Ibu saya seorang pensiunan PNS. Setiap bulan, saya membantu Ibu saya mengambil uang pensionnya ke Bank Jabar Banten (BJB). Karena ibu saya punya kendala untuk berangkat sendiri ke sana, sudah tiga tahun terakhir, saya mewakili ibu saya melakukan Tarik Tunai dengan menggunakan surat kuasa. Prosedurnya adalah, saya bisa bantu Tarik tunai selama tiga bulan berturut-turut, Setelah itu terblokir. Untuk membuka blokirnya, dilakukan pengecekan manual oleh petugas Bank yang bersangkutan dengan cara kunjungan rumah. Setelah itu, bulan berikutnya saya bisa dikuasakan kembali.
Bulan Agustus 2018 kemarin, ada pendataan enrollment. Setiap pensiuan, diambil data wajah, suara, dan sidik jari. Ternyata data tersebut dipakai untuk verifikasi otentikasi
Secara teori tujuan dibuatnya Aplikasi Otentikasi tersebut bagus sih. Aplikasi ini diperuntukan bagi seluruh pensiunan, dan seharusnya sih, akan lebih optimal digunakan oleh pensiunan yang baru memasuki masa pensiun.
Aplikasi tersebut adalah salah satu cara untuk Otentikasi agar pensiunan tidak harus datang ke Bank atau Pos untuk mengambil uang pensiun. Betul sih, jika program ini berhasil, saya tidak perlu bawa-bawa formulir tarik tunai & surat kuasa lagi ke Bank Jabar Pusat. Kami juga tidak perlu lagi minta kunjungan otentikasi ke BJB. cukup ke ATM terdekat Setelah otentifikasi online secara mandiri berhasil.
Untuk melakukan Otentikasi menggunakan HP/Smartphone pasti butuh penyesuaian dalam tahap tahap Otentikasi yang ada, namun seiring berjalannya waktu diharapkan pensiunan dapat terbiasa dengan proses Otentikasi yang ada.
Ini bisa mempermudah pengambilan dengan sistem ATM, lakukan otentikasi untuk membuka blokir, lalu tinggal ambil uangnya di ATM. Begitu teori dan janji manisnya 🙂
Bagaimana sih proses Otentikasi online tersebut? Prosedurnya kurang lebih begini :
- Dalam otentikasi ini akan diminta menirukan 3 gerakan yang diacak. : tatap layer, gelengkan kepala perlahan, anggukan kepala perlahan, kedipkan mata, dan buka mulut. Jika gagal maka akan diminta mengulang 2x. Jika berhasil akan masuk ke pengecekan suara.
- Pengecekan suara syaratnya harus menggunakan bahasa seperti yang dipakai saat enroll. Di sini, orang tua kita harus membaca sederetan angka-angka yang muncul di layer HP, proses ini direkam.
- Jika gagal akan diminta mengulang 2x. Jika berhasil akan muncul “Otentikasi Berhasil ” dan menampilkan data diri pensiunan.
- Jika 2x gagal akan meminta pengambilan sidik jari sembarang, dimana nilai resolusinya harus di atas 60.
- Jika 3x gagal maka akan disebut “Otentikasi Gagal”.
Teman-teman pembaca ada yang sudah coba? Saya tentu saja harus nyoba. Dan ternyata, melakukan Otentikasi secara mandiri itu betul-betul susah dan merepotkan. Ibu saya gaptek, sama seperti kebanyakan orang usia 70-an. Meski saya melek teknologi, tiap hari dicoba selama satu minggu, hasilnya gagal terus. Apalagi bagian sidik jari, setengah mati scan cameranya. Pernah beberapa kali hasilnya seolah-olah mau berhasil, tapi ternyata muncul pesan “Server Error”. Siapa yang nggak gondok tuch? 😀
Penasaran, saya telpon ke Call Center Taspen. Jawaban mereka standar procedural banget ya, sebanyak apapun penjelasan mereka, tetap aja gak banyak membantu. Ini jawaban-jawaban mereka :
Pertama, “Mungkin karena pencahayaan kurang, Pak, coba bapak ulangi di tempat yang lebih terang.”
Harus seterang apa sih? saya cek pake kamera HP, di ruangan tempat saya pakai aplikasi itu cukupo terang kok, blitz gak perlu nyala gambarnya udah bagus. Saya pake Samsung J7 Prime., apa kamera HP saya kurang canggih?
Alasan kedua menurut mereka, Mungkin saat pembacaan angka kurang dekat dengan HP, jadi kurang optimal proses perekamannya, bisa juga karena suara terlalu gaduh. Setiap kali saya coba plikasi itu, TV dan radio saya matikan. Kami tinggal di perumahan yang tempatnya gak dilalui kendaraan umum. Saya rasa tempatnya cukup ideal dan gak bakalan terlalu bising.
Kemungkinan ketiga, bahasa yg diucapkan terkait angka tidak sama dengan saat enroll pertama kali. Iya gitu? Bahasa Indonesia Ibu saya fasih kok, gak kedetek logat suda atau logat medok jawa. Pada saat proses enrollment juga pake Bahasa Indonesia kok, gak pake Bahasa Inggris, Bahasa Sunda, atau Bahasa Jawa. Jadi saya rasa ini nggak Mungkin terjadi pada Ibu saya.
Kemungkinan berikutnya menurut mereka, bisa jadi orang yang otentikasi tidak sama dengan yang ada dalam data biometrik/enroll.
Waduh, ini jelas tuduhan gak berdasar. Yang enrollment Ibu saya, yang diverifikasi juga beliau, bukan saya. Aya-aya wae…
Kemungkina berikutnya, Mungkin belum melakukan enroll. Waah.. ini Mungkin buat orang lain, Ibu saya mah udah. Saya saksinya.
Ada kemungkinan saat menirukan gerakan wajah terlalu cepat atau tidak sesuai dengan yang diminta, katanya. Apa iya? Kalau pertama kali nyoba sih Mungkin begitu.. tapi ini udah tiap hari kami coba selama seminggu lho.. 🙁
Kesimpulan saya sih, Ini jelas karena systemnya belum sempurna, lha wong Aplikasinya juga ternyata masih versi Beta 1.1. Soal server error, ternyata masalah ini swelalu terjadi ya di kantor-kantor pemerintahan. Sebelumnya juga saya sering mengalami masalah ini pada saat bayar PBB. Jangan-jangan server yang mereka pakai gak sesuai harganya karena praktek mark-up. Astaghfirullah. malah jadi suudzon neh saya 🙂
Berapa orang sih di luar kami yang mengalami masalah ini? Iseng-iseng saya buka di Playstore, saya baca bagian komentar-komentarnya di bawah. Ternyata bukan cuma saya yang mengalami kendala ini, orang lain juga banyak, coba aja simak komentar-komentar mereka, mayoritas penuh caci maki… 😀
Dan saya cek tiap hari, data-data pengguna yang mencak-mencak sama Aplikasi ini selalu bertambah secara significant, ha ha ha… 😀
Update 14 Januari 2019
Sampai hari Jum’at tanggal 11 Januari 2019, kami masih belum berhasil juga melakukan Otentikasi mandiri pake Smartphone ini. Menurut Customer Service Bank Jabar Banten Pusat di Jl. Naripan Bandung, mereka juga masih banyak kendala saat melakukan otentikasi pake HP itu. Statistiknya kurang lebih, dari 10 orang pensiunan yang mereka proses, hanya 2 orang saja yang berhasil. Menurut CS BJB juga, orang-orang yang berhasil melakukan otentikasi biasanya cukup sampai deteksi wajah hingga suara, kalau proses berlanjut hingga ke sidik jari, artinya data wajah dan suara gagal diverifikasi.
Untuk bulan ini, kami lakukan otentikasi manual lagi saja. Petugas Bank datang berkunjung ke rumah, untuk menyerahkan Kartu ATM atas nama ibu saya. Ada berkas yang harus ditandatangan. Setelah itu diambil foto untuk laporan otentikasi. Menurut penjelasan pihak BJB Pusat, kemungkinan pertama, sistem aplikasinya masih belumk optimal, dan saat ini masih terus diperbaiki. Kemungkinan kedua, ada kemungkinan data enrollment banyak yang kurang sempurna, dan itu butuh proses enrollment ulang. Waduh, repot juga kalau sudah begini. Tapi kita lihat saja nanti di bulan selanjutnya.
Update 4 Februari 2019
Saat mencoba Otentikasi via HP lagi, begitu nomor taspen dimasukan, malah muncul tulisan ini :
Jadi, siapa yang salah saat proses enrollment dilakukan pada bulan Agustus 2018 lalu? Kenapa saat itu tidak bisa langsung dicek enrollmentnya sudah berhasil atau nggak? Kalau mayoritas pensiunan enrollment-nya harus diulangi, sebetulnya apa yang salah pada saat proses enrollment pertama kali dilakukan? Kalau sudah begini, yang repot adalah para pensiunan yang rumahnya jauh dari kantor Taspen.
Update 1 Januari 2020
Alhamdulillah, kini proses otentkasi taspen sudah mudah, Taspen secara serius sudah banyak memperbaiki bug-bug yang terjadi sebelumnya. Sudah 3 bulan berturut-turut saya berhasil membantu Ibu saya mencairkan uang pensiunnya tanpa harus pergi ke Bank. Otentikasi dilakukan setiap awal bulan. Setelah berhasil, saya tinggal ambil melalui ATM BJB terdekat.