raja Rampok Gembong Wungu. Sebelum bertemu dengan Karta dalam kisah si Cakar Rajawali, Ranti tergila-gila pada Parmin si Jaka Sembung. Bahkan Ranti sempat menantang Roijah bertarung untuk memperebutkan cintanya.
Jaka Sembung punya dua orang adik, Kaswita dan Sri. Kaswita, adik lak-laki Jaka Sembung. Kaswita punya senjata khas berupa blenceng bermata dua. Sri, adik perempuan Jaka Sembung. Pada saat terjadi Badai di Laur Arafuru, Kaswita dan Sri terdampat di Pulau Halmahera. Di sana mereka bertemu dengan Raja dan Ratu Bajak Laut.
Baureksa, Umang, Mirah. Sahabat Jaka Sembung. Dalam pertempuran menumpas gerombolan Lalawa Hideung yang dikisahkan dalam “Pendekar Dari Gunung Sembung), Baureksa kehilangan kaki kanannya, sedangkan Umang kehilangan tangan kanannya.
Ternyata bukan hanya Pangeran Diponegoro yang dijebak Belanda dengan cara mengadakan perjanjian. Jaka Sembung pun demikian. Parmin ditangkap saat tiba di keresidenan Van der Smooth untuk berunding. Pada saat Jaka Sembung dibuang ke Papua oleh Belanda, teman-teman seperjuangan Jaka Sembung ikut menyelendup ke dalam kapal. Dalam perjalanan ke Papua, terjadi badai besar di laut Arafuru yang membuat rombongan terpencar-pencar ke beberapa pulau. Kaswita dan Sri terdampar di Halmahera, Karta, Baureksa, Umang, dan Mirah terdampar di Pulau Aru. Sedangkan Parmin sendiri terhempas di Pantai Papua.
Awom, murid Jaka Sembung dari Papua. Awom adalah pemahan jitu, saya rasa kemampuannya tidak kalah dengan Green Arrow, salah satu tokoh DC Comic temennya The Flash 🙂
Wori Pendekar Bumerang. Kalau bisa, saya ada sedikit pertanyaan neh sama Pak Djair. Setahu saya, setidaknya yang diajarkan dalam pelajaran IPS di Sekolah Dasar, Boomerang itu senjata khas suku Aborigin yang hidup di benua Australia. Tapi menurut Pak Djair Wori Pendekar Bumerang berasal dari suku Maori, setahu saya, suku Maori itu hidup di Selandia Baru.
Daftar lengkap serial Jaka Sembung :
- “Bajing Ireng”, 63 halaman, Maranatha, Januari 1968,
- “Si Gila dari Muara Bondet”, 64 halaman, Maranatha, Maret 1968,
- “Bergola Ijo”, 66 halaman, Maranatha, 1968
- “Gembong Wungu”, 130 halaman, PT Bintang Kejora, 1968
- “Air Mata Kasih Tertumpah di Kandang Haur”, 1968
- “Si Cakar Rajawali”, 63 halaman, UP Aries, Agustus 1968
- “Pendekar Gunung Sembung”, 574 halaman, PT Bintang Kejora,1969
- “Leonard Van Eisen”, 133 halaman, PT Bintang Kejora, 1969
- “Badai Laut Arafuru”, 252 halaman, 1972
- “Papua”, 372 halaman, UP Rosita, 1972
- “Iblis Pulau Aru”, 372 halaman, 1972
- “Wori Pendekar Bumerang”, 620 halaman,UP Rosita, 1973
- “Singa Halmahera”, 558 halaman, UP Rosita, 1973
- “Kinong”, 558 halaman, UP Rosita, 1973
- “Dia Bajing Ireng”, 744 halaman, UP Rosita, 1973
- “Dia Bangkit dari Kubur”, 496 halaman, UP Rosita, 1974
- “Kabut Ciremai”, 629 halaman, UP Rosita, 1975
- “Empat Pendekar Ciremai“, 528 halaman, UP Rosita, 1975
- “Asiong”, 720 halaman, UP Rosita, 1976
- “Kiamat di Kandang Haur”, 720 halaman, UP Rosita, 1977
- “Wali Kesepuluh”, 720 halaman, UP Rosita, 1977
- “Jaka Sembung Sang Penakluk Ratu Pantai Selatan”, 479 halaman, UP Rosita, 1987
- “Banjir Darah di Pantai Selatan”, 383 halaman, UP Rosita, 1988
- “Tahta Para Bangsawan”
- “Jaka Sembung vs Si Buta dari Gua Hantu”, 109 halaman, Pluz+, 2010
Karakter Jaka Sembung telah diadaptasi secara lepas ke dalam media layar lebar, antara lain:
- “Jaka Sembung Sang Penakluk”, 1981
- “Si Buta Lawan Jaka Sembung”, 1983
- “Bajing Ireng dan Jaka Sembung”, 1985
- “Jaka Sembung dan Dewi Samudra”, 1990
Tapi tetap saja, buat saya, komik Jaka Sembung jauh lebih menarik dan imajinatif dibanding versi layar lebar dan layar kacanya. Da kumaha atuh, asa teu mirip Parmin na komik jeung Bary Prima nu jadi Jaka Sembung. Na film mah gondrong teuing buukna ceuk sayah mah, heu heu…
Halo Pak Ridwan,
Saya malah lagi mau meneliti komik Jaka Sembung ini. Saya baru baca 9 judul (tapi gak lengkap). Apa anda sempat baca semua judul? Saya penasaran apakah Jaka Sembung betul-betul mati di Wali Kesepuluh. Saya juga heran mengapa gaya gambar Djair berbeda antara komik Bajing Ireng (1968) dengan komik dia selanjutnya, seperti digambar oleh dua orang yang berbeda. Anda perhatikan ini?
Salam.
Salam kenal, bro…
Jaka Sembung tidak mati di Wali kesepuluh. Di sana dia belajar ilmu kebal dari Tuhumuri. Setelah Kartaran, Kinong, dan Thomas dewasa dan menjadi penerus generasi Jaka Sembung dengan julukan Malaikat Bayangan, Jaka Sembung & Si Gila Dari Muarabondet sempat muncul sekilas di komik Jurus Belut Putih sebagai pengamat. Pernah ada informasi bahwa beberapa judul serie malaikat bayangan digambar oleh orang lain, Dayat Suwartaputra atau siapa ya, sy lupa namanya 🙂
Ah, iya. Saya sempat baca yang Jurus Belut Putih, memang ada Parmin dan Karta di sana. Kalau menurut anda mana komik serial Jaka Sembung terbaik? Dosen saya bilang “Leonard Van Eisen” yang Parmin menikah dan dihukum gantung tapi masih hidup (benar tidak ya ceritanya ini?). Salah seorang kolektor yang saya temui bilang “Singa Halmahera” dan “Bukit Ciremai” lebih istimewa di mana ceritanya justru tidak berfokus ke Parmin.
Dalam kisah “Leonard Van Eisen”, Jaka Sembung memang sempat digantung, tapi tidak mati karena tertolong dengan ilmu pernafasan bebek yg membuat dirinya bisa bernafas lewat dubur. Ilmu ini juga ternyata dikuasai oleh Mang Pe’i, anggota malaikat bayangan yg menguasai jurus bebek.
Setahu saya judulnya bukan “Bukit Ciremai”, tapi “Kabut Ciremay”, yg berawal dari membangkitkan kembali Thomas yg tertembak mati oleh ayah tirinya sendiri dalam episode “Kinong”, hingga dididiknya Kinong, Kartaran, Thomas, dan Mang Pe’i hingga mereka turun gunung menjadi “Empat Pendekar Ciremay.”
Adapun “Singa Halmahera”, itu berfokus pada dua adik Jaka Sembung, Sri dan Kaswita, yg terdampar di Pulau Halmahera akibat peristiwa “Badai di Laur Arafuru”. Kisah ini mungkin banyak diilhami oleh kisah perompak dan dunia bajak laut, yg diadaptasi oleh Djair ke dalam cerita nusantara.
Beberapa episode lain yg tidak terfokus pada Jaka Sembung :
– Badai di Laut Arafuru
– Iblis Pulau Aru
ketiganya berfokus pada Karta, Baureksa, Umang, Mirah.
Setelah itu, mereke semua berkumpul kembali dgn Jaka Sembung dalam kisah Wori Pendekar Bumerang.