Bioesa Bubar!

Bioesa Bubar!

PT. Bio Energi Selaras Alam (BIOESA) adalah perusahaan yang didirikan pada 7 Maret 2019, berpusat di Kota Bandung, Jawa Barat. Perusahaan ini berfokus pada produk kesehatan dan kecantikan, serta menawarkan peluang bisnis melalui sistem pemasaran jaringan berbasis e-commerce. Owner perusahaan ini adalah Biben Agustin alias Biben van Slobe. Dalam operasionalnya, Biben dibantu oleh Erwin Satyalaksana, direktur Operasionalnya.

Awalnya saya kaget dengan nama perusahaan ini. Bioesa? Apa hubungannya dengan CV Energi Selaras Alam-nya Hedy Ardenia Octaviano produsen Hi-Octan dan Hi-Cester? Setelah saya teliti, hubungannya cuma namanya aja yang sengaja dimirip-miripin, agar di mata para calon membernya terkesan sebagai distributor resmi produk-produk CV Esa. Salah satu pemantik berdirinya Bioesa adalah perpecahan manajemen dengan PT MICS1 milik Ustadz Joko Yulianto.

Di awal berdirinya pun, Bioesa memang memesan produk Hi-Octan dan Hi-Cester pada CV Esa. Setelah beberapa bulan berjalan, barulah Bioesa menambahkan produk Bio1 Coffee, Bio1 V.

Legalitas perusahaan ini lengkap kok, selain memiliki SIUPL, Bioesa juga terdaftar di AP2LI.

  • BIOESA memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan Langsung (SIUP-L) dengan nomor 123/SIPT/SIUPL/11/2019.
  • Perusahaan ini juga merupakan anggota Asosiasi Perusahaan Penjualan Langsung Indonesia (AP2LI).

Di awal operasinya, Bioesa berusaha menarik leader sebanyak mungkin dengan mengeluarkan Pin pedaftaran gratis. Cara ini hanya berhasil menarik sebanyak mungkin orang mendaftar, posting massal terjadi, dalam waktu kurang dari 1 minggu saja sudah terkumpul puluhan ribu nama member baruyang terdaftar. Namun, karena mereka semua daftar gratis, omzet perusahaan tetap nihil, dan produk tetap numpuk di gudang Bioesa. Para membernya juga tidak ada yang tertarik untuk melakukan Repeat Order dan bermain di Plan Repeat Order.

Penyebab Bubarnya PT Bioesa: Opini Pribadi

Penyebab utama dari bubarnya PT Bioesa tidak lepas dari berbagai faktor internal yang melibatkan masalah manajemen, strategi pemasaran yang kurang tepat, hingga ketidakfokusan dari pihak pemimpin perusahaan itu sendiri. Meski begitu, faktor-faktor ini saling berhubungan dan membentuk gambaran besar yang akhirnya mengarah pada kegagalan Bioesa. Dalam artikel ini, saya akan menguraikan beberapa alasan yang mungkin menjadi pemicu utama dalam bubarnya PT Bioesa berdasarkan pengamatan pribadi.

Baca Juga  ECSmart - Ngagadoeh Domba

1. Perpecahan Internal Manajemen

Salah satu faktor utama yang menyebabkan bubarnya PT Bioesa adalah perpecahan internal di kalangan manajemen. Dalam hal ini, peran komisaris utama yang sekaligus investor utama, berinisial HMS, menjadi sangat signifikan. Menurut beberapa sumber yang saya dengar, HMS ternyata tidak memiliki dana yang cukup seperti yang dijanjikan oleh, untuk menjalankan operasional perusahaan. Hal ini tentu sangat mengganggu kestabilan perusahaan yang diharapkan dapat berjalan dengan lancar.

Perselisihan antar pihak manajemen semakin memanas, dan akhirnya HMS justru memutuskan untuk mendirikan perusahaan tandingan dengan nama PT HMS (Hijrah Mulia Sejahtera). Produk yang dipasarkan oleh perusahaan baru ini, yaitu HMS Super Racing Fuel, ternyata berasal dari produk yang diproduksi oleh CV Esa (Energi Selaras Alam). Anehnya, produk tersebut dipasarkan tanpa sepengetahuan pihak CV Esa, yang kemudian menimbulkan kericuhan besar.

Proses pengalihan produk ini juga tidak kalah mengherankan. Produk tersebut diambil dari gudang PT MICS1 yang telah dibubarkan dan kemudian dibranding ulang menjadi HMS Super Racing Fuel. Untuk memperburuk keadaan, produk tersebut kemudian di-demokan kepada calon konsumen dengan klaim bahwa kualitasnya lebih baik daripada produk yang sudah ada, yaitu Eco Racing. Namun, di balik itu, pihak pengusaha Eco Racing, Pak Hedy Ardenia Octaviano, tidak pernah mendapatkan pesanan atau komunikasi yang jelas dari PT HMS. Kejadian ini menunjukkan adanya ketidakprofesionalan dan kurangnya integritas dalam menjalankan bisnis.

2. Ketidaksesuaian Model Bisnis dengan Pasar

Penyebab lain yang turut andil dalam kegagalan Bioesa adalah model bisnis yang dirasa tidak sesuai dengan kebutuhan pasar mayoritas di Indonesia. Hal ini mungkin bersifat subyektif, namun banyak yang berpendapat bahwa biaya untuk memulai bisnis ini terlalu tinggi untuk kalangan tertentu. Modal awal yang harus dikeluarkan sebesar 1 juta rupiah dianggap terlalu berat untuk pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, apalagi bagi mereka yang berada dalam kondisi ekonomi kurang stabil.

Baca Juga  Antara Paytren dan Bebas Bayar

Memang, Bioesa didirikan dengan model bisnis yang memerlukan modal cukup besar dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. Misalnya, di PT Melia Sehat Sejahtera yang dikelola oleh Biben, angka modal yang lebih terjangkau, sekitar 600 ribu rupiah, lebih berhasil menarik perhatian masyarakat. Di sisi lain, PT BEST milik Febrian bahkan menetapkan angka Rp 2.600.000,- untuk memulai bisnisnya. Dengan perhitungan yang sederhana, Bioesa tampaknya lebih terjangkau dibandingkan dengan PT BEST, namun tetap saja, 1 juta rupiah bukanlah angka yang mudah untuk didapatkan oleh banyak orang yang menjadi target pasar Bioesa.

Selain itu, model bisnis Bioesa yang mengharuskan para member untuk melakukan repeat order sebesar 700 ribu rupiah per bulan juga dirasa memberatkan. Produk yang dijual oleh Bioesa bukanlah kebutuhan sehari-hari masyarakat Indonesia, sehingga sulit untuk menjamin adanya repeat order secara terus-menerus. Ketergantungan pada repeat order yang tinggi ini terbukti tidak berhasil menggerakkan bisnis, karena pada kenyataannya, banyak member yang lebih memilih untuk bermain di Plan Binary yang lebih menguntungkan dari segi finansial.

3. Kurangnya Pemanfaatan Digital Marketing

Dalam era digital seperti sekarang, pemasaran melalui platform digital adalah hal yang sangat penting untuk keberlangsungan sebuah bisnis. Sayangnya, Biben dan tim manajemen Bioesa tampaknya kurang memanfaatkan potensi besar yang ditawarkan oleh digital marketing. Padahal, dengan memanfaatkan kekuatan media sosial dan iklan online, mereka bisa lebih mudah menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda yang sangat aktif di dunia maya.

Digital marketing memungkinkan perusahaan untuk memasarkan produk dengan biaya yang lebih efisien dan dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Namun, Bioesa kurang memaksimalkan kesempatan ini dan lebih fokus pada strategi pemasaran tradisional yang tidak lagi efektif di era sekarang.

Baca Juga  Benarkah MLM Haram?

4. Ketidakfokusan Pemimpin Bisnis

Salah satu alasan lain yang mungkin berkontribusi terhadap bubarnya PT Bioesa adalah ketidakfokusan dari Biben, sang pemilik. Alih-alih sepenuhnya berkonsentrasi pada pengembangan dan pengelolaan Bioesa, Biben justru terlibat dalam bisnis lain, yaitu Robot Trading bernama Viral Blast. Sayangnya, bisnis tersebut tidak berjalan mulus dan akhirnya terlibat dalam razia yang dilakukan oleh OJK, yang turut melibatkan sejumlah perusahaan network Robot Trading lainnya, seperti Net89, Fahrenheit, dll.

Ketidakfokusan ini jelas mengganggu kelangsungan operasional PT Bioesa, karena seorang pemimpin yang tidak memberikan perhatian penuh pada bisnis yang dijalankan akan kesulitan untuk mengontrol jalannya perusahaan. Keputusan Biben untuk terlibat dalam bisnis yang berisiko tinggi ini tentunya mempengaruhi stabilitas Bioesa, sehingga perusahaan semakin sulit untuk bertahan. Namun Biben mengatakan bahwa upaya dia bermain di Viral Blast merupakan solusi dari minusnya keuangan perusahaan Bioesa, dari situ, dia bisa membiayai sewa Rudo dan gaji karyawan,

5. Solusi dan Pembelajaran

Berdasarkan berbagai faktor yang telah disebutkan, kita bisa menarik beberapa pelajaran yang dapat dijadikan referensi bagi para pengusaha atau pemilik bisnis lainnya. Pertama, penting untuk memiliki integritas dan profesionalisme dalam menjalankan bisnis. Konflik internal dan praktik tidak jujur hanya akan merugikan semua pihak. Kedua, sebuah bisnis haruslah mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar. Menetapkan harga yang terjangkau dan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah langkah awal yang penting. Ketiga, pemanfaatan digital marketing adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi di zaman sekarang. Terakhir, fokus pada bisnis yang sedang dijalankan sangatlah penting. Seorang pemimpin yang tidak fokus dapat merugikan perusahaan dan membuatnya kehilangan arah.

Dengan memahami dan mengatasi faktor-faktor ini, diharapkan bisnis dapat berjalan lebih lancar dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak yang terlibat.

 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Copyright © 2025 Belajar... Tumbuh... Berbagi
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x