Tulisan ini dibuat berdasarkan tayangan televisi, acara INTIPS di RCTI sekitar tahun 2011 lalu. Acara ini berisi luputan singkat tentang metoda pengobatan dari Kang Dicky Zainal Arifin di Up2U Tebet. Dalam liputan ini juga dibahas mengenai penggunaan Brain Activator sebagai alat terapi bagi penderita autis.
Tempat praktek Kang Dicky dikunjungi puluhan hingga lebih dari 100 orang pasien setiap kali praktek. Untuk mendapatkan layanan terapi yang hanya berlangsung sekitar 10 menit, orang perlu mengambil antrian dan rela antri hingga beberapa jam.
Prinsip terapi yang dijelaskan dalam tayangan tersebut adalah, Kang Dicky menyalurkan aliran energi hangat yang mengandung daya sembuh melalui telapak tangan yang ditempelkan ke tubuh pasien, biasanya di sekitar kepala, pundak dan punggung pasien. Setelah selesai mengalirkan energi tersebut, Kang Dicky mentransfer energi ke dalam botol air minum untuk dibawa pulang dan diminum di rumah.
Dalam tayangan ini, Kang Dicky juga menjelaskan bahwa saat proses terapi berlangsung, terjadi feedback dari tubuh si pasien, hingga para terapis bisa mendeteksi apa penyakit pasien, dan bagaimana energi tersebut memperbaiki kondisi pasien yang sakit. Feedback ini bukan saja bisa dirasakan di tangan, tapi bisa lewat ngobrol, lewat suara, dan lewat pandangan juga bisa. Itu sebabnya para terapis yang sudah terlatih, banyak yang sudah bisa mendeteksi penyakit dan menangani para pasien.
Di video di bawah juga ada contoh kasus terapi energi pada anak penderita autis. Caranya dengan memegang kepala bagian belakangnya, sambil terus disuplai energi untuk memulihkan syaraf motorik dan bagian sensitivitasnya. Selain disuplai energi, juga dibantu dengan penggunaan alat Brain Activator. laporan perkembangan anak penderita autis yang terbantu lewat terapi energi dan bantuan alat Brain Activator.
Cara kerja Brain Activator adalah mengeluarkan gelombang ultrasonik dengan kekuatan di atas 22.000 dB. BA berfungsi untuk mengaktifkan sel-sel otak, dapat digunakan bukan saja pada anak-anak yang autis, tapi bagi anak-anak normal untuk meningkatkan kecerdasannya.