Kisah hilangnya sandal Kang Dicky sekitar tiga belas tahun yang lalu di sebuah mesjid di Pasir Impun di-blow-up melalui Social Media oleh kelompok haters bernama Hikmatul Iman Watch. Dikisahkan, pada tahun 2003 silam, di mesjid Pasir Impun tersebut terjadi dialog antara Kang Dicky Zainal Arifin dengan seorang ustadz sekaligus peruqyah di sana.
13 tahun kemudian, di akhir bulan April 2016, berhembuslah kisah rekayasa dari Tim HIW yang bertujuan mendeskriditkan Guru Utama Hikmatul Iman. Tim HIW mengarang cerita tentang sendal Kang Dicky yang hilang disembunyikan oleh pengurus mesjid, yang menurut mereka, sekedar untuk mengecek kemampuan ngimpleng Kang Dicky untuk mencari sandalnya yang hilang.
Menurut Tim HIW pula, cerita tersebut berasal dari Kang Mochamad Yudi Wahyudin, seorang mantan Wasdal (Pengawas & Pengendali) HI. Tidak puas dengan hanya memperbesar masalah sendal, Tim HIW pun memperbuas bualannya dengan mengumbar berita bahwa dalam peristiwa tersebut, Kang Dicky kalah telak berdebat dengan ustadz peruqyah tersebut.
Berdsasarkan pengamatan dan analisis dari beberapa postingan sebelumnya, dan reputasi Tim HIW sebagai penyebar fitnah, terlihat sekali bahwa dongeng ini memang wadulan mereka.
Banyak pertanyaan yang timbul setelah membaca dongeng tersebut. Pertama, benarkah narasumber dongeng tersebut memang Kang Yudi? Apakah Kang Yudi benar hadir di pertemuan tersebut?
Kedua, benarkah Kang Dicky kalah telak dalam debat tersebut? Benarkah Kang Dicky tidak mampu menjawab argumen cerdas Ustadz tersebut? Itu perlu ditelusuri lagi kebenarannya. Beberapa saksi mata yang hadir justru melihat hal yang sebaliknya.
Pola kerja typical HIW adalah framing, stentu saja hanya membuat artikel dari sudut pandang mereka dan tujuan mereka yang selalu berusaha membesarkan satu sudut pandang yang mengesankan Kang Dicky dan Hikmatul Iman yang menurut mereka menyimpang.
Semoga ada yang masih menyimpan hasil rekaman dialog tersebut hingga kita bisa klarifikasi kebenaran berita tersebut dengan lebih obyektif.
Beberapa orang saksi mata yang kebetulan hadir saat itu menyaksikan bahwa :
Pertama, Kang Yudi Wahyudin tidak hadir dalam pertemuan tersebut. Jadi, jika benar Kang Yudi bercerita pada Tim HIW tentang kisah sandal tersebut, beliau tidak menyaksikan sendiri. Apa yang diceritakan tidak lebih hanya sekedar di level katanya, katanya, dan katanya saja.
Tapi terus terang, itupun kita sebagai pembaca perlu tabayyun langsung sama Kang Yudi, jangan-jangan, nama beliau pun hanya sekedar dicatut saja oleh HIW, untuk meyakinkan pembaca blognya tentang tuduhan sesat yang ditujukan pada Kang Dicky dan Hikmatul Iman. Karena bagaimanapun, sampai saat ini, metoda Divide et Impera ala Snouck Hurgronye ini memang masih cukup ampuh untuk membohongi masyarakat awam.
Di samping itu, kita perlu juga tabayyun pada saksi-saksi lain yang hadir di sana pada waktu itu. Betul tidak Kang Yudi hadir di sana? Yang jelas Kang Jefrie (Jake Napier), salah satu aspel Hikmatul Iman (LANTERHA) yang kebetulan hadir di sana, sangat yakin kalau Kang Yudi tidak hadir.
Kedua, banyak fakta yang tidak ikut diceritakan. Sebetulnya pada peristiwa tersebut, yang ternyata Ustadz tersebut, menurut saksi mata bernama Ustadz Amin, betul-betul emosi dan tersudutkan ketika tidak bisa menjelaskan beberapa fakta tentang Jin. Seperti dikisahkan oleh Bapak Kian Gancang melalui akun facebooknya sebagai berikut :
Bismillaahirrohmaanirrahim……
Sebagai orang yang hadir pada momen “debat” di daerah Bandung Timur tsb..,
saya ikut menyaksikan “perdebatan” antara Ustad Amin (begitu nama penceramah yng menjadi lawan debat Pak Dicky) dengan Pak Dicky sendiri dari organisasi HI.
Justru Akh Amin sendiri lah yng terlihat emosi bahkan dengan nada tinggi sang “ustad” bertanya dng nada cukup tinggi…”dari mana anda tahu itu Jin “….
Oleh Pak Dicky ditimpali..” dari mana saudara tahu itu bukan Jin? tolong paparkan ” Se-simpel itu saja yng menjadi inti pertemuan “kedua belah ” pihak.
Bahkan ditengah acara lampu masjid mati Ustad Amin justru me mojok mojokkan dng kalimat “pamungkas” yang biasa di ucap penceramah.. “Tolong jangan pakai Akal dalam Islam”.
Betapa besar “fitnah” dari Tuan HIW ini.
Naudzubillah tsumma naudzubillah.
Saya tertarik dengan kalimat Ustadz Amin yang mengatakan, “Tolong jangan pakai Akal dalam Islam“. Inikah yang dimaksud dengan argumen cerdas yang tidak mampu dijawab oleh Kang Dicky tersebut? Ini yang antum wadulkan dengan bahasa “Kang Dicky kalah telak dalam debat oleh seorang ustadz muda” tersebut? Hadeuh, please dech ah… Maneh mah pikaseurieun pisan 😀
Kebenaran berita ini diklarifikasi langsung oleh Kang Dicky dalam acara streaming siaran radio online tanggal 1 Mei 2016 jam 19.00 s/d 21.00.
Menurut Kang Dicky, peristiwa sandal yang hilang ini tidak pernah terjadi. Sandal tersebut tidak hilang, tapi disimpan oleh Kang Otang. Peristiwa sandal hilang itu benar-benar asli wadulan Tim HIW belaka. Kalaupun benar sendal tersebut hilang, apa sih manfaatnya pake nantang diimpleng segala? Emangnya harga sendal yang hilang itu berapa milyar sih? 🙂
Maha Suci Allah yang telah melindungi kita semua dari segala upaya fitnah dan adu domba kelompok radikal pemecah belah umat yang selalu berlindung di balik nama “upaya penegakan akidah”.
[16:125] Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An Nahl[16] : 125)
Sedikit Catatan Mengenai Kang Yudi :
Saya mengenal dengan Kang Yudi saat ikut menjadi agen asuransi di Commonwealth Life tahu 2009, perusahaan asuransi yang menurut saya pribadi termasuk terbaik di Indonesia saat ini. Jika sebelumnya di Hikmatul Iman Kang Yudi terkenal sebagai jago tarung dan ilmu silat yang dilatih khusus oleh KDZA.
Waktu itu Kang Yudi memang pernah berkata pada beberapa agen rekrutannya yang berasal dari komunitas HI, “Nanaonan di dinya hayang milu bisnis di HI sagala? Enggeus lah, moal puguh. Akang ge leungit duit dua ratus juta pas nguruskeun bisnis pakan lauk. Jang meuli mesin, meuli bahan, jeung sagala rupa.”
Kang Yudi nampaknya memang punya kekecewaan pribadi pada Kang Dicky akibat kerugian materi yang pernah menimpanya, saat mengolah usaha pengembangan pakan ikan yang idenya dicetuskan oleh Kang Dicky.
Itu juga perlu ditelusuri lagi, benarkah itu kesalahan mutlak dari Kang Dicky? Atau sebenarnya kesalahan pribadi Kang Yudi juga yang kurang nalungtik serba-serbi dunia pakan ikan saat itu?
Ini mungkin cuma salah satu sebab dari sebab-sebab yang lain. Informasi internal yang beredar pun memang banyak menyebutkan bahwa wasdal-wasdal lain yang berhasil dipengaruhi Tim HIW tersebut agar ikut menjadi barisan haters, kecuali Pak Darto, rata-rata memang punya masalah pribadi yang berhubungan dengan ekonomi, yang alih-alih dituntaskan, malah dipendam dan jadi dendam. Demikian juga para “eks” HI yang ikut menandatangani surat keputusan pengunduran diri dari Hikmatul Iman. Motifnya adalah kekecewaan dan berhubungan dengan kesejahteraan. Ada juga yang pernah menjadi rekanan Kang Dicky mengelola perusahaan selama satu tahun lebih tidak pernah memberi laporan keuangan secara transparan. Ada juga yang kecewa karena karirnya di dunia totok langsing dan terapi tidak sesuai harapan mengkambinghitamkan KDZA sebagai penyebab kegagalannya, dan sebagainya yang berhubungan dengan itu.
Saya tidak memandang Kang Yudi dari segi negatif ya. Saya melihat dari sisi lain, yang justru saya pribadi sangat respek dengan keberhasilan beliau membangun jarigan Agen Asuransi. Beliau adalah top leader di perusahaan asuransi tersebut. Sebetulnya, menurut saya pribadi, apa arti kehilangan materi 200 jutaan rupiah itu dibandingkan dengan penghasilan beliau sekarang?
Lagipula, yang saya dengar, Kang Dicky berusaha keras mengganti kerugian Kang Yudi, setelah uangnya tersedia, beliau pernah menawarkan biaya ganti rugi atas kerugian uang Kang Yudi tersebut, tetapi Kang Yudi menolaknya. Saya tidak tahu, memang menolak, atau sekedar “nyungkun”.
Dalam perjalanan karier agen asuransinya, Kang Dicy adalah salah satu nasabah Kang Yudi yang mengambil polis yang cukup besar. Beliau adalah salah satu nasabah awal Kang Yudi yang ikut membuka jalan bagi nasabah-nasabah Kang Yudi berikutnya, Kang Dicky pun bahkan merekomendasikan pada murid-muridnya untuk berkarir di agen asuransi yang dipimpin oleh Kang Yudi.
Setahu saya, Kang Yudi sudah lebih dari lima tahun terakhir ini tidak pernah bertemu dan berdialog lagi dengan Kang Dicky. Jadi beliau memang sudah terlalu lama tidak update informasi. Alangkah sayangnya jika beliau sampai turut menjadi korban kekejian Hikmatul Iman Watch yang selalu membungkus setiap fitnahnya dengan balutan “agama” dan “akidah”.
Last but not least…. Cik atuh Kang Yudi, apa nggak sayang tuch reputasi, nama baik, dan nama besar Kang Yudi yang sudah mentereng sebagai leader dan top marketing perusahaan asuransi dari Bank terbesar di Australia jadi harus ternoda karena terlibat dalam komplotan tukang fitnah?